Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Monday, October 20, 2008

Maleaki 3:6-12


3:6 Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.
3:7 Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku dan tidak memeliharanya. Kembalilah kepada-Ku, maka Aku akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?"
3:8 Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!
3:9 Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!
3:10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
3:11 Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.
3:12 Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam

Apakah memang orang Kristen wajib menyerahkan perpuluhan?

Masih sejak Abraham perpuluhan telah dilakukan (Kej 14:1-24). Kemudian Taurat Musa mewajibkan untuk menyerahkan perpuluhan (Im 27:30-33; Ul 14:22) sebagai suatu akta pengucapan syukur dan ketaatan. Perjanjian Baru tidak secara eksplisit mengajarkan perpuluhan, mungkin karena telah dimaklumi sendiri [Mrk 8:34-37; Rm 12:1].

Sikap Yesus mengenai pemilikan harta milik dijelaskan dalam rentetan ungkapan [a.l. Mrk 1:29; 10:28; 10 21]. Bahwa harta milik untuk membantu sesama jelas pula dari perumpamaan mengenai Orang Samaria yang Murah Hati (Luk 10:30-35). Dari perbuatan orang Samaria, yang perlu dicontohi bukan memberikan segala sesuatu sekaligus, melainkan menyediakan dana agar orang yang jatuh ke dalam tangan perampok-perampok dapat diselamatkan dan dirawat sampai sembuh. Unsur yang penting di sini ialah bahwa milik duniawi harus dipergunakan untuk pelayanan kasih. Dengan demikian soal harta milik dalam Perjanjian Baru dijadikan soal etika sosial, bukan etika perseorangan.

Dari bagian ini ada beberapa hal yang bisa kita bahas:

1. Segala sesuatu tergantung Tuhan. Hujan, belalang, buah, semua tergantung Tuhan (ay 10-11). Jadi, sukses tidaknya pekerjaan kita, lancar tidaknya usaha kita, semua tergantung kepada Tuhan (bdk. Maz 127:1). Jadi, segala sesuatu yang kita hasilkan dari pekerjaan, bahkan segala milik kita, sebetulnya adalah pemberian Tuhan. Kalau kita menyadari hal ini, sebetulnya tidak akan sukar bagi kita untuk memberikan 10% dari penghasilan kita kepada Tuhan. Kita sebetulnya hanya 'mengembalikan' 10% dari yang Tuhan berikan kepada kita. Bdk. Kej 28:22 yang berbunyi: 'Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepadaMu'. Persepuluhan sebetulnya menunjukkan iman / kepercayaan kita bahwa semua milik kita adalah pemberian Tuhan.

2. Banyak orang 'menjadi miskin karena tidak memberikan persepuluhan' dan bukannya 'tidak memberikan persepuluhan karena miskin' (2Kor 9:6a). Banyak orang mau Tuhan mencukupi kebutuhannya dulu (bahkan berlimpah-limpah dulu), baru mau memberikan persepuluhan. Tetapi ini terbalik!! Tuhan menghendaki kita memberikan persepuluhan dulu, baru Ia akan memberkati kita! (ay 10-11). Bandingkan juga dengan Mat 6:33 dan 1Raja-raja 17:7-16. Kedua bagian ini mengajarkan kita untuk mengutamakan Tuhan dulu, dan kalau kita mau melakukan hal itu, maka pastilah Tuhan akan mencukupi kebutuhan hidup kita! Mungkin saudara berkata: 'Dengan 100% penghasilan saya saat ini, saya tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga saya. Lalu bagaimana bisa cukup kalau penghasilan saya itu masih harus dipotong 10% untuk diberikan kepada Tuhan?'. Untuk menjawab pertanyaan ini perlu saya jelaskan bahwa kalau saudara memberikan persepuluhan, maka Tuhan akan memberikan berkat. Ini bisa Ia lakukan dengan menambah penghasilan saudara atau menyuruh seseorang memberi uang kepada saudara. Atau bisa saja Tuhan menyingkirkan 'belalang' dari kehidupan saudara. Mungkin selama ini saudara tidak cukup, karena adanya 'belalang' itu yang bisa berbentuk macam-macam hal, seperti anak sakit, kendaraan rusak, dan semua pengeluaran extra lainnya. Kalau 'belalang' itu disingkirkan oleh Tuhan, maka bisa saja dengan 90% penghasilan saudara, saudara justru bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga saudara!

