Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Sunday, April 26, 2009

Yunus 2:1-6


2:1 Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan itu,
2:2 katanya: "Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.
2:3 Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.
2:4 Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?
2:5 Segala air telah mengepung aku, mengancam nyawaku; samudera raya merangkum aku; lumut lautan membelit kepalaku
2:6 di dasar gunung-gunung. Aku tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya. Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya TUHAN, Allahku.

Penulis: Yunus
Tema: Luasnya Kasih Sayang Allah yang Menyelamatkan
Tanggal Penulisan: + 760 SM

Latar Belakang

Yunus, yang namanya berarti "merpati," diperkenalkan sebagai putra Amitai (Yun 1:1). Ia disebut dalam 2Raj 14:25 sebagai
(1) nabi kepada kerajaan utara Israel semasa pemerintahan Yerobeam II (793-753 SM);
(2) ia berasal dari Gat-Hefer, tiga sampai lima kilometer utara Nazaret di Galilea.

Jadi, orang Farisi salah ketika mengatakan bahwa tidak pernah ada nabi dari Galilea (#/TB Yoh 7:52). Pelayanan nubuat Yunus terjadi tidak lama sesudah masa pelayanan Elisa (bd. #/TB 2Raj 13:14-19), bertumpang-tindih dengan masa pelayanan Amos (bd. #/TB Am 1:1) dan diikuti oleh pelayanan Hosea (bd.#/TB Hos 1:1). Sekalipun kitab ini tidak menunjukkan penulisnya, sangat mungkin penulis itu Yunus sendiri.

Pertobatan Niniwe sebagai tanggapan terhadap pemberitaan Yunus sangat mungkin terjadi pada masa pemerintahan salah seorang dari dua raja Asyur:

(1) Adad-nirari III (810-783 SM) yang pemerintahannya ditandai oleh peralihan ke monoteisme, atau
(2) Asyurdan III (733-755 SM) yang pemerintahannya mengalami dua wabah besar (765 dan 759 SM) serta sebuah gerhana matahari (763 SM), yang masing-masing mungkin ditafsirkan sebagai tanda hukuman ilahi sehingga mempersiapkan ibu kota Asyur itu untuk menerima berita nubuat Yunus. Niniwe terletak sekitar 800 kilometer timur laut Galilea.

Penggenapan Dalam Perjanjian Baru

Yesus menyamakan diri-Nya dengan Yunus, "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih daripada Yunus!" (Mat 12:39-41).

Mari kita lihat apa yang nabi Yunus lakukan dalam konteks bacaan ini.

I. Kapan Saat ia berdoa? (Yun.2:1-2). Pada saat dalam penderitaan, Kesesakan, kemalangan & derita, disaat inilah sebenarnya Tuhan memberikan kita kesempatan untuk membuka diri kita dan mengaku atas segala kelemahan kita dan melepaskan kekerasan hati.

II. Dimana Ia berdoa? Ini menunjukkan bahwa, dimanapun kita dapat berdoa, bahkan di tempat yang kelam sekalipun. Yunus terpenjara di perut ikan, tidak menghalanginya untuk berdoa. Manusia dapat memenjarakan kita, tetapi tidak ada yang dapat memutuskan hubungan kita dengan Tuhan.

III. Kepada siapa Ia berdoa? Kepada Tuhan Allahnya. Kepada Allah yang rancanganNya tidak dapat dihalangi oleh manusia, baik Yunus sekalipun atau awak kapal yang menceburkan ia ke laut. Bahkan ikan paus yang melahapnyapun tidak sanggup membunuhnya. Ini menunjukkan kekuasaan Allah. Mengajarkan kepada kita bahwa, tidak ada yang mustahil di hadapan Allah. Sehingga hanya kepada Allah saja kita harus datang dan berdoa.

IV. Mengenai apa isi doanya? Pengakuan atas kedaulatan Allah yang mampu melakukan segala sesuatu di atas Bumi ini dan berkuasa atas nyawa setiap ciptaanNya. Pengakuan ketika dalam bahaya dan maut dan hatinya gentar, pergumulan antara nalar dan iman, ketakutan dan harapan. Yunus sadar bahwa ia tidak mati, dan untuk itu ada maksud Tuhan atas dirinya, sehingga ia bernazar dan akhirnya Allah mengembalikan dirinya ke tugasnya semula, ke Niniwe, memberitakan penghukuman Allah.

Hari ini, melalui Firman Tuhan dalam Kitab Nabi Yunus, Tuhan mencari dan memanggil jemaat untuk dikirim ke Niniwe. Dimana Niniwe kita sekarang ini? Niniwe kita ada di jalan-jalan dan lorong-lorong sempit di lingkungan kehidupan kita, Niniwe kita ada di tengah kehidupan narkoba dan aids serta penyakit sosial lain, Niniwe kita ada di tempat pekerjaan kita yang tidak mengandalkan Allah, Niniwe kita ada di RC ini yang dalam keterbatasan fisik, memberitakan bahwa Allah hadir dan menjadi penolong, penghibur dan penyelamat yang tidak memandang muka.

