Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Friday, February 22, 2008

Yeremia 18 : 18 – 23


PERHATIKANLAH HIDUPKU, YA ALLAH

18:18 Berkatalah mereka: "Marilah kita mengadakan persepakatan terhadap Yeremia, sebab imam tidak akan kehabisan pengajaran, orang bijaksana tidak akan kehabisan nasihat dan nabi tidak akan kehabisan firman. Marilah kita memukul dia dengan bahasanya sendiri dan jangan memperhatikan setiap perkataannya! "
18:19 Perhatikanlah aku, ya TUHAN, dan dengarkanlah suara pengaduanku!
18:20 Akan dibalaskah kebaikan dengan kejahatan ? Namun mereka telah menggali pelubang untuk aku ! Ingatlah bahwa aku telah berdiri di hadapan-Mu, dan telah berbicara membela mereka, supaya amarah-Mu disurutkan dari mereka.
18:21 Sebab itu serahkanlah anak-anak mereka kepada kelaparan, dan biarkanlah mereka dipancung pedang! Biarlah isteri-isteri mereka kehilangan anak dan suami; biarlah laki-laki mereka mati oleh sampar, dan pemuda-pemuda mereka mati karena pedang di pertempuran!
18:22 Biarlah kedengaran jeritan dari rumah-rumah mereka, apabila Engkau dengan tiba-tiba mendatangkan gerombolan perampok kepada mereka! Sebab mereka telah menggali pelubang untuk menangkap aku, dan telah memasang jerat untuk kakiku.
18:23 Tetapi Engkau, ya TUHAN, Engkau mengetahui segala rancangan mereka untuk membunuh aku. Janganlah ampuni kesalahan mereka, dan janganlah hapuskan dosa mereka dari hadapan-Mu, tetapi biarlah mereka tersandung di hadapan mata-Mu; bertindaklah pada hari murka-Mu terhadap mereka

Sejak dahulu, jika orang kristen menafsirkan penderitaan, mereka tidak membedakan penderitaan dipikul karena ulah sendiri dan penderitaan karena melakukan pekerjaan Allah. Mereka mencampur adukkan kedua jenis pengertian itu. Katakanlah, jika seorang pekerja Gereja menderita akibat kesalahannya sebagai karyawan, maka sifat penderitaan ini tidak terkait dengan kehendak Allah. Ia menderita karena perbuatan sendiri dan bukan karena melakukan pekerjaan Allah. Hal itu pun tampak dalam doa permohonan yang dipanjatkan kepada Allah. Bagaimanakah seorang kristen yang melakukan kejahatan, kemudian ditangkap Polisi, isterinya memohonkan Allah untuk membebaskannya ? Masuk akalkah doa permohonan itu ? Apakah TUHAN adalah Allah yang membela kejahatan dan menyalahkan kebenaran ? Semestinya sang isteri berdoa memohon pengampunan dosa ke atas suaminya, serta meminta TUHAN memberi kekuatan spiritual, agar si suami sanggup menanggung hukuman yang diterima, serta bertobat dari kesalahannya. Itulah yang benar dan baik. Bukan sebaliknya.

Alkitab bersaksi tentang kedua jenis penderitaan itu. Penderitaan akibat dosa dan kesalahan manusia dan penderitaan sebagai akibat karena melaksanakan tugas yang diberikan Allah.

Latar Belakang Yeremia

Yeremia bin Hilkia berasal dari keturunan Imam yang berdiam di desa Anatot, wilayah Benjamin (1 : 1 – 2). Ia bekerja dalam zaman pemerintahan Raja Yehuda : YOSIA anak AMON. Kemungkinan besar Nabi Yeremia mendukung reformasi keagamaan yang dilakukan Yosia dan Ibu Suri (bd. Raja psl. 22 – 23).