3. Apakah semua ini berarti bahwa ajaran Theologia Kemakmuran itu betul? Tidak! Hal yang penting sekali untuk diketahui adalah bahwa ada perbedaan besar antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, Tuhan menjanjikan berkat Tuhan, kalau Israel taat kepadaNya. Tetapi penekanan dari berkat itu adalah pada hal-hal jasmani (Bdk. Ul 11:8-15 Ul 28:1-14 Mal 3:8-11). Dalam Perjanjian Baru, kalau kita taat, kita juga akan diberkati. Tetapi penekanan dari berkat disini adalah pada berkat rohani! (Bdk. 2Kor 9:6-11). Kalau kita hanya membaca 2Kor 9:6, maka kita mungkin akan menarik kesimpulan bahwa orang yang memberi banyak persembahan, juga akan menuai banyak _uang_. Tetapi cobalah baca terusannya! 2Kor 9:8 menyebutkan bahwa 'mereka berkelimpahan dalam berbagai _kebajikan_'! 2Kor 9:10 mengatakan bahwa 'Allah akan melipatgandakan dan menumbuhkan _buah-buah kebenaranmu_'! 2Kor 9:11 mengatakan bahwa 'kamu akan diperkaya dalam segala macam _kemurahan hati_'. Ini semua jelas menunjuk pada berkat rohani. Bagaimana dengan berkat jasmani dalam Perjanjian Baru? Apakah Tuhan menjanjikan kekayaan? Sama sekali tidak!! 2Kor 8:1-6 menceritakan tentang jemaat Makedonia yang memberi lebih banyak dari kemampuan mereka. Tapi mereka tidak menjadi kaya! Demikian pula dengan orang-orang yang menjual rumah dan tanahnya, lalu mempersembahkan kepada Tuhan dalam Kis 4:34-37. Tidak pernah dikatakan bahwa mereka lalu menjadi kaya / menerima banyak rumah! Rasul-rasul yang mengikut Tuhan (termasuk Paulus) adalah orang-orang saleh. Tetapi mereka tidak menjadi kaya dalam hal jasmani! Jadi, dalam Perjanjian Baru, dalam hal jasmani Tuhan tidak menjanjikan kelimpahan. Tetapi, Ia menjanjikan kecukupan (dalam arti: orang kristen tidak perlu mengemis, berhutang, mati kelaparan, dsb). Janji ini bisa saudara dapatkan dalam Mat 6:25-34. Juga kalau saudara memperhatikan doa Bapa Kami (Mat 6:9-13), Yesus tidak mengajar supaya kita meminta jadi kaya / berlimpah-limpah, tetapi supaya cukup (Mat 6:11). Pertanyaan yang mungkin timbul: Mengapa Perjanjian Lama berbeda dengan Perjanjian Baru? Apakah Tuhan berubah? Tidak!! Tuhan tidak berubah, tetapi _caraNya_ menunjukkan cintaNya berubah. _Illustrasi_: Waktu anak saudara berumur 2 tahun, saudara menunjukkan cinta saudara dengan menggendong dia, menciumi dia dsb. Tetapi cara saudara menunjukkan cinta saudara kepadanya tentu berbeda pada waktu anak itu sudah berumur 17 tahun! Saudara tetap mencintai dia, tetapi cara menunjukkan cinta (perwujudan cinta) berubah. Allah memperlakukan orang-orang Perjanjian Lama seperti anak kecil, sedangkan orang-orang Perjanjian Baru seperti orang dewasa. Mengapa demikian? Karena adanya salib / pengorbanan Yesus yang memisahkan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru! Pada jaman Perjanjian Lama, belum ada pengorbanan Yesus. Jadi, orang sukar untuk bisa melihat kasih Allah, kalau Allah tidak memberikan berkat jasmani yang berkelimpahan. Tetapi pada jaman Perjanjian Baru, pengorbanan Yesus sudah terjadi. Jadi, sekalipun kita tidak diberi terlalu banyak berkat jasmani, bahkan sekalipun kita ada dalam penderitaan, kita bisa 'melihat ke belakang' (yaitu pada salib yang merupakan puncak pernyataan kasih Allah), dan kita bisa yakin bahwa Allah mengasihi kita. Jadi, dalam Perjanjian Baru tidak lagi diperlukan berkat jasmani yang berkelimpahan untuk bisa melihat kasih Allah! Allah kadang-kadang memberikan kekayaan kepada orang kristen tertentu, tetapi Ia tidak pernah berjanji bahwa semua orang kristen akan menjadi kaya! Lihat Calvin, /?Institutes of the Christian Religion?/, Book II, chapter XI, no 1-4. _Kesimpulan_: Mal 3:10-12 tidak mendukung Theologia Kemakmuran!