Bukankah Nabi Yunus bukan dikirim ke bangsa Israel yang sudah beriman? Kita juga bukan dipanggil untuk hanya melayani kepentingan lingkungan dan gereja kita, tetapi dipanggil untuk membawa kabar baik ini ke tempat2 & situasi yang kelihatannya tidak mungkin dapat kita datangi di luar tembok gereja yang kita bangun. Kabar baik dalam kitab ini, adalah tenyata Niniwe yang bagi kita kelihatan tidak mungkin itu, ternyata tidaklah sesukar pandangan kita sebagai manusia. Bila Niniwe di jaman Nabi Yunus dapat berpaling dari dosa2nya, demikian juga Niniwe kita sekarang ini.

Bersama Allah, Bersama Kristus dan bersama Roh Kudus kita dapat memberitakan Damai Sejahtera Kristus dimana Allah memerintahkan kita pergi, AMIN.

ITT - 26 April 2009 - Khotbah IHM di Pospel RC Pkl.07:00

Sunday, April 5, 2009

Kisah Para Rasul 8:4-25


Dari Perikop: Filipus di Samaria

8:9 Seorang yang bernama Simon telah sejak dahulu melakukan sihir di kota itu dan mentakjubkan rakyat Samaria, serta berlagak seolah-olah ia seorang yang sangat penting.
8:10 Semua orang, besar kecil, mengikuti dia dan berkata: "Orang ini adalah kuasa Allah yang terkenal sebagai Kuasa Besar."
8:11 Dan mereka mengikutinya, karena sudah lama ia mentakjubkan mereka oleh perbuatan sihirnya.
8:12 Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan.
8:13 Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi.
8:14 Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ.
8:15 Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus.
8:16 Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorang pun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
8:17 Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus.
8:18 Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka,
8:19 serta berkata: "Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus."
8:20 Tetapi Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang.
8:21 Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah.
8:22 Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini;
8:23 sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan."
8:24 Jawab Simon: "Hendaklah kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan, supaya kepadaku jangan kiranya terjadi segala apa yang telah kamu katakan itu."
8:25 Setelah keduanya bersaksi dan memberitakan firman Tuhan, kembalilah mereka ke Yerusalem dan dalam perjalanannya itu mereka memberitakan Injil dalam banyak kampung di Samaria.

Latar Belakang
Samaria terletak 50 km di sebelah utara Yerusalem. Asal mulanya bisa di lihat di IRaja16:23-24.(23 Dalam tahun ketiga puluh satu zaman Asa, raja Yehuda, Omri menjadi raja atas Israel dan ia memerintah dua belas tahun lamanya. Di Tirza ia memerintah enam tahun lamanya.24 Kemudian ia membeli gunung Samaria dari pada Semer dengan dua talenta perak. Ia mendirikan suatu kota di gunung itu dan menamainya Samaria, menurut nama Semer, pemilik gunung itu.)

Mengapa Samaria?
Dalam Lukas dan Kisah Rasul, Pentakosta digambarkan sebagai kisah sejarah penebusan. Dalam konteks ini, Kisah Para Rasul, bukanlah kisah Roh Kudus, tetapi kisah Yesus Kristus melalui Roh Kudus (implikasi dari Kis. 1:1-4 adalah bahwa kejadian yang dijanjikan dalam Kis. 1:5 menandai sebuah era baru di mana Yesus sendiri sebagai Tuhan yang mulia, akan bekerja dan mengajar). Dipahami dalam kerangka pikir demikian, kejadian-kejadian di Samaria dan Kaisarea menandai dimulainya tahap kedua dan tahap ketiga dari penyebaran kerajaan Kristus seperti tertera dalam Kis.1:8 Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.:

Injil tiba di Yerusalem pada hari Pentakosta
Injil tiba di Samaria. Kis. 8 menggambarkan terjadinya kebangunan iman melalui pelayanan Filipus, diikuti oleh kunjungan Petrus dan Yohanes sebagai utusan rasuli (Kis. 8:14), dan pencurahan Roh Kudus setelahnya. Peristiwa-peristiwa ini dapat dipahami jika dimengerti dalam konteks tahap penyebaran Injil seperti dijanjikan oleh Yesus. Karena itulah, kita tidak perlu berpikir bahwa orang-orang Samaria belum bertobat, sekalipun ada kemungkinan demikian.
Injil sampai ke Kaisarea (sekarang Sedot Yam 128 km dari yerusalem-45 km dari Samaria) sebagai wakil dari dunia non-Yahudi ('ujung bumi', Kis. 1:8; khususnya Kis. 11:18). Banyaknya ayat yang membahas hal ini dalam Kisah Para Rasul (66 ayat) menunjukkan pentingnya peristiwa ini bagi Lukas. Hal ini lebih dari sekadar 'kisah pertobatan mendadak', sebuah paradigma yang berlaku bagi setiap zaman. Sebaliknya, peristiwa ini merupakan sebuah perkembangan yang spesifik dan strategis dari rencana misi dalam Kis. 8.

Rasul: Lukas6:13 Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul:6:14 Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus,6:15 Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot,6:16 Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Kemudian Matias (Kis1:26 Lalu mereka membuang undi bagi kedua orang itu dan yang kena undi adalah Matias dan dengan demikian ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu)

Diaken: Kis6:5; Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.

I) Filipus.
1) Sama seperti Stefanus, ia bukanlah seorang rasul, tetapi diaken (Kis 6:5).
Alasannya:
o Kis 8:1b mengatakan bahwa rasul-rasul tetap di Yerusalem.
o Kis 8:14 menunjukkan bahwa masih dibutuhkan rasul untuk menumpangi tangan. Kalau Filipus adalah seorang rasul, tentu tidak hal ini tidak dibutuhkan.

