Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Sunday, July 24, 2011

Lukas 15:1-7


Perumpamaan tentang domba yang hilang
15:1 Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.
15:2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."
15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
15:4 "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,
15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.
15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Latar Belakang

Bacaan Lukas 15 sebenarnya adalah suatu kesatuan utuh dengan 3 perumpamaan yang diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya untuk menjawab sikap dan pemikiran orang-orang Farisi terhadap Yesus, salah satunya dalam Luk 15:2 (Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.").
Tiga Perumpamaan ini diberikan dengan nada klimaks, yang diawali dengan perumpamaan pertama tentang domba yang hilang (Luk 15:1-7), dilanjutkan dengan Perumpamaan tentang dirham yang hilang (Luk 15:8-10) dan mencapai puncaknya di Luk 15:11-32 pada perumpamaan tentang anak yang hilang.

Konteks bacaan ini sendiri, diawali dengan adanya 3 pihak, Tuhan Yesus sendiri - Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa - Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.
Harus dimengerti, bahwa pada masa itu bangsa Yahudi membangun suatu pemikiran teologi tentang adanya orang-orang benar dan orang-orang berdosa (inilah sebabnya Rasul Paulus senantiasa mengingatkan tentang para pengikut Yesus bahwa "dahulu" mereka adalah orang-orang berdosa).
Para pemungut cukai dan bahkan orang miskin dapat dianggap orang-orang berdosa, karena keadaan mereka yang miskin, dianggap sebagai suatu hukuman atas dosa tertentu. Pemikiran teologi seperti di atas kemudian membagi masyarakat ke dalam 2 golongan itu, sehingga golongan orang benar tidak berinteraksi dengan orang berdosa (miskin, kusta, pemungut cukai dll), apalagi duduk makan bersama.

Dari dasar inilah, Yesus kemudian menjelaskan kepada kaum Farisi dan ahli taurat posisi diri-Nya dan posisi Allah dalam melihat ciptaan-NYA. Yesus menegur mereka tentang pemikiran teologi mereka yang sudah jauh melenceng dari Ajaran Allah (Allah, kemudian Musa senantiasa menekankan bahwa Israel dahulu adalah budak di tanah Mesir, dan bahwa Allah yang membawa mereka keluar dari perbudakan - sehingga bersyukur kepada Allah, kerendahan hati dan kasih terhadap sesama - adalah yang sikap harus dijalankan, bukan sikap seperti yang ditunjukkan oleh kaum Farisi dan ahli taurat).

Struktur Bacaan Luk 15:1-7

a. Awal dan konteks masa itu yang melatar belakangi Yesus menjelaskan sikap-Nya - Luk 15:1-2
b. Perumpamaan tentang domba yang hilang - Luk 15:3-6
c. Arti perumpamaan itu sendiri - Luk 15:7

Ada satu pola terpadu yang dibangun dalam bacaan ini, juga sepanjang Lukas 15: Hilang - Ditemukan - Sukacita yang mewakili arti Berdosa - Bertobat - Keselamatan.

Cukup mudah untuk dimengerti secara jelas apa yang dimaksudkan Yesus dengan perumpamaan ini, dan tidak memerlukan penafsiran yang mendalam, karena Yesus sendiri sudah membuatnya sangat jelas. Sebagai pembanding yang sederhana untuk lebih lebih jelas, dapat kita baca di Mat 9:10-13 (Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.")

Aplikasi

Dari bacaan di atas, ada beberapa pokok penting yang bisa kita pelajari dan terapkan dalam kehidupan kita.

1. Daripada mempersoalkan siapa yang hilang dan ditemukan serta siapa 99 domba dalam perumpamaan ini, hal terpenting yang sebaiknya harus diperhatikan dan ditelaah, adalah bagaimana posisi Tuhan bagi orang berdosa. Perhatikan bahwa ketika ada satu domba yang hilang, posisi aktif untuk menemukan ada di tangan sang gembala, bukan di domba itu yang berusaha kembali - dengan demikian, Allah menemui manusia dan keselamatan kita adalah "hanya" karena Kasih Allah belaka (sola Gratia), bukan hasil kerja manusia. Setelah itu, keselamatan yang diperoleh haruslah senantiasa dikerjakan dengan aktif melalui kasih.