4. Persembahan persepuluhan tanpa ketaatan dalam hal-hal lain, tidak akan dipedulikan oleh Tuhan (Yes 1:10-20 1Sam 15:22). o Kalau ada dosa dalam kehidupan saudara, jangan memberikan persepuluhan untuk menyogok Tuhan! Persepuluhan tidak bisa menggantikan ketaatan yang dituntut Tuhan dari diri saudara! o Persepuluhan juga tidak bisa menggantikan pelayanan yang dituntut Tuhan dari saudara! Jangan memberi persepuluhan, lalu tidak melayani Tuhan, dengan pikiran bahwa saudara sudah 'mengupah' hamba Tuhan untuk melayani Tuhan! o Sekalipun saudara sudah memberikan 10% kepada Tuhan, saudara tetap harus menggunakan yang 90% sesuai kehendak Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan (1Kor 10:31).

5. Motivasi pada waktu memberikan persembahan persepuluhan: a. Jangan memberi dengan terpaksa. Memang yang tidak memberi persembahan persepuluhan akan dihukum. Tapi jangan hanya karena takut dihukum, lalu saudara memberikan persepuluhan! Bdk. 2Kor 9:7. b. Jangan memberi dengan pamrih (supaya dibalas Tuhan). Memang orang yang memberi persepuluhan akan diberkati Tuhan, tetapi jangan memberi dengan tujuan supaya saudara diberkati! Kalau saudara memberikan persepuluhan dengan 'jiwa dagang' seperti ini, jangan berharap bahwa Tuhan akan memberkati saudara! Kalau toh ada berkat, itu mungkin datang dari setan! Berikan persembahan persepuluhan karena saudara mencintai Tuhan. Berikan dengan hati yang rela / sukacita. Berikan dengan tujuan supaya Tuhan dipermuliakan! Maukah saudara melakukan hal itu? -AMIN-

Dalam PL terdapat 3 jenis Persepuluhan:

1. Perayaan Persepuluhan (Ref: Ul.12;14:22-29)
Perayaan Persepuluhan (dan juga perayaan-perayaan yang lain) merupakan simbolik atau bayangan dari apa yang harus datang, dan hal ini telah digenapi oleh Kristus (Kol 2:16-17), sehingga pada aplikasinya sekarang bertolak pada makna bukan liturgi yang dilakukan; Memakan persembahan persepuluhan dan bersukaria adalah suatu ciri saat umat Tuhan memberikan suatu persembahan (harus disertai rasa ucapan syukur yang tulus bukan karena terpaksa). Perayaan Persepuluhan ini dilakukan setiap tahun sekali.

2. Persepuluhan Bagi Orang Yang Membutuhkan (Ref: Ul.26:12-15)
Persepuluhan tipe ini dilakukan setiap 3 tahun sekali dan berfungsi sebagai sumbangan kepada orang yang membutuhkan (orang miskin, anak terlantar, etc). Aplikasi dalam PB telah dikenal dengan nama Diakonia, yang oleh beberapa Gereja masih giat dilakukan hingga kini dengan cara memberikan santunan kepada orang miskin.

3. Persepuluhan Bagi Kaum Lewi (Ref: Im.27:30-33; Bil.18:21,24; Mal 3:10; Ibr.7:5)
Persepuluhan tipikal ini nampaknya lebih rutin dilakukan (mungkin dengan periode lebih pendek dari jenis Persepuluhan lainnya); Persepuluhan ini merupakan hak Imam secara penuh (dengan memberikan lagi persepuluhan dari Imam bagi Tuhan). Jenis persepuluhan ini paling sering disebutkan dalam keseluruhan Alkitab (termasuk dalam sejarah dalam Alkitab), sebagai referensi sejarah dalam 2Taw 31:2-21; Neh.10:36-38; 12:44; menyatakan bahwa persembahan persepuluhan dimasukkan kedalam bilik perbendaharaan Sinagoge karena jumlahnya yang sangat banyak, (jadi tidak langsung dihabiskan seperti jenis yang pertama, yang dihabiskan oleh masing-masing keluarga yang membawa persembahan persepuluhan), dan berdasarkan perbuatan Hizkia hal ini dipandang baik oleh Allah (dengan kata lain Allah menyetujui penimbunan persembahan persepuluhan dalam Sinagoge). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Persepuluhan Bagi Kaum Lewi (secara makna) masih berlaku hingga zaman Gereja sekarang.