2) Ia memberitakan Injil (ay 5,12).
a) Di tengah-tengah kesedihan karena kematian Stefanus, ia tetap memberitakan Injil!
Ini harus ditiru! Kita harus melayani / memberitakan Injil bukan hanya pada masa senang tetapi juga pada masa sedih (2Tim 4:2).
b) Ia memberitakan Injil disertai tanda-tanda / mujijat-mujijat (ay 6,13).
Tidak semua orang kristen harus bisa melakukan mujijat! Dalam Kitab Suci, selain Yesus dan rasul-rasul, orang yang bisa melakukan mujijat hanyalah Stefanus (Kis 6:8), Barnabas (Kis 14:3) dan Filipus! Tetapi sekalipun kita tidak bisa melakukan mujijat, kita tetap harus memberitakan Injil!

c) Kepada siapa ia memberitakan Injil? Ia memberitakan Injil kepada:
+ orang-orang Samaria yang adalah musuh orang Yahudi dan yang dipandang rendah oleh orang Yahudi.
+ tukang sihir dan pengikut-pengikutnya (ay 9-13)! Kebanyakan orang kristen tidak mau memberitakan Injil kepada orang yang ‘tidak mungkin’ bertobat. Tetapi ini salah! Kita harus memberitakan Injil kepada mereka! Ingat bahwa pertobatan tidak tergantung pada saudara maupun pada mereka, tetapi tergantung pada Tuhan.

d) Filipus rajin memberitakan Injil sehingga ia dikenang terus sebagai pemberita Injil (Kis 21:8).
Jadi sama seperti Stefanus, Filipus tidak puas hanya dengan satu pelayanan saja (sebagai diaken) dan ia selalu memberitakan Injil. Ini ciri orang yang penuh Roh Kudus (bdk. Kis 6:3), yaitu selalu ingin berbuat lebih banyak untuk Tuhan.

Penerapan: Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara selalu ingin berbuat sebanyak mungkin bagi Tuhan, atau sebaliknya?

II) Orang Samaria.
1) Orang-orang Samaria bermusuhan dengan orang Yahudi.
Permusuhan ini terlihat dalam banyak bagian Kitab Suci, antara lain Luk 9:51-56 Yoh 4:9 Yoh 8:48. Jelas bahwa ada ‘gap’ (= celah) yang sangat besar antara orang Yahudi dan Samaria!

2) Orang-orang Samaria itu menerima Filipus .
a) Ini langkah yang penting menuju iman! Memang orang yang mendengar belum tentu akan percaya, tetapi orang yang tidak mau / tidak bisa mendengar pasti tidak akan percaya, karena iman timbul dari pendengaran (Ro 10:14-17:14 Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?15 Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!" 10:16 Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?" 10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.). Karena itu, berusahalah untuk bisa menjadi pendengar Firman yang baik!

b) Orang-orang Samaria ini tadinya mengikuti tukang sihir.

3) Mereka percaya dan dibaptis (ay 12).
Sekalipun baptisan tidak menyelamatkan, tetapi setiap orang yang percaya harus mau dibaptis, karena itu adalah perintah Tuhan!

4) Ditumpangi tangan sehingga menerima Roh Kudus (ay 14-17).
a) Ay 16 - ‘hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus’ (bdk. Kis 2:38 10:48 19:5).
Ada beberapa hal yang akan saya bahas dari bagian ini:

+ Ini bukan formula baptisan! Formula baptisan hanya ada dalam Mat 28:19! Ada gereja-gereja yang menganggap ini sebagai formula baptisan, sehingga mereka lalu membaptis dengan kata-kata ‘dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yaitu Tuhan Yesus Kristus’. Ini salah!
+ Arti kata-kata ini:
# dibaptis dengan otoritas Yesus.
# dibaptis sehingga masuk ke dalam tubuh Kristus (gereja).

+ kata ‘hanya’ dalam ay 16 tidak bermaksud untuk merendahkan / menghina baptisan! Kata ‘hanya’ secara tidak langsung menunjukkan bahwa seharusnya pertobatan / baptisan dan penerimaan Roh Kudus sama-sama sudah terjadi (bdk. Kis 2:38). Tetapi dalam kasus ini ternyata penerimaan Roh Kudus belum terjadi. Hanya baptisannya yang terjadi.

b) Penerimaan Roh Kudus (ay 17).
Ada 2 penafsiran:
+ Ini adalah karunia-karunia Roh Kudus (bahasa roh, nubuat, dsb). Dasarnya:
# adanya ‘gap’ (= selang waktu) antara saat percaya dan saat penerimaan Roh Kudus adalah sesuatu yang bertentangan dengan Yoh 7:38,39 Ef 1:13 Ro 8:9.
# Simon bisa melihat penerimaan ‘Roh Kudus’ itu (ay 18). Jadi pasti yang diterima saat itu bukanlah Roh Kudusnya, tetapi karunia-karunia Roh Kudus, seperti bahasa Roh, nubuat dsb.
# ay 20 menyebut hal itu sebagai ‘karunia Allah’.
+ Ini adalah Roh Kudus.
Lalu mengapa ada ‘gap’ (= selang waktu) antara saat percaya dan saat penerimaan Roh Kudus? Ini disebabkan karena adanya perpecahan / permusuhan di antara orang Yahudi dan orang Samaria.

