Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Wednesday, April 23, 2008

2 Samuel 22:1-18

Nyanyian Syukur Daud

22:1 Daud mengatakan perkataan nyanyian ini kepada TUHAN pada waktu TUHAN telah melepaskan dia dari cengkeraman semua musuhnya dan dari cengkeraman Saul.
22:2 Ia berkata: "Ya, TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku,
22:3 Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku; Engkau menyelamatkan aku dari kekerasan.
22:4 Terpujilah TUHAN, seruku; maka aku pun selamat dari pada musuhku.
22:5 Sesungguhnya gelora-gelora maut telah mengelilingi aku, banjir-banjir jahanam telah menimpa aku,
22:6 tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku.
22:7 Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berseru. Dan Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong masuk ke telinga-Nya.
22:8 Lalu bergoyang dan bergoncanglah bumi, dasar-dasar langit gemetar dan bergoyang, oleh karena bernyala-nyala murka-Nya.
22:9 Asap membubung dari hidung-Nya, api menjilat keluar dari mulut-Nya, bara menyala keluar dari pada-Nya.
22:10 Ia menekukkan langit, lalu turun, kekelaman ada di bawah kaki-Nya.
22:11 Ia mengendarai kerub, lalu terbang, dan tampak di atas sayap angin.
22:12 Dan Ia membuat kegelapan di sekeliling-Nya menjadi pondok-Nya: air hujan yang gelap, awan yang tebal.
22:13 Karena sinar kilat di hadapan-Nya bara api menjadi menyala.
22:14 TUHAN mengguntur dari langit, Yang Mahatinggi memperdengarkan suara-Nya.
22:15 Dilepaskan-Nya panah-panah, sehingga diserakkan-Nya mereka, yakni kilat-kilat, sehingga dikacaukan-Nya mereka.
22:16 Lalu kelihatanlah dasar-dasar laut, alas-alas dunia tersingkap karena hardikan TUHAN karena hembusan nafas dari hidung-Nya.
22:17 Ia menjangkau dari tempat tinggi, mengambil aku, menarik aku dari banjir.
22:18 Ia melepaskan aku dari musuhku yang gagah, dari pada orang-orang yang membenci aku, karena mereka terlalu kuat bagiku.

1. Pengantar

Mula-mula [1 dan 2 Sam] hanya satu kitab saja, yaitu kitab Samuel, tetapi kemudian kitab ini dibagi atas dua bagian, yaitu I dan II Samuel. Pokok ceritera I dan II Samuel ialah Penggantian (pergantian takhta) atau ceritera mengenai keluarga Daud. Ceritera ini berisi sejarah mengenai penggantian (pergantian takhta) Daud, dan bermaksud untuk mempropagandakan Salomo sebagai raja yang sah. Di samping itu sejarah ini menitik-beratkan hak waris atas takhta dinasti Daud. Raja Daud digambarkan sebagai raja yang adil dan bijaksana, yang dipanggil dan dipimpin oleh Allah sendiri.

II Samuel seringkali dianggap sebagai Sejarah Kehidupan Daud. Di dalamnya kita baca tentang keberhasilan, kegagalan dan dosa-dosa Daud, khususnya mengenai liku-liku dan perjuangan hidup yang harus dialaminya. Namun, terselip dalam kisah ini suatu janji yang kemudian digenapi di dalam Kristus. Daud bukan saja pilihan Allah pada waktu itu; dia menjadi awal garis keluarga yang akan membawa kepada Sang Penebus sendiri.

[2 Sam] 22:1-23:7 Dua mazmur Daud

Tidak mungkin membuktikan (tapi juga menyanggah) bahwa Daud adalah penulis kedua syair rohani ini. Tapi perlu diperhatikan, bahwa Daud adalah penulis kedua syair tsb, seperti diterima sejak dahulu kala. Mazmur yg pertama [2 Sam 22:1-30] sama dengan Mzm 18 (kecuali beberapa perbedaan kecil). Tampaknya sejarawan menyetujui bahwa setidak-tidaknya mazmur ini ditulis pada zaman Daud. Kedua mazmur ini masing-masing ada kesamaannya dengan Puji-pujian dan Berkat Musa (Ul 32:33).