Dukungan terhadap reformasi itu berlatar belakang pada konteks sosial-keagamaan Yehuda. Pada zaman penerintahan raja-raja sebelum Yosia bin Amon, umat Israel dan pemimpinnya berbuat kejahatan sosial (Yer. 10 : 21), malahan menggunakan dalil-dalil keagamaan membenarkan tindakan kekerasan. Mereka menyembah dewa-dewi seperti yang dilakukan masyarakat di sekitarnya (Yer. 7 : 16 – 8 : 3). Moralitasnya merosot. Hukum Taurat sebagai landasan (Yer. 7 : 1 – 15) pelaksanaan dan penyelenggaraan Ibadah dari Umat Perjanjian, tak lagi berfungsi baik (Yer. 9 : 13 – 16).

Oleh karena itu, Allah memutuskan untuk menghukum Israel. Allah membangkitkan musuh dari Utara (Yer. 1 : 13 – 16) menyerang dan menghancurkan Israel. Umat Allah itu akan terbuang jauh dari tanahnya (Yer. psl. 6, 16, 21). Bangsa yang datang dari Utara itu akan melaksanakan hukuman Allah atas Israel.

Dalam keadaan seperti itu, TUHAN Allah memanggil dan mengutus Yeremia untuk menyampaikan Firman-Nya (Yer. 1 : 4 – 10). Panggilan dan pengutusan TUHAN telah memposisikan kehidupan nabi di bawah ancaman bahaya. Masyarakat Israel, termasuk pemimpin agama dan keluarga kerajaan, membenci Yeremia. Malahan muncul nabi-nabi (Yer. 23 : 9 – 24), seperti Hananya (Yer. psl 28), menyerang Firman TUHAN yang dinubuatkan Yeremia. Yeremia menderita karena kehendak Allah (Para ahli Perjanjian Lama menyebut Yeremia sebagai sosok hamba TUHAN yang menderita).

Dalam situasi jiwa yang menderita, nabi mengeluh kepada Allah melalui berbagai cara (Yer. 12 : 1 – 8 ; 15 : 10 – 21 ; 17 : 1 – 18 ; 18 : 19 – 23 ; 20 : 7 – 18 ; dll). Sesuai dengan keyakinan iman dan pengharapannya, nabi menyampaikan isi hati secara terbuka kepada Allah. Perasaan nabi sangat tertekan. Pada satu pihak, ia harus memberitakan penghukuman Allah atas Israel; akan tetapi, pada sisi lain Yeremia sangat solider atas nasib bangsanya. Kadang Yeremia tidak mau menyampaikan Firman Allah, karena hatinya berbelas kasihan kepada kehidupan umat yang menderita. Dengan kata lain pikiran dan perasaan depresi melanda Yeremia, karena tugas yang diberikan Allah (Yer. 15 : 17 – 18). Yeremia, sebagai hamba TUHAN, seakan menyalahkan Dia yang memanggil dan mengutusnya.

RESIKO MELAKSANAKAN PEKERJAAN ALLAH

1). PANGGILAN DAN PENGUTUSAN ALLAH ATAS ORANG KRISTEN. Dalam keyakinan iman terhadap pekerjaan Kristus-Yesus, setiap orang kristen memahami dan mengakui bahwa TUHAN Allah telah menebusnya dari dosa dan membebaskan hidupnya dari kesengsaraan. Setiap pengikut Kristus, memiliki hak istimewa (privellege) di hadapan Allah. Mereka dibedakan dari manusia di sekitarnya, karena dimasukkan ke dalam persekutuan dengan Allah. Mereka bukan berasal dari dunia ini (bd. Yoh. 17 : 14,17), sama seperti Tuhannya : Kristus-Yesus, pun bukan dari dunia ini. Oleh karena itu, mereka pun --- sama seperti Kristus-Yesus --- harus hidup melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan oleh Allah. Wajib memberitakan ( Mrk. 16:15 ) dan mengajarkan ( Mat. 28:19 ) Injil Kristus dan menjadi saksi ( Kis. 1:8 ) bagi Allah demi penyelamatan manusia dan alam semesta. Dengan kata lain, orang Kristen sudah ditetapkan untuk menjadi “juruselamat” yang mengerjakan rencana penyelamatan Allah. Tanpa melaksanakan tugas-tugasnya, mereka tidak akan disebut anak-anak Allah; oleh karena itu, hak istimewa pun dicabut dari padanya.