Kalau orang Samaria percaya kepada Yesus dan langsung menerima Roh Kudus, maka mungkin gereja akan pecah menjadi dua. Tetapi dengan adanya penundaan penerimaan Roh Kudus, lalu dengan adanya rasul-rasul Yahudi dari Yerusalem yang menumpangkan tangan sehingga Roh Kudus diberikan, maka orang Samaria akan sadar bahwa mereka yang sudah percaya kepada Yesus harus bersatu dengan orang Yahudi yang juga percaya Yesus. Dan orang-orang Yahudi yang mengetahui bahwa orang Samaria menerima Roh Kudus karena penumpangan tangan oleh rasul-rasul Yahudi, akan menerima orang Samaria itu. Dengan demikian gereja akan tetap bersatu.

III) Simon.
1) Ia terkenal dengan nama Simon Magus.
Kata ‘Magus’ memang tidak ada dalam Kitab Suci kita, tetapi kata ini banyak digunakan oleh para penafsir.
Kata ‘Magus’ adalah bentuk singular / tunggal dari ‘Magi’ (Mat 2:1 versi NIV/NASB; dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘orang-orang majus’). Kata ‘Magus’ / ‘Magi’ berasal dari kata-kata ‘melakukan sihir’ dalam ay 9, yang dalam bahasa Yunaninya adalah MAGEUON. Jadi, nama itu menunjukkan bahwa ia adalah tukang sihir. Sebagai seorang tukang sihir, ia diikuti banyak orang (ay9-11).

2) Ia menjadi percaya, lalu dibaptis (ay 13).
Tetapi dari teguran Petrus kepada dia dalam ay 20-23, jelas bahwa ia bukan orang kristen yang sejati. Jadi imannya mungkin adalah:
o iman intelek (hanya di otak).
o iman mujijat (bdk. ay 13b).

3) Ia selalu bersama-sama dengan Filipus dan ia takjub pada mujijat-mujijat yang dilakukan oleh Filipus (ay 13b).
Hal ini menunjukkan sukarnya membedakan orang kristen yang sungguh-sungguh dengan orang kristen yang palsu! Orang ini aktif dan mengikut dengan antusias, tetapi ia bukan orang kristen yang sejati.

4) Ia melihat Roh Kudus diberikan melalui penumpangan tangan rasul-rasul dan ia lalu mau membeli kemampuan itu dengan uang (ay 18-19).
Penekanan ay 19 jelas pada kata ‘aku’, bukan pada kata-kata ‘ia boleh menerima Roh Kudus’. Ini menunjukkan bahwa ia adalah orang yang mencari kemuliaan diri sendiri. Dulu ia diikuti banyak orang dan sekarang ia tetap menginginkan hal itu terjadi. Mungkin sekali ia mengikuti Filipus dengan maksud untuk mengetahui rahasia Filipus supaya ia sendiri bisa melakukan mujijat dan supaya ia diikuti oleh banyak orang.

Jawaban Petrus terhadap penawaran ini (ay 20-23):

a) Ini adalah teguran yang sangat keras. Dalam Kitab Suci orang yang munafik selalu diperlakukan dengan keras.
b) Karunia Allah adalah sesuatu yang gratis dan tidak boleh diperjualbelikan. Bandingkan dengan penjualan pengampunan dosa oleh gereja Roma Katolik pada jaman Reformasi!
c) Dalam ay 22 ada perintah untuk bertobat. Di sini ada teguran keras disertai perintah untuk bertobat. Jadi Petrus masih memberi harapan.

5) Tanggapan Simon Magus (ay 24).
Tidak ada kepastian apakah Simon bertobat atau tidak. Tetapi rupa-rupanya Simon tidak bertobat karena:
a) Ia meminta Petrus berdoa untuk dia, padahal tadinya Petrus menyuruh dia yang berdoa (ay 22). Tidak bisa berdoa atau tidak mau berdoa sendiri adalah ciri orang kafir (bandingkan dengan Firaun yang selalu minta Musa berdoa untuk dia).
b) Ay 24 menunjukkan bahwa ia tidak menyesali dosa. Ia hanya takut pada hukuman dosa.
Disamping itu, tradisi dan tulisan-tulisan dari bapa-bapa gereja menyebutkan bahwa Simon menjadi anti Kristus abad I dan ia terus menentang kekristenan dan diri Petrus. Tetapi bagaimanapun semua ini tidak pasti benar.

Tetapi dalam sejarah ada satu jejak dari Simon Magus ini. Dalam bahasa Inggris ada kata ‘Simony’ yang berasal dari nama Simon. Kata ‘Simony’ ini berarti: "the buying or selling of sacred or spiritual things, as ecclesiastical pardons, church offices etc" (= pembelian atau penjualan hal-hal / barang-barang yang kudus atau rohani, seperti pengampunan dosa, jabatan-jabatan gereja, dsb).
Catatan: nama Simon Magus masuk dalam Webster’s New World Dictionary!

Kesimpulan:

1. Filipus rajin memberitakan Injil sehingga terus dikenang sebagai Pemberita Injil (Kis21:8 Pada keesokan harinya kami berangkat dari situ dan tiba di Kaisarea. Kami masuk ke rumah Filipus, pemberita Injil itu, yaitu satu dari ketujuh orang yang dipilih di Yerusalem, dan kami tinggal di rumahnya.)
2. Simon Magus ingin membeli karunia Allah dan akhirnya ia terus dikenang melalui kata ‘Simony’.
3. Tindakan-tindakan kita bisa menyebabkan kita dikenang terus, tetapi kita bisa dikenang sebagai seseorang yang baik atau seseorang yang jahat. Karena itu renungkan seluruh segi hidup kita. Apakah kita akan dikenang seperti Filipus atau seperti Simon Magus?