2 Sam 22 adalah Mazmur Daud yang terpanjang. Mazmur ini secara tradisi mengikuti mazmur-mazmur pendahulunya yang sejenis dan dapat ditemui pada

• Song of Israel by the sea (Kel. 15:1-18)
• Song of Moses (Ulangan 32:1-43)
• Song of Deborah (Hakim-hakim 5)
• Song of Hannah (1 Samuel 2:1-10)
• Song of David (2 Samuel 22; Psalm 18)
• Song of Habakkuk (Habakkuk 3:1-19)

Apa yang dapat disari dari 2 Samuel? Kita bisa menemukan jejak pekerjaan Tuhan dalam kehidupan manusia yang bernama Daud. Ia naik ke tampuk kekuasaan karena urapan Tuhan. Kepahlawanannya begitu memukau karena Tuhan beserta ia dan kejatuhan Daud karena zinah dan pemberontakan anaknya Absalom menunjukkan keadilan Tuhan atas dosa, yang walaupun dilakukan oleh orang pilihanNya, tetapi hukuman tetap dijatuhkan,. Walaupun dosa diampuni, karena pertobatan Daud, akibat dari dosa itu tetap berlaku.

2. Uraian

Makna Teologis yang dapat kita tangkap dari bacaan di atas:
Daud datang mengadukan perkaranya kepada Allah, sebab masalah yang ia alami karena melaksanakan Tugas Allah. Hidupnya terancam bahaya yang ditimbulkan oleh sikap raja Saul dan musuh-musuhnya.
Ia tidak membalas sakit hati karena perlakuan Raja Saul, walaupun ada kesempatan untuk melakukan hal itu (Isam24), melainkan ia berdoa dan minta Tuhan menjadi hakim antara dirinya dengan Raja Saul (Isam24:13,16).
Mengapa Daud berlaku demikian? Sebab ia percaya, bahwa Allah mendengar doanya (2Sam22:7) dan selalu bekerja melepaskan ia dari musuhnya (IISam22:18). Bagi Daud, Tuhan Allah adalah Juruselamat (IISam22:3)

3. Aplikasi

Ketika melaksanakan pekerjaan Tuhan baik di tengah keluarga, melalui gereja dan dalam masyarakat, kita pasti akan berhadapan dengan berbagai sikap manusia. Ada yang suka, ada yang tidak, ada yang teman, ada yang berubah menjadi musuh. Sikap kita sebagai orang percaya adalah harus seperti Daud, menyerahkan semua perkara ke tangan Kristus sebagai pemberi hidup baru.

Sering kita dalam menghadapi masalah, lalu mulai mengumpulkan massa dan mempengaruhi orang lain supaya berpihak kepada kita dan terkadang sampai memakai kekerasan dalam usaha menyelesaikan masalah. Kita harus belajar dari Daud, atas bagaimana Daud menghadapi dan mengatasai orang yang tidak menyukainya.

Biasanya orang lebih suka berada di tempat yang aman daripada harus berpetualang dan meninggalkan kenyamanan. Begitu juga banyak pengikut Kristus sudah cukup puas dengan keadaan rohaninya yang “aman-aman” saja. Daripada memulai petualangan rohani yang seru bersama Tuhan, mereka lebih suka memiliki keadaan rohani monoton dan datar saja. Sedapat mungkin mereka berharap situasi akan terus stabil, tidak ada gangguan, masalah, ataupun hambatan. Lihatlah kehidupan Daud ketika jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba. Ia jatuh bukan saat ia ada dalam pelarian atau peperangan yang menegangkan, tetapi justru saat ia santai di istananya yang nyaman. Hati-hati jika kita sudah cukup puas dengan hidup kekristenan kita selama ini. Daripada puas dengan kehidupan rohani yang biasa-biasa, sebaiknya kita berdoa meminta keberanian dan kekuatan untuk mengalami perkara yang besar.