Allah lewat penuturan Alkitab, tidak pernah mengagungkan sekelompok usia, dan melecehkan yang lain, bagiNya semuanya berharga dan Dia adalah juga Tuhan untuk semua masa (Yesaya 46:3-4)

Pengelompokan kategorial seperti GP, adalah cara menuju, menuju tujuan, ‘menjadi gambar Allah yang tidak samar-samar’.

Jikalau Tuhan memberikan masa muda, bukan supaya pemuda tenggelam dalam obsesi mengejar berbagai ambisi dan prestasi kedurhakaan, kesenangan dan harta benda. Karena hal ini akan mengguncang relasi bagi sesama dan PEMILIK alam raya.

Beriman = mengandalkan Tuhan dalam hidup. Orang beriman adalah orang yang berada pada posisi ‘kurang’, DIA yang diimani adalah DIA yang ‘berlebih’ dan akan mencukupkan kekurangan kita.



+++++++++++++++++++++++

Bagian ini adalah mengutip tulisan Ketum Sinode 2005-2010 MS-GPIB, Pdt.S.Th.Kaihatu, M.Th.


Ada dua fase yang bisa kita baca dalam keseluruhan Alkitab tentang persembahan persepuluhan. Fase pertama adalah Fase Perjanjian Lama yang ditandai dengan hukum hukum Musa. Fase kedua adalah fase Perjanjian Baru yang ditandai dengan ajaran Yesus dan surat surat Pastoral, terutama surat surat Paulus.

Dalam fase Perjanjian Lama yang ditandai dengan Hukum Hukum Musa kita melihat beberapa hal penting yang bisa kita catat.

Pertama, Persembahan Persepuluhan itu diperintahkan sebagai sesuatu yang diharuskan. (Im. 27/30; Mal.3/10).

Kedua, Persembahan Persepuluhan itu diberikan dengan beberapa kepentingan.

1 Untuk Orang Lewi (Bil 18/21 -24)
Orang Lewi tidak mendapat tanah sebagai milik pusaka. Mereka ditugas-kan untuk hal hal menyangkut Bait Allah. Karena itu mereka hidup dari persembahan persepuluhan umat.
2. Sepersepuluh dari sepersepuluh yang diberikan pada orang Lewi itu harus mereka persembahkan sebagai persembahan persepuluhan mereka (Bil. 18/26; Neh 10/37; 12/44).
Jadi, sekalipun orang Lewi hidup dari persembahan persepuluhan, namun mereka tidak bebas dari hal mempersembahkan persembahan persepu-luhan itu sendiri.
3. Sepersepuluh dari persembahan persepuluhan setiap tiga tahun sekali diberikan kepada orang asing/miskin, orang Lewi, para janda dan anak yatim (Ul. 14/27-29; 26/12 – 14).
Dengan demikian jelas sekali bahwa peruntukan persembahan persepuluhan adalah untuk menolong mereka yang sengsara.
4. Persembahan Persepuluhan itu untuk menjadi Persediaan di rumah Tuhan (Mal. 3/10).
Istilah Rumah Tuhan disini menunjuk pada Institusi atau persekutuan yang harusnya menjadi pelaksana kasih Allah dalam penggunaan persem-bahan Persepuluhan itu.
5. Persembahan Persepuluhan diberikan sebagai bentuk penghormatan dan kepatuhan terhadap Tuhan Allah (Ams. 3/9-10)
Hasil pertama yang disisihkan selalu berhubungan dengan persembahan Persepuluhan. Mempersembahkannya berarti memuliakan Tuhan sebagai penjamin berkat dalam kehidupan.

Ketiga waktu untuk membawa persembahan persepuluhan itu adalah secara tahunan, bersamaan dengan semua persembahan yang lain untuk upacara Hari Raya (Ul 12/6-7; 14/22-26).

Keempat bahwa Persembahan Persepuluhan itu adalah Milik Allah dan bukan milik orang yang mempersembahkannya (Im. 27/30 – 34; Mal 3/8).

Kelima kemana persembahan Persepuluhan itu harus di bawa, yakni ke rumah Tuhan (II Taw. 31/12; Neh. 10/38; 12/44; 13/5, 12; Mal 3/10).