Amin.

ITT

Friday, April 3, 2009

Yesaya 53:5-7


53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

53:6 Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

53:7 Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya

Menghamba & Mengabdi

Ide tentang Domba korban itu bukan sesuatu yang baru. Banyak orang bahkan pernah menyaksikan sekumpulan domba atau kambing sedang dipersiapkan untuk dijadikan korban.

*Mengapa Mempersembahkan Korban?*

Banyak pemimpin agama mengajar umat mereka untuk mempersembahkan korban. Namun sering kali tidak mengajarkan alasan dan tujuan dalam mempersembahkan korban. Akhirnya, mereka menghasilkan umat yang hanya sekedar menurut saja, tanpa memahami makna perbuatan mereka sendiri

Sesungguhnya domba korban diperlukan manusia setelah umat manusia jatuh ke dalam dosa. Allah pencipta langit dan bumi adalah Allah yang maha suci, yang tidak bisa berkompromi dengan dosa atau kejahatan, yang sekecil apapun.

Sebagai contoh, kalau seseorang tertangkap mencuri sesuatu, maka ia akan dijatuhkan hukuman terkurung di dalam penjara untuk suatu jangka waktu. Setelah ia menjalankan penghukumannya, maka hutang dosanya telah terlunaskan di hadapan hukum. Demikian juga prinsip hukum Tuhan berlaku. Prinsip tata-hukum manusia itu pada hakekatnya berasal dari prinsip tata-hukum Tuhan. Karena Tuhanlah yang memberikan akal budi kepada manusia.

Allah telah menetapkan untuk memakai domba sebagai gambaran tentang Sang Penyelamat yang akan dijadikan korban penghapus dosa. Allah tidak memilih babi, anjing maupun ayam, apa lagi sayur-sayuran. Apa makna dibalik ketetapan untuk memakai domba sebagai binatang korban?

Tentu karena domba memiliki sifat-sifat khusus yang cocok untuk melambangkan Sang Penyelamat yang akan diutus. Dan, keadaan domba yang tak bercacat melambangkan kesucian. Kalau tidak melambangkan sesuatu, berarti binatang apa saja bisa dijadikan korban, sesuai dengan apa yang dimiliki oleh seseorang. Domba yang tak bercacat itu melambangkan bahwa Penyelamat yang akan datang untuk menyelamatkan manusia dari penghukuman itu adalah pribadi yang tidak berdosa.

Orang yang mengorbankan domba atas dosanya, harus mempercayai janji Allah, yaitu janji pengiriman seorang Penyelamat. Tanpa beriman kepada Sang Penyelamat, sekalipun mereka mempersembahkan seribu ekor domba, dosa mereka akan tetap tak terhapuskan. Sebab, kalau dosa dapat terhapuskan hanya melalui penyembelihan domba, maka orang kaya pasti akan lebih gampang masuk Surga, berhubung mereka memiliki lebih banyak uang untuk membeli domba.

Tentu pertanyaan berikut akan muncul, "mengapakah manusia yang berbuat dosa, tetapi domba yang menjadi korbannya?" Seharusnya,

1. Pertama, setiap manusia yang berdosa pasti akan dihukum.

2. Kedua, manusialah yang harus menganggung dosa manusia, bukan binatang.

3. Ketiga, orang berdosa tidak bisa menjadi penanggung dosa orang lain, karena ia sendiri harus menanggung dosanya sendiri. Hanya orang yang tidak berdosa yang dapat menjadi penanggung dosa orang lain.

Hanya ada satu jalan untuk menyelesaikan dosa manusia. Yaitu melalui seorang manusia yang tidak berdosa yang rela menggantikan manusia berdosa menerima penghukuman. Mungkinkah ada seorang manusia yang tidak berdosa yang rela menanggung dosa orang lain? Mungkin ada orang yang berani mati bagi seseorang yang sangat dikasihinya, bahkan ia rela menanggung dosa kekasihnya di Neraka. Namun, jika ia sendiri juga seorang berdosa, ia tidak layak menjadi penanggung dosa, karena ia sendiri termasuk yang akan dihukum di Neraka. Hukuman yang diterimanya di Neraka itu adalah porsi untuk dirinya, bukan porsi orang lain yang ditanggungnya. Adakah orang yang tak berdosa yang secara sukarela menyerahkan diri menjadi penanggung dosa?

Bagi manusia, hal itu mustahil. Karena ada beberapa syarat yang menghalanginya. Syarat yang pertama, sang Penyelamat harus seorang yang tak berdosa. Syarat kedua, harus dilakukan atas kesukarelaan hatinya. Itu berarti, diperlukan seorang yang maha suci dan juga maha kasih. Dari persyaratan-persyaratan tersebut di atas, jelas sekali hanya Allah saja yang dapat melakukan semua itu.