2). CINTA, TUGAS DAN PENDERITAAN. Satu-satunya faktor yang dapat membuat Gereja dan orang Kristen mampu mempertahankan kesucian imannya di tengah situasi penderitaan adalah HATI YANG MENCINTAI KRISTUS-YESUS. Sama seperti Nabi Yeremia mencintai Allah, dan cintanya itu menguatkan tubuh – jiwa – rohnya dalam kondisi kritis, demikian pula rasa cinta itu perlu mengobarkan semangat kristiani untuk terus melakukan tugas pelayanan-kesaksian tentang Injil, meskipun kehidupan terancam bahaya kematian. Suatu kehormatan bagi setiap orang kristen yang menjadi martir dalam mengerjakan karya Allah.

3). KEYAKINAN DALAM PENDERITAAN. Tubuh manusia tidak mampu memikul beban berat. Tubuh itu lemah. Ia membutuhkan kekuatan spiritual yang kokoh, supaya manusia sanggup dan selalu bergairah dalam mengerjakan tugas-tugas. Sama seperti Nabi Yeremia, kadang-kadang rasa kecewa menggodanya untuk melarikan diri dan meninggalkan Allah. Akan tetapi, Yeremia selalu merasakan penghiburan dari Allah, katanya:

Yeremia 15:16 Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataanMu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam.

Pada setiap kesempatan di mana nabi terancam bahaya, ia dikuatkan oleh Firman yang diterimanya sejak ia mendengar panggilan TUHAN. Allah berfirman kepada Yeremia :

Kitab Yeremia;
1:9 .....TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataanKu ke dalam mulutmu.
1:10 Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam."
1:8 “Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN."


Sama seperti itu juga Gereja dan orang kristen patut meyakini akan janji Kristus-Yesus, yang berfirman :

Injil Matius;
11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
11:30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan.
28:20 .......... Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."


ITT - 22-02-2008.

Monday, February 11, 2008

Mazmur 36:9-10


Dari perikop: Kefasikan Orang Berdosa & Kasih Setia Allah

Mazmur 36:9-10

36:9 Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu.
36:10 Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang.

-. lemak di rumahMu Ini bahasa kiasan yang artinya: Apa yang paling baik. Lemak adalah bagian bintang korban yang paling berharga dan paling berkenan pada Allah, sehingga dapat melambangkan apa yang paling baik.

-. sungai kesenanganMu Inipun bahasa kiasan yang sama artinya dengan sungai firdaus, taman Allah dan taman kebahagiaan.

-. sumber hayat "Hayat" mempunyai arti yang luas sekali: hidup bahagia, sejahtera dan aman sentosa.

-. terangMu; berkat "terang ilahi" itu, ialah kebaikan dan kasih Tuhan, manusia dapat "melihat terang’, artinya: menempuh hidup bahagia dan menikmati apa yang baik.


Allah Itu Sumber Kehidupan

Kepada siapakah orang percaya harus mengharapkan keadilan bagi dirinya? kepada Tuhan! Mazmur 36 diawali dengan kondisi dunia yang rusak karena orang-orang yang mendiaminya tidak takut kepada Tuhan. Akan tetapi, kasih setia Tuhan yang sampai ke langit (tidak terbatas) itu tetap dapat diandalkan oleh orang percaya. Orang yang percaya kepada Tuhan akan tetap terjamin, baik secara jasmani (makanan dan minuman) maupun secara rohani (sungai kesenangan Tuhan dalam 36:9 adalah simbol dari sukacita dan damai sejahtera). Sehebat-hebatnya orang jahat, mereka adalah ciptaan Tuhan yang terbatas. Tanpa seizin Tuhan, orang-orang jahat itu tidak akan bisa melakukan sesuatu terhadap orang yang percaya kepada Tuhan.