Keenam, kalau persembahan persepuluhan itu dipinjam, maka ketika dibayar harus ditambahkan kepada pinjaman itu seperlima atau dua persepuluh. Dengan demikian keseluruhan yang dikembalikan adalah tiga persepuluh (Im 27/31)

Ketujuh kalau ditukar, maka yang ditukar berikut tukarannya harus dibayar (Im 27/33).

Dengan demikian jelaslah bahwa bagi dunia Perjanjian Lama, Persembahan Persepuluhan merupakan bagian dari hukum kehidupan, dalam hal ini, Hukum Taurat.

Dalam Fase Perjanjian Baru ketika Yesus Kristus mengajar maka Yesus Kristus juga menyinggung persembahan persepuluhan.
Kita bisa melihat tanggapan Yesus itu dalam Mat 23/23; Luk 11/42; Bd Mat 5/20 dgn Luk 18/11-12; Lihat juga Mat 10/10; Luk 16/16. Kesulitan kita adalah kebiasaan yang sifatnya ‘konkordatif’[11] dalam memahami Alkitab. Padahal, terhadap pertanyaan apakah Tuhan Yesus mempersembahkan persembahan persepuluhan, maka acuan kita mestinya bukan hanya kata kata ‘persepuluhan’ yang keluar dari mulut Tuhan Yesus. Sebagai putera Yahudi, pasti Yesus memberikan persembahan persepuluhan, sebab hal itu dilakukan sebagai hukum kehidupan keagamaan khas Yahudi. Maka kata kata Tuhan Yesus dalam Mat 5 : 17 – 20 bagi kita mestinya berarti bahwa bukan hanya Yesus, tetapi juga para muridNya adalah pelaksana pelaksana persembahan Persepuluhan.

KEBIASAAN SALAH

Kebiasaan salah pertama adalah mempersoalkan Persembahan Persepuluhan dalam hubungan dengan PTB. Jawabnya sederhana. PTB itu terjadi karena GPIB belum mampu menerapkan aturan Alkitab yang namanya persepuluhan. Dalam Persidangan Sinode Tahun 2000 GPIB mulai memperhatikan hal persembahan persepuluhan ini[13]. Tapi dalam Persidangan Sinode Istimewa tahun 2004, GPIB makin bertobat dalam arti berusaha sebagai gereja untuk memberlakukan prinsip prinsip Alkitab, termasuk tentang persepuluhan[14]. Apakah PTB masih ada?. Jawabnya, masih ada dalam masa transisi. Tapi kita menuju ke persepuluhan. Apakah harus dobbel, PTB dan persepuluhan?, jawabnya tidak perlu. PTB itu aturan GPIB, Persepuluhan itu aturan Tuhan. Sekarang GPIB mengajak seluruh umatnya untuk mematuhi aturan Tuhan. Konkritnya, kalau sekarang kita melaksanakan Persepuluhan apakah kita boleh mengabaikan PTB?. Jawabnya, boleh sekali. Kalau ada yang mau tetap mempersembahkan PTB selain Persembahan Persepuluhan?. Boleh saja. Kalau ada yang mengangkat Persepuluhan, kemudian membaginya atas berbagai macam, termasuk PTB?. Jawabnya ya tidak boleh. Persepuluhan ya persepuluhan. Apakah tidak takut kolekte berkurang? Jawabnya, kalau kolekte berkurang tapi persembahan Persepuluhan bertambah, maka yang akan terjadi adalah saldo tambah. Bukan saldo kurang!.

• Kebiasaan salah yang kedua adalah, memberikan persepuluhan secara tahunan. Telah diuraikan diatas tadi, perbedaan pola penghasilan di Israel zaman PL dengan sistim kita yang bulanan. Maka persembahan persepuluhan juga seyogyanya diberikan secara bulanan. Kalau masih diberikan secara tahunan sebetulnya persepuluhan itu dipandang sebagai semacam PTB. Maka akan aneh kalau diumumkan, bahwa persepuluhan pak anu bulan September sekian, padahal beliau telah almarhum dibulan Juni!.

• Kebiasaan salah ketiga adalah angka persepuluhan yang mutlak harus sama. Justru tidak harus sama. Angka persepuluhan bisa fluktuatif, tergantung penghasilan. Disini kadang kadang ‘kedagingan’ masih bermain peranan. Seorang yang biasanya memberikan sekian, merasa ‘tidak-enak’ kalau bulan ini hanya memberi sekian. Padahal yang terjadi adalah perusahannya tutup, dia baru pension, panennya gagal dsb. Jangan merasa risih kalau penghasilan bulan ini lebih rendah dari bulan lalu. Adalah menyedihkan kalau dalam memberikan persembahan persepuluhan kita mencari kehormatan di mata manusia, sementara di mata Tuhan Allah kita justru butuh pertolongan.