Kita bersyukur sekali karena Dia telah merencanakan dan bahkan telah bertindak untuk menyelamatkan manusia yang jatuh ke dalam dosa. Tindakan yang Allah lakukan adalah yang tidak akan bertentangan dengan sifat-sifatnya. Ia tidak bisa menolong orang miskin dengan barang curian dari orang kaya. Karena tindakan mencuri bertentangan dengan sifat kesucianNya. Allah dapat melakukan segala sesuatu dengan satu syarat, yaitu yang tidak bertentangan dengan sifat-sifatNya. Dia adalah Allah yang maha kasih. Tetapi Dia juga Allah yang maha suci dan maha adil.
Untuk menyelamatkan manusia berdosa dengan cara yang tidak bertentangan dengan sifat-sifatNya, Allah menjelma menjadi manusia.

Manusia jelmaan Allah itu diberi nama Yesus, yang artinya Juruselamat. Ketika Allah mempersiapkan Sang Penyelamat itu, Ia memerintahkan manusia berdosa untuk percaya kepada janjiNya.

Sementara menunggu Sang Penyelamat, Allah memerintahkan manusia untuk melakukan sesuatu yang menggambarkan proses penyelamatan itu dengan iman. Sang Penyelamat digambarkan dengan domba yang tak bercacat, dan setiap orang berdosa yang ingin diselesaikan dosanya harus menimpakan dosanya ke atas domba itu.Jadi, mempersembahkan korban domba adalah perbuatan yang menggambarkan program Allah untuk menyelamatkan manusia.

Untuk beberapa saat, refleksikanlah kenyataan ini: Ramalan yang Anda baca di kitab Yesaya ditulis hampir 700 thn sebelum Yesus lahir -- namun hal itu dapat menggambarkan diriNya dengan sangat akurat! Yesaya tidak memiliki petunjuk bahwa seorang penyelamat akan datang -- paling tidak bukan penyelamat seperti Yesus, yang akan menyelamatkan seluruh dunia dengan cara wafat di kayu salib. Namun bagaimanapun Tuhan menggerakkan Yesaya untuk mengumumkan kata-kata yang menakjubkan ini!

Jika ini merupakan satu-satunya ramalan dalam kitab suci, kita tetap saja akan merasa kagum. Namun ada banyak lagi yang lainnya ! (sekitar 322 s/d saat ini=Judul Buku : Bukti Nubuat Sang Mesias Pengarang : Ralph O. Muncaster). Nabi Mikha meramalkan bahwa dari Bethlehem akan datang "seorang yang akan memerintah Israel" (Mikha: 5:1). Seorang murid Yesaya mengatakan pada kita bahwa pelayan Tuhan akan "tertikam oleh karena pemberontakan kita" dan "diremukkan oleh karena kejahatan kita", meskipun dia "tidak membuka mulutnya" (Yesaya (53:5,7). Bahkan Raja Daud juga membicarakan tentang kebangkitan Yesus ketika ia berkata, "Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan" (Mazmur 16:10).

Intinya? Sejak penciptaan dunia, rencana Tuhan akan keselamatan sudah bergerak maju dengan stabil. Melalui ramalan Nabi Yesaya, Yeremia, dan lainnya, dia telah mengatakan pada dunia tentang rencana, yang akan terpenuhi ketika Yesus datang dalam kemuliaan. Lagipula, tidak ada kejadian historis lainnya, tidak dalam suatu waktu, dan tidak ada satu orang pun yang tidak memenuhi tujuannya yang utama. Tuhan memegang kendali -- dan Dia dengan penuh kasih membiarkan kita mengetahui hal itu melalui kata-kataNya yang penuh inspirasi!

Jika Tuhan memelihara dengan cara sedemikian rupa untuk melaksanakan rencanaNya hampir 3000 tahun yang lalu, pasti Dia juga membuka rencanaNya dalam hidup kita! Dia memegang kita di telapak tanganNya sama seperti Ia memelihara Yesaya dan orang Israel kuno. Sebagaimana Ia berbicara melalui Nabi yang lain: "Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan" (Yeremia 29:11). Pakailah kata-kata ini sebagai janji pribadi untuk kehidupan Anda saat ini -- dan bersukacitalah karena Anda memiliki Bapa yang sangat pemurah!


Segala sesuatu telah jelas. Maksud Allah memerintahkan orang yang jatuh ke dalam dosa untuk mempersembahkan domba sebagai korban dosa ialah karena Ia akan mengirim Yesus. Yesus, yang berarti Penyelamat adalah manusia yang dilahirkan oleh Roh Allah.Kita, yang hidup sesudah pelaksanaan pengorbanan domba Allah, diperintahkan untuk beriman kepadaNya. Hanya melalui percaya kepadaNya, belajar dan mengerti apa yang diajarkanNya dan melaksanakan perintahNya manusia bisa diselamatkan dari penghukuman.

ITT - 3 April 2009 - PKB SP6

Thursday, April 2, 2009

Renungan Memasuki Perjamuan Kudus


Perjamuan Kudus memang salah satu kegiatan gerejawi yang bisa & biasa disalah-artikan dan disalah-gunakan. Misalnya orang menganggap bahwa Perjamuan Kudus itu melulu sebagai upacara keramat, yang kalau tidak dijalani secara benar akan mendatangkan melapetaka. Pandangan seperti ini menyebabkan diberlakukannya persiapan Perjamuan Kudus yang begitu ketat. Perjamuan Kudus yang disalahgunakan misalnya memperlakukan roti dan anggur Perjamuan Kudus itu sebagai obat yang multi khasiat dan bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Akibatnya ada orang ikut Perjamuan Kudus dan melihat Perjamuan Kudus sebagai bentuk pengobatan alternatif saja. Jarang sekali orang melihat Perjamuan Kudus sebagai perenungan untuk memperjuangkan gaya hidup yang benar seperti Kristus sudah melakukannya secara sempurna dan tuntas.