Kondisi dunia yang berdosa, kadang kala membuat banyak anak Tuhan takut dan kemudian berkompromi dengan anak-anak dunia yang berdosa, padahal anak-anak Tuhan seharusnya berbeda dari dunia, sebab kita adalah orang yang telah dipanggil keluar dari dunia (bandingkan dengan 1 Petrus 2:9: Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.”).

(Aplikasikan ke kehidupan Pemuda ………. Dengan contoh/illustrasi)

Banyak kali kita lebih ingin diterima oleh teman-teman kita daripada menyenangkan hati Allah. Dalam Matius 10:16 (Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati), Tuhan Yesus menasehati orang percaya untuk bersikap cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Orang percaya harus cerdik agar tidak tertipu terus oleh orang dunia. Namun, kecerdikan itu harus diterapkan dengan hati yang tulus, jangan munafik atau berpura-pura dalam bertindak. Untuk menjaga agar hati kita tetap tulus tetapi cerdik, mutlak diperlukan hikmat dan penyertaan Tuhan. Hikmat dan penyertaan Tuhan itu dapat kita peroleh bila kita mendekatkan diri kepada Kristus setiap hari, dengan berdoa dan membaca Firman Tuhan serta memberlakukannya dalam kehidupan kita sehari-hari.. AMIN.

ITT - 11 Februari 2008 - Ibadah BPK-GP

Monday, February 4, 2008

Matius 5:21-26

5:21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.
5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
5:23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
5:24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
5:25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.
5:26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas

KEMARAHAN

Yesus berkata, "Aku datang bukan untuk meniadakan hukum-hukum Allah melainkan untuk menggenapinya." Apa maksudnya?

Tuhan Yesus hendak memberikan pemahaman yang benar mengenai hukum taurat yang selama ini sudah dikontaminasi oleh tafsiran-tafsiran orang Farisi dan ahli Taurat. Dalam ayat 21- 48 kita dapat melihat dengan jelas kontras pandangan di antara Tuhan Yesus dan ahli Taurat. Ada 6 hal yang merupakan pola Matius 5 ini, seperti ayat 21, "Kamu telah mendengar yang difirmankan oleh nenek moyangmu," lalu di ayat 22, kita membaca, "Tetapi Aku berkata kepadamu." Ayat 27, "Kamu telah mendengar firman," lalu di ayat 28, "Tetapi Aku berkata kepadamu," demikian seterusnya. Ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus memiliki otoritas untuk menyampaikan Kebenaran. Tuhan Yesus berotoritas lebih tinggi dibandingkan dengan orang Farisi dan ahli Taurat.

Tafsiran Farisi dan Ahli Taurat

Dalam ayat 21 dikatakan kamu telah mendengar yang telah difirmankan kepada nenek moyang kita. Perhatikan, Tuhan Yesus tidak mengatakan kamu telah membaca. Ini berarti bahwa bukan Firman Allah yang disampaikan kepada mereka, melainkan suatu tafsiran ahli-ahli Taurat sejak zaman dahulu yang kemudian telah menjadi semacam tradisi dalam masyarakat. Sebagai ilustrasi: Di masa sebelum Reformasi Protestan, Alkitab ditulis dalam bahasa Latin. Bahasa yang dapat dimengerti hanya oleh para Imam Katolik. Jemaat tidak mempunyai pilihan lain, jika ingin mengerti kehendak Allah, mereka harus belajar dari tafsiran-tafsiran para imam. Tidak heran, apabila gereja Katolik mengajarkan keselamatan melalui sakramen, uang pengampunan dosa, dan lain-lain, jemaat terima saja. Semua disampaikan dari mimbar. Padahal mungkin saja di antara jemaat ada yang memiliki Alkitab berbahasa Latin, tapi mereka tidak bisa membacanya. Atau bisa tetapi tidak mengerti. Kemudian masuklah Reformasi Protestan yang mendobrak sistem tersebut. Mereka menerjemahkan Alkitab dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh jemaat. Hal ini serupa dengan pengalaman bangsa Israel di Babylonia. Dalam pembuangan, mereka di-"cuci otak" sehingga tidak bisa lagi berbahasa Ibrani, kecuali bahasa Aram. Oleh karena itu, untuk mengerti Firman Allah, mereka menjadi sangat tergantung pada tafsiran orang Farisi dan ahli Taurat.