4. Kesimpulan

Kesuksesan Daud hanya karena Tangan Tuhan. Daud sadar betul akan hal itu dan senantiasa menempatkan Tuhan diatas segalaNya. Kita harus belajar dari Daud dan meletakkan Tuhan diatas segalanya dan sadar bahwa kita dapat menjadi seperti kita hari ini, hanya karena Tangan Tuhan yang membentuk kita, yang memberikan Kristus sehingga dosa kita ditebus dan kita bersyukur dengan bahasa kasih yang diajarkan Kristus Yesus - untuk sesama kita manusia.

Pertolongan Tuhan kepada Daud yang dalam penderitaan dan bahaya maut, pada saat yang tepat membuat Daud semakin berjaya dan percaya kepada Tuhan. Demikian juga kita yang berada dalam penderitaan dosa dan bahaya maut dosa diselamatkan Allah pada saat yang tepat oleh Kristus Yesus.

Ketika menyelamatkan Daud yang benar, Allah menghancurkan lawan-lawan Daud oleh murkaNya. Allah melawan orang-orang fasik yang menganiaya raja yang dipilihNya. Dari keturunan Daud kemudian lahir Yesus Kristus. Tiada yang mengalahkan murka Allah kalau kita manusia melawan kehendak Tuhan dengan menganiaya anakNya Kristus Yesus, dengan kata, perilaku dan tindakan kita.

Bila Tuhan penyelamat kita, tidak ada lagi yang dapat kita takuti. – Roma 8:31-39 - 8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? 32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? 33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? 34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? 35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? 36 Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." 37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. 38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Amin

ITT - 23 April 2008

Saturday, April 12, 2008

Dari Seorang Penganiaya Menjadi Seorang Rasul

Suatu Perubahan Saulus Yang Radikal

Apa yang dialami oleh Saulus dalam perjalanannya menuju ke Damsyik telah merubah hidupnya secara radikal. Dari seorang penganiaya gereja menjadi seorang rasul yang besar. Apa yang membuat Saulus berubah? Jawabannya ialah dalam perjalanan menuju ke Damsyik dengan maksud untuk menganiaya gereja, Tuhan Yesus menyatakan diriNya kepada dia. Kejadian ini berakibatkan suatu perubahan yang radikal pada diri Saulus. Ada beberapa hal yang perlu kita simak bersama.

(1). Tuhan Yesus menghadapi Saulus pada posisi dimana ia berada. Dalam perjalanan Saulus menuju ke Damsyik ia bermaksud untuk menangkap serta menganiaya orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus mengapa ia begitu marah terhadap para pengikut Tuhan Yesus? Jawabannya ialah: karena ia menganggap mereka itu telah menghujat Tuhan. Mana mungkin Yesus orang Nazaret yang mati diatas kayu salib adalah Mesias yang dijanjikan oleh Tuhan dan yang ditunggu-tunggu oleh bangsa Israel.

Ia tidak percaya akan hal itu; ia menganggap hal itu sebagai suatu hujatan, sebagai satu batu sandungan. I korintus 1: 23. Ia tidak percaya meskipun Stefanus telah memberikan khotbah yang mengulas akan ajaran Perjanjian Lama, serta memberi kesaksian kalau ia "melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri disebelah kanan Allah ." Penyataan diri Yesus Kristus dalam kemuliaan adalah suatu tindakan yang membuat Paulus tak dapat menyangkal lagi akan apa yang ia sangkal dan lawan selama ini. Tuhan Yesus dengan hikmat dan kasih karuniaNya mengkonfrotir Saulus untuk mengakui suatu kenyataan secara tangan pertama. Tuhan Yesus menghadapi Saulus pada posisi dimana ia berada.

(2). Tuhan memberi Saulus anugrah, kasih dan kebenaran. Tatkala Tuhan Yesus menyatakan diriNya kepada Saulus, Ia mengambil suatu langkah yang aktif dan positif - menyatakan diriNya kepada Saulus.. Dalam hal ini Saulus berada pada posisi pasif - menerima fakta penyataan diri Tuhan Yesus Kristus. Namun saat anugrah dan kasih dinyatakan dan diberikan oleh Tuhan Yesus, maka Saulus secara aktif bertanya: "Siapakah engkau Tuhan?" Kalau ia mengetahui Dia adalah Tuhan mengapa masih bertanya siapakah engkau? Karena Ia melihat Tuhan Yesus dalam kemuliaan (apakah pada saat itu Tuhan Yesus didampingi oleh Stefanus?), Ia juga mendengar jawabanNya: "Akulah Yesus yang kau aniaya itu." Saulus sebagai seorang yang terdidik baik dalam Taurat ia mengetahui tak ada seorang manusia yang dapat melihat kemuliaan Allah dan tetap hidup. Keluaran 33:20. Yesus memberi dia kasih, anugrah dan kebenaran, untuk percaya bahwa Dia adalah Mesias, Anak Allah.