Keikutsertaan seorang anggota jemaat dalam Perjamuan Kudus kalau diselami dengan dalam; bertujuan menimba kekuatan dan keberanian Kristus, untuk melakukan apa saja kehendak Bapa-Nya. Dengan menimba kekuatan & keberanian itu, kita juga memiliki kemampuan untuk hidup memperjuangkan perwujudnyataan secara sempurna kasih Allah dalam kehidupan kita.

Hal yang paling pokok dari kesatuan kita dengan Kristus adalah kasih agape yang dicirikan dengan pengorbanan diri. Pengorbanan diri yang pada konteks kita sekarang ini adalah menaklukkan ego kita dengan hanya bersandar kepada Firman Tuhan. Sebagaimana diperumpamakan Kristus dalam Yoh.15:1-8 (Pokok Anggur Yang Benar) “Sang Petani” yaitu Kristus Yesus akan berusaha sedemikian rupa, sehingga hal-hal yang menghambat, merusak, dan tidak memungkinkan para murid bertumbuh dan berbuah dalam kasih-Nya akan dibuang (ranting-ranting itu dipangkas dan disiangi). Ini bukan proses yang bisa kita terima dengan senang hati karena yang dilawan di sini adalah egoisme kita. Bukankah musuh yang paling sulit kita kalahkan adalah diri kita sendiri? Egoisme inilah yang tidak memungkinkan buah-buah kehidupan beriman kita dinikmati juga oleh sesama kita atau bahkan lebih tepatnya, tidak bisa berbuah. Bukankah petani menanam pohon buah-buahan agar pada waktunya buahnya bisa dipetik dan bukan supaya daunnya jadi lebih rimbun?

Perjamuan Kudus menjadi lambang dari kesediaan Kristus menjadi sumber dan inspirasi bagi setiap orang yang membuka diri dan menengadahkan tangan untuk menerima semangat Kristus itu. Dengan demikian keikutsertaan kita pada Perjamuan Kudus harus dilihat sebagai tanda peng-aminan dan peng-imanan kita atas kehidupan dan karya Kristus. Bersatu dengan Tubuh Kristus dalam Perjamuan Kudus berarti bahwa orang mesti punya semangat dan kesediaan berkorban demi kasih Allah kepada dunia ini seperti yang Yesus lakukan. Perjamuan Kudus menjadi lambang jaminan Tuhan, bahwa hidup dengan spiritualitas Yesus (yang anti egoisme) bukanlah hal yang mustahil, bahkan pada masa sekarang ini.

Selamat memasuki Perjamuan Kudus.

ITT - 1 April 2009

Wednesday, April 1, 2009

Markus 10:45


10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Merajut Pola Kepemimpinan Yesus - Melayani atau Dilayani?

SAYA kira kita sebagai umat telah melakukan suatu kesalahan dalam menerjemahkan kata-kata Yesus. Misalnya, selama ini kita terbiasa memakai istilah atau mengatakan: “melayani Tuhan”.

Kebanyakan dari kita bangga dan senang bila disebut sebagai pelayan Tuhan. Kita senang dan bangga bila melayani Tuhan. Ya, kita semua seolah berlomba untuk melayani Dia. Padahal Yesus sendiri pernah mengatakan bahwa Dia datang ke dunia ini untuk melayani, bukan untuk dilayani. Bagaimana kita mengaktualisasikan ucapan Yesus tersebut di atas?

Jemaat yang dikasihi Tuhan, bicara soal melayani memang memerlukan perspektif yang komprehensip, agar kita tak salah menilai dan pada akhirnya salah menjalani. Mari kita mulai dengan ucapan Yesus Kristus sendiri, yang berkata: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20: 28= sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."; Markus 10: 45). Kata yang dipakai di sini untuk pengertian “melayani” adalah “diakonein”, yang meluksikan pelayanan di meja makan. Sehingga gambarannya adalah bagaimana Yesus melayani setiap mereka yang membutuhkan, dengan penuh kasih dan tanggung jawab penuh. Hal ini juga mengingatkan kita akan apa yang dilakukan Yesus ketika membasuh kaki para murid-Nya.

Guru membasuh kaki murid, sungguh tak lazim, dan sangat merendahkan diri guru iru sendiri. Ucapan Yesus Kristus ini sangat tepat sasaran untuk mengoreksi sikap para murid yang justru berlomba untuk menjadi yang terbesar. Sikap yang justru mewarnai kebanyakan para pelayan masa kini, yang memakai pakaian serba wah, mobil mewah, bahkan bodyguard, dengan berbagai alasan diberkati dan lain-lain.

Apakah Yesus tidak diberkati hanya karena Dia tidak naik kereta kuda, atau berbaju mewah seperti para ahli taurat, bahkan menghardik murid-murid-Nya ketika berlaku bagai bodyguard dengan menghalangi anak-anak dibawa pada-Nya? (Sebuah perenungan!) Dengan segera kita bisa mengerti apa yang dimaksud Yesus dengan melayani, yakni bukan melayani diri melainkan memberi diri. Yesus Kristus yang melayani, dengan mencari orang berdosa, menebus dosa mereka, bahkan dengan memberikan nyawa-Nya sendiri di salib. Dia yang tidak berdosa, harus menanggung banyak dosa manusia berdosa, sehingga dalam kematian-Nya manusia dibebaskan, dan dalam kebangkitan-Nya manusia dimenangkan.