Pertanyaannya, sejauh mana penyimpangan yang telah dilakukan oleh orang Farisi dan ahli Taurat itu? Keluaran 20 mengatakan "Jangan membunuh," tetapi orang Farisi menambahkan, barangsiapa membunuh akan dihukum. Dari mana kesimpulan itu ditarik? Kemungkinan besar mereka mengutip dan menggabungkan Bilangan 35:30-31 dengan hukum ke-6 ini.

Orang Farisi membuat hukum-hukum Allah menjadi lebih mudah untuk diterapkan, tetapi apakah dengan meletakkan ayat itu bersama sepuluh perintah Allah sudah tepat? Memang kelihatan lebih jelas dan lebih mudah dimengerti, tetapi justru di sinilah terjadi pengeringan atau penyempitan arti. Karena, pada akhirnya yang dihukum hanyalah yang membunuh saja. Jika seseorang tidak membunuh, tidak melakukan tindak kriminal, tidak melakukan aborsi, tidak melempar bom, tidak melakukan euthanasia, tidak ada lagi hukuman atas dirinya. Ia bebas.

Selain itu, hukuman yang dimaksud oleh para Farisi adalah hukuman lokal atau pengadilan manusia. Manusia tidak perlu takut pada pengadilan Allah yang menyelidiki hati. Tak pelak lagi, ahli Taurat dan orang Farisi telah melakukan sesuatu yang fatal karena melihat hukum Allah hanya dari sisi negatifnya saja. Sebab itu, Tuhan Yesus perlu mendobrak dan membongkar apa yang sudah dilakukan mereka.

Perhatikan Kalau Yesus mengutip Perjanjian Lama, maka istilah yang biasa digunakan adalah:

- ‘Ada tertulis’ (It is written / It has been written), seperti dalam Mat 4:4,7,10.
- ‘Tidakkah kamu baca’, seperti dalam Mat 12:3,5 Mat 19:4 Mat 22:31.

Tafsiran Tuhan Yesus

Dalam ayat 22, Tuhan Yesus berkata "Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum." Tuhan Yesus masuk ke dalam jantung atau akar dari permasalahan manusia. Marah merupakan akar dari pembunuhan. Contohnya adalah pembunuhan Kain atas Habel. Saya percaya Allah sungguh sedih ketika pembunuhan pertama kali itu terjadi di antara saudara sekandung. Apa sebab pembunuhan itu? Kemarahan Kain, sang kakak, dengki oleh karena persembahannya ditolak oleh Tuhan. Sebenarnya, Allah sangat menghargai kehidupan.

Dalam penciptaan kita melihat Allah hanya sekali menyebut kematian, itu pun sebagai akibat dari melanggar perintah-Nya: memakan buah pengetahuan baik dan jahat. Jadi, dalam kondisi normal, tidak akan ada kematian. Tetapi oleh karena dosa masuk dalam hidup manusia, kondisi yang abnormal itu berlangsung. Kain mematikan Habel.

Maka Allah menghukum Kain. Tetapi tidak dengan mematikan Kain. Di sinilah kita melihat betapa Allah konsisten dengan prinsipnya, menghormati kehidupan. Ia melindungi Kain dari pembunuhan berikutnya sampai anak dan cucunya. Contohnya, Lamekh (Baca Kejadian 4). Masuk ke zaman Nuh, Allah kita baca hendak mengakhiri kehidupan, tetapi itu pun tidak dihabisinya semua. Nuh dipilih untuk memulihkan kehidupan yang telah rusak oleh dosa. Keluarganya dipilih supaya ada kehidupan yang lebih baik nantinya.