(3). Tuhan menyatakan rencananya memilih Saulus sebagai rasul. Selain Saulus tidak mati tatkala ia melihat Tuhan Yesus yang menyatakan diriNya dalam kemuliaan, Tuhan Yesus juga memberi dia anugrah besar dengan memilihnya sebagai rasul yang diutus untuk memberitakan injil diantara bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.

Tuhan Yesus juga memunyai rencana yang indah bagi Saulus; Yesus juga memberi dia janji penyertaanNya di dalam penderitaan yang akan dialami oleh Saulus dikemudian hari. Saulus yang kemudian merubah nama menjadi Paulus (Kisah Para Rasul 13: 9) tidak menyia-nyiakan kasih anugrah Tuhan Yesus, ia melaksanakan amanatNya, ia mulai memberitakan injilNya dengan semangat yang besar.

Bagaimana dengan kita? maukah kita menjawab kasih anugrah Tuhan Yesus dengan lebih penuh semangat memberitakan Injil Kristus, seperti halnya Paulus?

ITT - 10 April 2008

Friday, April 11, 2008

Kisah Para rasul 9:1-19a

-->
Saulus Bertobat
9:1 Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar,
9:2 dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.
9:3 Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia.
9:4 Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?"
9:5 Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu.
9:6 Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat."
9:7 Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang juga pun.
9:8 Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik.
9:9 Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum.
9:10 Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: "Ananias!" Jawabnya: "Ini aku, Tuhan!"
9:11 Firman Tuhan: "Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa,
9:12 dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi."
9:13 Jawab Ananias: "Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem.
9:14 Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu."
9:15 Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.
9:16 Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."
9:17 Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus."
9:18 Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis.
9:19a Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya.

Peristiwa yang maha penting dalam sejarah Gereja ini oleh Lukas diceritakan sampai tiga kali. Perbedaan-perbedaan kecil yang nampak dalam ketiga cerita itu dapat dijelaskan oleh perbedaan jenis sastra yang dipakai: kedua cerita lain menjadi sebagian dari wejangan Paulus. Lihat juga Gal 1:12-17. Mungkin sekali peristiwa itu terjadi dalam tahun 36, kira-kira dua belas (menurut perhitungan dahulu: empat belas) tahun sebelum "konsili Yerusalem", Gal 2:1 dst; bdk Kis 15. Konsili itu diadakan dalam th. 49.

Frasa: PERTOBATAN PAULUS.
Teks: Ayat Kis 9:3-9 mengisahkan pertobatan Paulus di jalan menuju Damsyik (bd. Kis 22:3-16; 26:9-18). Bahwa pertobatannya terjadi di jalan dan bukan kemudian di rumah Yudas (ayat Kis 9:11) jelas dari yang berikut:
1) Paulus menaati perintah Kristus (ayat Kis 9:6; 22:10; 26:15-19), menyerahkan dirinya untuk menjadi "pelayan ... dan saksi" Injil (Kis 26:16) serta utusan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi (Kis 26:17-19) dan bertekun dalam doa (ayat Kis 9:11).
2) Paulus disebut "Saulus saudaraku" oleh Ananias (ayat Kis 9:17). Ananias sudah menganggap Paulus sebagai orang yang sudah mengalami kelahiran baru (lih. Yoh 3:3-6), diserahkan kepada Kristus serta misi Allah dan hanya perlu dibaptiskan, memperoleh kembali penglihatannya, dan dipenuhi dengan Roh Kudus (ayat Kis 9:17-18)

Eksposisi Kisah Para rasul 9:1-19a

Hari ini kita akan merenungkan Kisah Para Rasul 9:1-19a, yang mengisahkan tentang pertobatan Saulus dan bagaimana Tuhan mengubah dia dari seorang penjahat menjadi seorang rasul Tuhan. Kisah per to batan Paulus ini sangat unik dan penting hingga dicatat sebanyak tiga kali dalam pasal 9, 22, dan 26.