• Kebiasaan salah keempat adalah pemahaman tentang penghasilan yang sepersepuluhnya dipersembahkan. Sebetulnya persembahan persepuluhan adalah hal yang sangat pribadi. Penghasilan adalah penghasilan dan bukan modal kerja. Tegasnya, uang makan dan uang transport baik yang regular maupun karena penugasan khusus, bukanlah penghasilan dan karena itu tidak kena aturan persepuluhan. Mengapa demikian?. Karena modal kerja adalah benih. Bukan hasil. Persepuluhan tidak pernah dipersembahkan dari benih. Persepuluhan dipersembahkan dari hasil. Masalah kita memang menjadi rumit karena kemajuan. Yang pertama ada pekerjaan yang hanya memberikan gaji secara total, tanpa memperhitungkan transportasi, makan siang dsb. Pokoknya, sekian. Kalau ini yang terjadi, maka pribadi yang bersangkutan harus menghitung sendiri berapa penghasilan sesungguhnya. Dengan demikian kita terhindar dari kasus Ananias dan Safira. Yang kedua ada pekerjaan yang gajinya diberikan lewat rekening Bank. Jadi tidak ada amplop yang pulang kerumah untuk membuat Ibu rumah tangga membuat perhitungan. Penyelesaiannya sama saja. Hitung, dan jangan menjadi seperti Ananias dan Safira. Tentu saja ada orang yang mengangkat persepuluhan dari keseluruhannya, karena merasa semuanya adalah penghasilan. Boleh boleh saja.

• Kebiasaan salah kelima adalah, sikap masa-bodoh terhadap pemeriksaan yang berdasar dalam pemahaman yang salah tentang Firman. Memang Tuhan Yesus mengatakan bahwa apa yang diberikan dengan tangan kanan, tidak usah diketahui tangan kiri. Ini benar kalau berarti bahwa kita tidak usah mempersoalkan untuk program yang mana persepuluhan digunakan, sebab ini kesepakatan program pelayanan. Akan tetapi kita wajib mencek apakah persembahan persepuluhan kita memang telah sampai ke perbendaharaan rumah Tuhan. Dan untuk itu, kita harus memeriksanya lewat warta keuangan. Namun kadang kadang terjadi ekstrim yang lain juga. Justru karena kita melihat ketidak-beresan management gereja sebagai institusi lalu kita batal memberikan persembahan Persepuluhan. Jawabannya sederhana. Perbaiki managementnya dan tuntut agar terus terjadi perbaikan. Tapi kalau kita berpikir bahwa karena manusianya salah maka hak Tuhan kita tahan dulu, rasanya kita salah dan tidak logis juga. Lain pihak yang melakukan kesalahan, lain pihak yang menerima ‘getahnya’.

ITT - 20 Oktober 2008

Friday, October 3, 2008

Mazmur 119:65-72


Perikop: Bahagianya Orang Yang Hidup Menurut Taurat Tuhan

119:65 Kebajikan telah Kaulakukan kepada hamba-Mu, ya TUHAN, sesuai dengan firman-Mu.
119:66 Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya kepada perintah-perintah-Mu.
119:67 Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu.
119:68 Engkau baik dan berbuat baik; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
119:69 Orang yang kurang ajar menodai aku dengan dusta, tetapi aku, dengan segenap hati aku akan memegang titah-titah-Mu.
119:70 Hati mereka tebal seperti lemak, tetapi aku, Taurat-Mu ialah kesukaanku.
119:71 Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.
119:72 Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak

Mazmur 119 Merupakan kitab terpanjang dalam Alkitab dan berisi pasal yang terpanjang (Mazm 119:1-176), yang terpendek (Mazm 117:1-2) dan ayat tengah (Mazm 118:8).

Mazmur 119 (#/TB Mazm 119:1-176) adalah unik dalam Alkitab karena ( a) panjangnya (176 ayat), ( b) kasihnya yang agung kepada Firman Allah, dan ( c) susunan sastranya yang mencakup 22 stanza dengan masing-masing delapan ayat, dan setiap stanza mengawali setiap ayatnya dengan huruf yang sama, juga setiap stanza memakai huruf yang berturut-turut dari abjad Ibrani sebagai bantuan untuk mengingat (yaitu, suatu akrostik).