Yesus Kristus telah tampil seutuhnya sebagai seorang pelayan yang tidak pernah memikirkan kepentingan diri-Nya sendiri. Hanya saja, awas, jangan sampai salah mengerti, karena Yesus sudah melakukan itu semasa pelayanan-Nya di bumi. Nanti pada kedatangan-Nya yang kedua kali, tentu Dia tidak akan berkata sama, karena Dia akan datang bukan lagi sebagai pelayan melainkan Hakim Agung yang akan menghakimi manusia (Yohanes 5: 22= Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak,; Ibrani 10: 30= Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya."; 1). Jadi, harus dilihat konteksnya.

Sekarang Yesus Kristus telah bertakhta di surga mulia, dan akan datang kembali sebagai Hakim Agung yang adil. Maka sementara bentang waktu antara kenaikan Yesus Kristus dan kedatangan-Nya yang kedua, kita diperintahkan Tuhan untuk melayani, dan Dia telah mengatakan dengan tegas: “Siapa yang melayani Aku harus mengikut Aku” (Yohanes 12: 26= Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.). Para rasul menyebut diri mereka sebagai pelayan-pelayan Tuhan (Kolose 1: 23= Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.; 1 Timotius 4: 6= Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini.). Kemudian sebagai sesama tubuh Yesus Kristus, orang Kristen diperintahkan agar saling melayani (Markus 9: 35= Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya." ; 1 Petrus 4: 10= Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.), juga pelayanan khusus kepada para janda (Kisah 6: 1=). Dan masih banyak catatan Alkitab yang menyebut kita sebagai pelayan Tuhan yang memang dipanggil untuk melayani Tuhan.

Jadi, Jemaat yang dikasihi Tuhan, tidak ada yang salah dengan sebutan pelayan Tuhan, dan melayani Tuhan, karena memang itulah tugas inti kita sebagai murid Yesus. Apa yang dimaksud Yesus dengan “datang untuk melayani, bukan untuk dilayani”, adalah tujuan kedatangan-Nya yang pertama ke bumi. Ingat, kedatangan kedua akan lain lagi. Nah, sebagai orang berdosa yang telah ditebus, dan dijadikan-Nya umat kepunyaan-Nya, kita dipanggil untuk melayani Tuhan, sebagai pelayan-pelayan-Nya. Ucapan Yesus mengingatkan kita akan semangat pelayanan-Nya, yaitu untuk melayani, bukan dilayani. Kita dipanggil untuk memberitakan Injil kepada orang berdosa, membawa mereka mengenal Yesus Kristus dengan benar. Sebagai pelayan Tuhan, kita harus sadar sesadar-sadarnya, bahwa kita hanyalah pelayan, bukan bos.

Yang memang menjadi masalah sekarang ini adalah orang berlomba-lomba bukan untuk menjadi pelayan Tuhan yang melayani Tuhan, melainkan melayani kepuasan diri sendiri. Kebanggan pelayanan masa kini berpusat pada kehebatan organisasi, kemegahan bangunan gereja, banyaknya jumlah kolekte, kepopuleran nama, dan lain-lain yang bersifat sangat kuantitatif. Pola hidup modern yaitu: all about you, memang telah menjebak banyak hidup orang percaya. Diri menjadi centre point dari pelayanan, bukan Tuhan Yesus lagi. Nama Yesus masih terus dan akan terus disebut, namun tanpa penyerahan diri kepada-Nya, bahkan sebaliknya menjual nama-Nya untuk keuntungan diri. Ini memang perlu kita sikapi dengan hati-hati.

Kedudukan dan jabatan dapat mempengaruhi karakter seseorang

4 filsafat seorang hamba:

1) SEORANG PELAYAN TIDAK BERFOKUS PADA KUASA DAN POSISI (Markus 10:42)
Karena ketika org fokus pada kuasa, mereka akan melakukan apa saja untuk mempertahankan posisinya.

2) SEORANG PELAYAN MEMFOKUSKAN DIRI MELAYANI (Markus 10:43)
Servant=diakonos, pelayan.
Orang yg tidak punya mental seorang pelayan tidak akan menjadi seorang leader yg baik. Mental pelayanan yg benar : bukan kalau punya waktu, bukan tergantung mood. Semua hanyalah tergantung kemauan kita semua.

3) SEORANG PELAYAN FOKUS PADA KEBUTUHAN ORANG LAIN (Markus 10:44)
""..and whoever wants to be first, must be slave of all.""
Slave: doulos, hamba, budak. Budak utk memenuhi kebutuhan orang lain. Kita sukar untuk menjadi ""budak"" ketika kita hanya fokus pada diri sendiri. Menjadi budak- harus melawan kemauan kita.

4) SEORANG PELAYAN FOKUS PADA TUHAN YESUS KRISTUS (Markus 10:45)
3 teladan Tuhan Yesus:
- Yesus tidak egois. Ia punya kuasa, namun Ia tidak fokus pd diriNya sendiri.
- Melayani
- Berkorban
Ada waktu yg dikorbankan, ada tenaga yg dikorbankan. Jangan menjadi seorang pelayan bila tidak punya 3 point ini!

ITT - 1 April 2009 - Khotbah pada KRT SP6 di Kel.Titaheluw