Dalam Filipi 3:6, Paulus menyebutkan bahwa dulunya sebagai seorang Farisi dia adalah seorang yang taat beragama; sejak mudanya ia menjalankan hukum Taurat dengan penuh ke sungguhan, dan tidak ada tanda-tanda kemunafikan dalam hidupnya. Ironisnya, di sisi lain, ia seorang penganiaya jemaat Tuhan. Dengan inisiatifnya sendiri, ia meminta surat kuasa kepada imam-imam kepala untuk mengejar dan membinasakan pengikut Kristus (Kis. 26:10-11). Ia menganggap semua itu ia lakukan untuk Allah. Kedua hal ini: kebenaran dalam menaati hukum Taurat tidak bercacat dan menganiaya jemaat Allah merupakan kontradiksi yang tidak dapat didamaikan. Hal ini menunjukkan kega galan agama di luar Injil Yesus Kristus.

Di luar Injil Yesus Kristus, orang bisa terlihat begitu taat beragama dan bersungguh-sungguh melakukan perin tah agama, namun sebenarnya ia belum kembali kepada Allah sejati. Hal serupa juga dilakukan oleh kelompok-kelompok orang yang melakukan pembakaran gereja, pembunuhan terhadap umat Allah dan hamba Tuhan, lalu menganggap mereka sedang melayani Allah dan pasti masuk sorga. Orang-orang Kristen juga bisa jatuh ke dalam kesalahan serupa. Di luarnya seperti beragama, tetapi secara diam-diam berkanjang dalam dosa dan imoralitas yang sangat dibenci Tuhan. Inilah bahayanya rasionalisasi yang selalu dilakukan orang. Kita mempunyai suatu konsep yang salah, lalu menganggapnya sebagai kebenaran dan mengabdikan hidup kita bahkan rela mati untuk hal yang salah itu dan menganggapnya sebagai kebenaran. Dulunya Paulus juga melakukan kebodohan serupa, sampai ia berjumpa secara pribadi dengan Kristus, baru dia disadarkan dan dilepaskan dari kesesatan yang ia lakukan selama ini.

Inilah signifikansi reformasi. Setelah kehidupan agama berjalan sekian lama, ternyata sudah terjadi penyimpangan yang begitu parah dari ajaran Kitab Suci. Karena itu, dibutuhkan usaha untuk kembali kepada ajaran asli Injil. Semua usaha kita untuk melaksanakan perintah Allah (Taurat) ternyata tidak membawa kita kepada kemerdekaan sejati di dalam Kristus. Kebenaran ini sangat disadari oleh Martin Luther. Ketakutannya akan neraka mendorong dia untuk melakukan berbagai usaha untuk dapat diteri ma oleh Tuhan. Namun kedamaian yang ia carinya itu tidak pernah diperolahnya, sampai suatu hari, ia disa darkan oleh kebenaran Injil bahwa keselamatan itu hanya dapat diperoleh sebagai anugerah di dalam Kristus yang telah memenuhi semua tuntutan hukum Allah dengan sempurna dan mencapai kebenaran bagi kita, sehingga melalui iman dalam Kristus kita boleh dibenarkan/diselamatkan. Bagi Martin Luther penemuan rahasia Injil ini membuat dia seperti melihat pintu sorga terbuka bagi jiwanya yang sengsara dan kini menemukan kedamaian sejati dan kepastian keselamatan dalam Kristus.

Berikutnya kita akan melihat apa yang dilakukan Tuhan untuk menolong Saulus (Paulus):

1. Tuhan Yesus mengkonfrontasi Saulus (Kis. 9:3,4)

Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika sudah hampir tiba ke kota itu, tiba-tiba cahaya dari langit yang begitu menyilaukan menyergap Saulus dan rombongannya, sehingga Saulus dan seluruh rombong an nya jatuh ke tanah; bahkan Saulus yang menjadi fokus utama konfrontasi Tuhan menjadi buta dan harus dituntun orang untuk masuk ke Damsyik. Tuhan Yesus menam pakkan diri kepada Saulus dalam kemuliaan dan kuasa-Nya yang berdaulat. Tuhan mengkonfrontasi Saulus untuk menyadarkan dia akan ketakberdayaannya, kerapuhannya; ia tidak lebih hanyalah manusia berdosa yang berada di bawah penghukuman Allah. Akibat konfrontasi Allah ini kini misinya untuk membinasakan pengikut Kristus terhenti.