Mazmur 119 adalah mazmur terpanjang dalam kitab Mazmur, bahkan di dalam seluruh Alkitab. Mazmur ini terkenal dengan pengajarannya tentang Taurat Tuhan. Namun keindahan mazmur ini terletak, terutama bukan dalam pernyataan percaya kepada Taurat Tuhan, tetapi dalam pernyataan percaya mutlak pemazmur kepada Tuhan. Mazmur ini diduga ditulis pada masa pascapembuangan, pemazmur tahu secara langsung akibat dari kejahatan. Dia telah dikelilingi oleh kejahatan, dikejar oleh orang-orang yang sombong, dicampakkan dalam kehinaan; namun dalam semua itu, perlindungannya ialah di dalam Allah. Ia berulang kali berseru kepada Allah, berlindung di bawah sayap-Nya, menemukan penghiburan di dalam kekuatan-Nya. Ini adalah suatu mazmur, bukan hanya mengenai hukum Tuhan, tetapi juga mengenai kasih Tuhan; bukan hanya pengabdian kepada titah Tuhan, tetapi kesetiaan kepada Tuhan. Keindahan mazmur ini bergema dari hubungan pemazmur dengan Allahnya.

Tujuan Perikop

PEMURNIAN DAN PERSEKUTUAN

"Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu" (Mazmur 119:67).
Bapa adalah Pencipta dan pemilik rencana atas kita, itu berarti di dalam badai sekalipun pasti ada maksudnya. Allah apakah yang ada dalam badai hidup yang kita alami?

PEMURNIAN. Melalui kesulitan dan penderitaan hidup, sifat-sifat dan kebiasaan kita yang tidak berkenan akan muncul, itulah yang ingin dimurnikan oleh Allah. Mungkin kita baru menyadarinya di saat yang seperti itu, bisa juga berupa dosa yang selama ini kita biarkan atau sebaliknya kita berjuang untuk mengalahkannya. Raja Daud mengalami kebenaran ini ketika nabi Natan menegor dosanya (2 Samuel 12:1-15). Dikemudian hari Daud berkata : "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu".

PERSEKUTUAN. Jika kita merenungkan maksud Tuhan, apakah yang paling Tuhan inginkan dari diri kita?" maka kita akan sampai pada jawaban, bahwa Tuhan menghendaki persekutuan yang intim denganNya. Bapa di Surga ingin kita mengerti kasih-Nya ada di sepanjang hidup kita. Tuhan memakai berbagai ujian dalam hidup ini untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang dapat menghalangi kita untuk memberikan kasih, kesetiaan, dan bakti kepada-Nya, sebab hanya Tuhan mau bahwa hanya Tuhan saja yang mempunyai tempat utama di dalam hidup kita.

Allah mengenal kita dengan baik dan mengizinkan sesuatau terjadi sesuai kebutuhan kita, sehingga kita dapat berjalan di dalam kekudusan bersama-Nya. Apakah sekarang ini kita sedang mengalami badai hidup? Pandanglah Bapa di surga dan percayalah pada rancangan-Nya yang indah.

Taurat Tuhan bermuara pada kebaikan.

“Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” (Rm 8:28). Inilah [juga] pengalaman pemazmur: “Engkau baik dan berbuat baik.” Dalam perintah Allah pemazmur merasa tenteram (dari akar yang sama dengan Arab/Indonesia aman). Pernah ia menyimpang, tetapi pengalaman itu pahit. Tuhan mengajarkan kebijaksanaan (dalam arti pengertian tentang arti hidup). Dengan segenap hati ia belajar ajaran (Ibrani torot) yang keluar dari mulut Allah (demikian ay. 72a secara harfiah). Bertentangan dengan orang bijak, hati orang bebal diselubungi lemak, sehingga ia tidak berbelaskasihan terhadap sesama (Mzm 17:10) dan tidak mau mengetahui maksud Allah (bnd. Yes 6:9-10; Mzm 92:7)