Tapi sekarang … Lihat orang lebih banyak mati bukan oleh karena penyakit, Flu Burung misalnya, tetapi oleh karena orang lain. Flu Burung membutuhkan waktu beberapa hari untuk mematikan puluhan orang, tetapi manusia membunuh ratusan bahkan ribuan orang hanya dalam waktu sehari. Semua ini disebabkan oleh kemarahan yang disertai kebencian. Maka Tuhan Yesus berkata, jika kamu marah, kamu akan mendapatkan hukuman yang setimpal dengan membunuh.

Tidak setiap kemarahan dosa. Marah menjadi positif bila:

- Kemarahan ditujukan pada orang yang tepat. Contoh: Kemarahan di kantor jangan dibawa pulang ke rumah sehingga istri dan anak menjadi sasaran.
- Kemarahan dengan kadar yang sesuai/proporsional. Ukurlah kesalahan orang lain proporsional tidak dengan kemarahan kita?
- Kemarahan pada waktu yang tepat.
- Kemarahan demi tujuan yang benar, yaitu supaya orang itu bertobat.
- Kemarahan dengan cara yang baik, yaitu jelas dan komunikatif.

"Kafir" berasal dari kata "RACA" yang berarti bodoh atau "otak udang." Sedangkan "Jahil" berasal dari kata "MORE" yang berarti karakter yang sangat buruk. Walaupun dengan kata-kata saja, seseorang bisa melukai perasaan orang lain. Pembunuhan tidak selalu dilakukan secara fisik, seperti menusuk, membunuh dan menembak, ia bisa juga berupa pembunuhan karakter melalui kata-kata. Pembunuhan jenis ini boleh jadi mengakibatkan penderitaan yang lebih lama. Maka dari itu, ingatlah jika kita marah, janganlah sampai mengeluarkan kata-kata yang kasar kepada orang lain.

Karena kata-kata yang kasar akan terekam di dalam otak orang bersangkutan dan sulit sekali dihapus. Reputasi orang bisa rusak selamanya oleh karena kata-kata yang keluar pada saat marah. Karena apabila kata-kata yang kasar, yang melukai perasaan, dan yang menjelek-jelekkan seseorang sudah keluar, ia akan beterbangan ke mana-mana, kita tidak dapat lagi memungutnya kembali.

Penyelesaian Kemarahan

Ada 4 jalan penyelesaian kemarahan yang bisa dilakukan:

- Represi - dengan cara menekan kemarahan itu.
- Supresi - kemarahan yang tidak ditunjukkan, selalu berusaha tampil manis di depan orang.
- Ekspresi - mengutarakan kemarahan itu. Akan baik, jika komunikatif sifatnya. Tetapi buruk, kalau impulsif.
- Mengakui kemarahan kita dan menyelesaikannya. Bagi saya, ini yang terbaik.

Tuhan Yesus sendiri menawarkan jalan ke-4.

Yesus berkata "Jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada di dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu itu dan pergilah berdamai dahulu dengannya." Ini berarti jika ada seseorang yang terluka oleh karena tingkah laku atau perkataan kita, sepatutnya kita datangi dahulu orang itu dan membereskan masalah dengannya. Jangan menutup-tutupi persoalan kita dengan aktivitas pelayanan, dengan ibadah, dan lain-lain. Karena bagi Tuhan Yesus, ibadah itu berpusat di hati. Tidak boleh kita mengenakan topeng sepertinya tidak terjadi apa-apa.

Jangan menunda tetapi selesaikanlah dengan segera. Tuhan Yesus mau berkata selesaikanlah persoalanmu itu secara personal. Lakukanlah segera, jangan tunda kemarahanmu hingga matahari terbenam, karena hari esok mungkin saja jauh lebih sulit. Amin.

ITT - 4 Februari 2008 - Khotbah pada Ibadah BPK-GP SP 3 GPIB Bethania Makassar di rumah Sdri.Imelda.P