Puji Tuhan, kalau Tuhan mengkonfrontasi hidup kita sehingga kita disadarkan akan kelemahan kita; itu berarti Tuhan masih mengasihi kita, Ia ingin supaya kita menghentikan segala perbuatan dosa kita. Dia masih beranugerah pada kita dengan tidak membiarkan kita semakin jatuh ke dalam liang dosa semakin dalam. Janganlah kita bersungut-sungut dan menganggap Tuhan tidak baik karena penderitaan yang kita alami, percayalah semua tantangan dan kesulitan yang Tuhan ijinkan kita alami adalah untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, membentuk kita semakin serupa dengan Kristus. Hati-hatilah terhadap sikap yang salah dalam merespons penyataan kuasa Allah yang dahsyat, yaitu melihat kuasa kuasa Tuhan sebagai kesempatan untuk dimanipulasi untuk memuaskan nafsu dosa dan kepen ting an diri sendiri. Hal ini tidak terjadi pada Saulus. Ketika kemuliaan Allah yang berdaulat dinyatakan, dia dijadikan rendah hati, tunduk, dan dibuat siap untuk menerima titah Tuhan.

2. Tuhan membongkar semua kesalahan Saulus (Kis. 9:4,5)

Saulus tergeletak tak berdaya di tanah, terkurung oleh terang Ilahi yang menguasai dia tanpa daya. Lalu Tuhan berseru kepadanya, “Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?“ Ini adalah dakwaan. Saulus merasa heran, kapan dia pernah memusuhi kuasa ilahi dari sorga [Tuhan], yang sekarang berkata telah dianiaya olehnya. Ini suatu paradoks: Jika Pibadi yang mengkonfrontasi dia itu begitu berkuasa sehingga membuat dia tak berdaya di tangan-Nya, lalu bagaimana dia dapat menganiaya Dia? Paulus tidak mengerti, bingung, dan tidak bisa menjawab (alasan mengapa Saulus menganiaya Dia). Hal yang urgen untuk mendapatkan titik terang ialah mencari tahu siapakah Dia ini? Maka Saulus balas bertanya, “Siapakah Engkau, Tuhan?” dan dijawab, ”Akulah Yesus yang kauaniaya.” Saulus berharap dengan mengetahui identitas kuasa itu, ia dapat mengerti. Namun jawaban itu membuat dia tambah bingung, bahkan jawaban itu sekarang bagaikan ledakan yang lebih dahsyat daripada terang yang membutakan itu.

Seumur hidupnya ia telah berusaha hidup taat kepada perintah Allah. Ia telah mempersembahkan hidupnya untuk melayani Tuhan. Sekarang dia berusaha menghapuskan satu sekte yang mempertuhankan seorang rabi yang sudah disalibkan. Yesus sudah mati di salib, para pengikut-Nya harus dibungkam, maka “kebohongan“ dapat segera dihentikan dan tidak menyebar lebih luas. Tetapi sekarang, Pribadi ilahi yang mengkonfrontasi dia mengaku adalah Yesus. Berarti Yesus tidak berakhir dalam kematian, seperti yang ditiupkan oleh para pemimpin agama, melainkan hidup seperti yang diyakini orang-orang Kristen. Dan sekarang Yesus yang bang kit mendakwanya telah menganiaya Dia. Jelas memang dia mengejar para pengikut Yesus dan berusaha membinasakan mereka, dan sekarang perbuatannya itu dikatakan Yesus yang bangkit sebagai tindakan menganiaya Dia.