Keadaan tertindas tidak selamanya buruk, tetapi bisa membawa kebaikan (ayat 67,71). Pembuangan di Babel bukanlah akhir dari kehidupan. Keadaan umat Allah yang tertindas, termasuk pemazmur, ditanggapi secara positif oleh pemazmur, walau banyak juga yang menanggapi peristiwa itu secara negatif. Paling tidak tanggapan negatif itu muncul dari mereka yang disebut sebagai orang kurang ajar oleh pemazmur (ayat 69,78). Mereka ini adalah orang-orang yang meninggalkan Tuhan dan tidak lagi berpegang pada Taurat Tuhan. Pemazmur dan orang-orang yang sepaham dengannya mempunyai keyakinan bahwa penindasan yang mereka alami mengandung hikmat, kebaikan, dan kesetiaan Allah (ayat 67). Bagi pemazmur, keadaan tertindas itu adalah baik karena diciptakan Tuhan dalam kesetiaan (ayat 75). Artinya, keadaan tertindas itu justru menunjuk pada kasih setia Tuhan yang menuntun seseorang untuk mau memahami Taurat Tuhan serta berpegang pada janji Tuhan (ayat 67,71). Keadaan tertindas itu juga lebih baik daripada emas dan perak (ayat 72), karena emas dan perak (dalam hal sekarang=uang) sering kali tidak hanya membuat seseorang kehilangan kesempatan untuk merasakan, menikmati, dan mengalami kebaikan Taurat, tetapi bisa membuat umat Allah menyimpang dan tidak mengalami kebaikan Taurat.

Banyak ketetapan dan hukum Taurat yang secara konkret berbicara tentang kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Karena itu, walaupun pemazmur menggunakan bahasa liturgis, tetapi apa yang ia katakan itu merupakan refleksi dari berbagai ketetapan, peraturan, dan hukum yang konkret serta praktis.

Renungkan:

Penderitaan bisa disebabkan oleh karena keadaan, perbuatan orang lain, ataupun kesalahan diri sendiri. Oleh sebab itu kita perlu senantiasa mengintrospeksi diri. Kalau hal itu diakibatkan kesalahan sendiri, baiklah kita mengaku dosa dan dan memperbaharui diri di hadapan Allah. Kalau itu bukan karena kesalahan kita, baiklah kita menghadapinya dengan iman yang teguh kepada-Nya.

Di kala sengsara datang melanda, hendaklah kita tetap tabah. Ada banyak penyebab derita, tetapi tidak di luar pengetahuan Allah. Ia mengijinkan umatnya menderita adalah untuk membentuk supaya berbuah (Yoh. 15:1-2="Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.), untuk menguji agar bertumbuh makin kuat (Yak. 1:12=Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia), atau untuk menghajar anak-anak yang dikasihi-Nya (Ibr. 12:7=Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?). Oleh karena itu, hendaklah kita tetap percaya walau menderita.

Kita tahu bahwa Allah mengatur segala perkara, sehingga menghasilkan yang baik untuk orang-orang yang mengasihi Dia dan yang dipanggil-Nya sesuai dengan rencana Allah (Rm. 8:28=Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.).

Kesimpulan:

Beberapa manfaat penderitaan adalah a.l. kita menghargai kehadiran Allah, kesetiaan dan kebenaranNya. Penderitaan pun dapat mendorong kita untuk membaca dan meneliti lalu menaati firmanNya. Orang-orang yang pernah menderita menyaksikan bahwa berbagai macam kesulitan mengantar mereka dekat dengan Tuhan. Memang, kita semua tidak menginginkan adanya penderitaan. Tetapi dengan sikap yang tepat dan benar, kita dapat memanfaatkannya, kalau memang akhirnya ia datang menimpa kita.

Ajakan:

Tahan menderita! Itulah tekad hidup yang perlu dipertahankan. Belajarlah dari rasul Paulus yang masih bisa bersukacita ditengah-tengah penderitaan. Lebih dari itu, ia bersukacita bahwa ia boleh menderita untuk orang lain. Dalam Kolose 1 :24 ia bersaksi, bahwa ia bersukacita karena boleh menderita untuk orang-orang lain, untuk Kristus, dan untuk Gereja. Ia bersukacita karena boleh melakukan sesuatu yang berarti bagi mereka.

Ia bukan mengejar hidup yang serba enak, melainkan mau memiliki hidup yang bermakna. Bukan hanya bermakna bagi dirinya sendiri, tetapi berarti bagi Kristus, Gereja-Nya, dan orang-orang lain. Untuk itu, ia tetap bersukacita, walaupun harus mengalami penderitaan.

Mari jemaat, kita belajar menghargai Firman Tuhan melalui berbagai penderitaan sebagai anugerah yang membebaskan kita dari cara hidup yang tidak berkenan kepada-Nya

Untuk tahan menderita itu tidaklah mudah. Tetapi bersandar pada-Nya kita bisa. Ingatlah apa yang dikatakan rasul Paulus, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Flp. 4:13)

ITT - 3 Oktober 2008