Ternyata Yesus yang diyakini orang Kristen itu benar-benar sudah bangkit dari kematian. Jika demikian, Dialah Mesias yang dijanjikan itu. Berarti selama ini dia telah melawan Allah, menentang pekerjaan Allah, dan memberontak kepada Mesias yang dijanjikan itu. Sekarang Saulus bagaikana satu bangunan yang runtuh. Seluruh keagamaannya ternyata salah; doktrinnya salah; misi dan perjuangannya salah. Dia yang berpikir sedang melayani Allah ternyata sedang melawan Allah. Dan sekarang, dia sebagai yang terdakwa yang telah terbukti bersalah. Semua karier agamanya ternyata dibangun di atas dasar yang salah, dan semua yang dilakukan selama ini ternyata sedang menumpuk kesalahan untuk dijatuhi hukuman dari Allah. Dapatlah dibayangkan apa yang kita rasakan jika ternyata seseorang yang kita perlakukan secara kasar dan kurang ajar ternyata adalah seorang mafia besar. Waktu demikian, kita tidak bisa hidup tenang lagi, karena bukan saja diri kita, tetapi mungkin seluruh keluarga kita akan dibantai secara sadis olehnya. Kini, Saulus dengan semua kesalahannya yang kurang ajar kepada Tuhan harus menghadapi Tuhan yang sedang mendakwa dia. Nasibnya sudah hampir dapat diduga, tidak ada harapan.

Sebagian orang menganggap dirinya adalah seorang yang suci karena tidak memakan daging, dan sebagian orang lain menganggap diri orang yang baik karena melakukan sedikit pertolongan orang yang sedang dalam kesulitan. Namun, ketika orang bertemu dengan Tuhan sejati ia baru menyadari bahwa semua kebaikan dan kesalehannya itu bagaikan kain kotor di hadapan Tuhan. Injil membawa kita pada Allah yang sejati; dan pada waktu itu, Allah yang mahakudus akan mengkonfrontasi kita menyingkapkan semua kesalahan seperti yang telah Ia lakukan kepada Saulus.

3. Tuhan menaklukkan Saulus (Kis. 9:6-9)

Dengan kuasa penuh dari imam besar Saulus mau masuk ke Damsyik untuk menghabisi orang-orang Kristen yang tidak berdaya melawan Dia. Tetapi kini, secara fisik, dia adalah seorang pesakitan yang tergeletak tak berdaya di tanah dan sedang dikonfrontasi Allah; dan secara rohani, lebih parah lagi, ia telah terbukti bersalah melawan Tuhan. Ia berada dalam kondisi yang begitu mengerikan. Perhatikan, Allah tidak datang dengan bujuk rayu karena ketakutan kita tidak mau menjadi pengikut-Nya. Allah tidak tidak membutuhkan manusia, sebaliknya kitalah yang membutuhkan Dia. Tetapi sekarang banyak orang mengajarkan Injil yang antroposentris yang menjadikan manusia sebagai yang utama dan menjadikan Tuhan tidak lebih sekedar “pembantu.“ Ini theologi yang salah dan yang hanya akan menghasilkan suatu keagamaan yang kurang ajar! 


Sebaliknya, Alkitab mengajarkan bahwa Allah datang dengan kuasa kemuliaan-Nya dan kedaulatan penuh kepada Saulus. Tuhan membuatnya sadar bahwa dia bukanlah siapa-siapa di hadapan-Nya. Dia nothing, hopeless, dan buruk. Tidak ada hal lain yang dapat dilakukan oleh Saulus selain hanya menunggu titah Tuhan dan menyerahkan hidupnya dalam belas kasihan Allah. Injil yang theosentris ketika diberitakan menjadikan hati manusia direndahkan, diremukkan, dan tunduk kepada Allah untuk diubahkan sesuai kehendak-Nya.

Namun Tuhan yang datang dengan segala kemuliaan-Nya juga adalah Tuhan yang penuh kasih karunia. Dia yang mengkonfrontasi Saulus dan meremukkannya adalah Tuhan yang hendak membangun satu hidup yang baru untuk dipakai oleh-Nya. Tuhan mempunyai rencana besar atas hidup Saulus, Tuhan ingin memakainya menjadi “alat pilihan“-Nya. Tuhan akan memakai hidup Saulus secara luar biasa, ia akan diutus untuk menjadi pemberita Injil kepada segala bangsa, dan itu termasuk menderita bagi Tuhan dan demi Injil. 


Adakah orang yang diberitakan Injil dengan diberi tahu bahwa yang akan dia peroleh ialah penderitaan, lalu dia menyambut Injil dengan gembira? Hampir tidak ada. Tetapi ini terjadi pada Saulus. Ketika me­nyam but Injil, beriman kepada Tuhan Yesus dan menerima baptisan, dia jelas bahwa kerja keras bagi Injil dan penderitaan sudah menantinya. Tetapi Saulus menerima seluruh rencana Tuhan dengan taat. Mengapa?

Karena dia sudah nothing, sehingga kalau boleh menderita bagi Tuhan itu pun lebih baik baginya. Orang perlu dihancurkan terlebih dahulu untuk dapat ditaklukkan Tuhan dan setelah itu ia baru menyambut setiap titah Tuhan dengan tidak tawar-menawar.

4. Tuhan mengubah dan memakai Saulus (Kis. 9:15,16 & Kis. 26:16-19)

Tuhan sudah mempunyai rencana-Nya yang indah bagi kehidupan Saulus. Tuhan berkata kepada Ananias yang diutus-Nya untuk melayani Saulus, bahwa Saulus adalah “alat pilihan-Nya” untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Tidak main-main, Allah bahkan sudah memilih dia sejak dalam kandungan ibunya, dan mempersiapkan dia melalui berbagai kesempatan pendidikan dan pengalaman untuk mem persiapkan dia menjadi seorang pelayan yang berkualitas. Dalam rencana-Nya Tuhan bahkan membiarkan Saulus mewujudkan puncak dari kesalahan keagamaannya, yaitu penganiaya yang ganas terhadap umat tebusan-Nya. Program-Nya ialah untuk meremukkan Saulus, membentuk dia menjadi seorang manusia baru. Bahkan semua ini sangat berguna bagi Saulus untuk nantinya merefleksikan kembali keterbatasan Hukum Taurat (Perjanjian Lama), dan penggenapan Injil Yesus Kristus (Perjanjian Baru).

Tidak semua orang rela menyambut rencana Allah bagi hidup mereka. Tapi Saulus menunjukkan respons yang positif. Dalam kesaksiannya pada Raja Agripa, Paulus berkata, “Kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat“ (26:19); dan dalam seluruh hidup pelayanannya, Rasul Paulus merespons panggilan pelayanannya dengan takut dan gentar, rajin, setia, dan habis-habisan melayani Tuhan.

Tuhan telah mengubah hidup Saulus secara total. Perjumpaan dengan Tuhan yang bangkit menjadi titik balik kehidupannya. Sejak itu, Tuhan telah mengubahnya dari seorang penganiaya jemaat menjadi seorang gembala yang setia dari jemaat Tuhan; dari seorang yang memiliki keagamaan yang natural dan terperangkap dalam kepalsuan agama menjadi seorang manusia baru yang memiliki keagamaan yang penuh kesejatian dalam Kristus. Di kemudian hari kita mendapati Paulus sebagai seorang yang memiliki integritas yang murni, seorang pelayan Injil yang setia, seorang penjabar kebenaran Injil Kristus yang cemerlang, seorang misionaris Kristus yang dipakai secara luar biasa untuk memenangkan banyak orang dan wilayah penting bagi kerajaan Allah. Paulus mewariskan kepada kita eksposisi Injil dan nasihat pastoral, dan teladan kehidupan dan pelayanan yang begitu berharga. Semua ini terjadi, karena Tuhan pernah mengkonfrontasi dia untuk menyetop kehidupan yang salah; karena Tuhan pernah menelanjangi seluruh kesalahannya yang sangat terselubung dalam keagamaan yang penuh rasa percaya diri; karena Tuhan pernah meremukkan dia habis-habisan yang memungkinkan dia dapat dijadikan manusia baru yang siap dibentuk dan dipakai Allah secara leluasa bagi kerajaan-Nya dan kemuliaan-Nya. Pertanyaanya sekarang ialah: apa makna semua ini bagi kehidupan kita? Kiranya anugerah Tuhan juga menjangkau setiap diri kita. Amin.

ITT - 11 April 2008