2. Dari Luk 15:2, yaitu ketika Yesus makan bersama orang-orang yang terpinggirkan dalam sosial kemasyarakatan Yahudi - akankah kita sebagai pribadi dan jemaat melaksanakan hal itu pula? atau bahkan kita membangun tembok pemisah dalam kehidupan kita atau bahkan dalam Gereja dan jemaat?
Pelajaran dari sikap Kaum Farisi dan ahli Taurat, membuat kita sebaiknya mengintrospeksi posisi kita sebagai Murid Yesus Kristus. Bagaimana sikap kita selama ini terhadap orang yang (kita anggap) berdosa? Atau bahkan kita membangun tembok pemisah dengan membuat kelompok eksklusif dalam bergaul dan berjemaat sesuai status dan kedudukan duniawi? Bukankah Guru Agung dan Tuhan kita Yesus Kristus datang untuk menghancurkan pemisah itu?

3. Kasih, adalah yang utama dan itulah pesan Yesus Kristus. Kasih Allah bagi Manusia dan Kasih manusia bagi sesama.
Sering dan mudah disebut, tetapi dalam penerapannya, baik pribadi dan jemaat sering kurang berhasil dalam pelaksanaannya – yang cukup berhasil adalah penerapan peraturan dan tradisi, baik adat maupun tradisi gereja. Ini mengingatkan kita supaya tetap menjadi Murid Yesus Kristus dan tidak berubah menjadi Kaum Farisi dan Ahli Taurat yang membuat hukum dan peraturan menjadi segalanya dengan meninggalkan Jiwa Pembuat Hukum dan Peraturan itu sendiri yaitu Allah yang penuh Kasih.

Allah mengutus Yesus untuk menyelamatkan yang terhilang dan berdosa, Yesus memberikan kita Roh Kudus untuk mengerjakan keselamatan yang kita peroleh dalam Kristus, dengan mencari dan membawa pulang yang terhilang. Amin.

ITT - Minggu 24 Juli 2011

Friday, July 15, 2011

Kidung Agung 5:2-8


(Kerinduan Mempelai Perempuan Kid 5:2-8)
5:2 Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. "Bukalah pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!"
5:3 "Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?"
5:4 Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku.
5:5 Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan mur; bertetesan cairan mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu.
5:6 Kekasihku kubukakan pintu, tetapi kekasihku sudah pergi, lenyap. Seperti pingsan aku ketika ia menghilang. Kucari dia, tetapi tak kutemui, kupanggil, tetapi tak disahutnya.
5:7 Aku ditemui peronda-peronda kota, dipukulinya aku, dilukainya, selendangku dirampas oleh penjaga-penjaga tembok.
5:8 Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem: bila kamu menemukan kekasihku, apakah yang akan kamu katakan kepadanya? Katakanlah, bahwa sakit asmara aku

Kitab Kidung Agung

Kitab Kidung Agung memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan kitab-kitab PL yang lain. Kitab ini berisi ungkapan cinta dalam bahasa dan gambaran yang sangat sensual. Pembacaan sekilas pun sudah cukup untuk menangkap nuansa erotis dalam kitab ini. Ungkapan seperti ini bagi sebagian orang bahkan terkesan sangat vulgar. Keunikan lain berkaitan dengan minimnya atau bahkan tidak adanya nama Allah yang muncul di kitab ini.

Dalam kanon Ibrani kitab ini diberi nama berdasarkan dua kata pertama yang muncul di 1:1, yaitu šîr haššîrîm. Secara hurufiah ungkapan ini berarti “nyanyian dari nyanyian-nyanyian” (Kebiasaan Ibrani Kuno untuk penamaan kitab adalah mengambil kata/kalimat awal pada pembukaan kitab). Berbagai Alkitab bahasa Inggris memilih terjemahan hurufiah sesuai dengan teks Ibrani yang dipakai, yaitu “Song of Songs”. LAI:TB mencoba memperjelas makna yang dikandung dengan memberi judul “Kidung Agung”, walaupun makna yang lebih pas mungkin adalah “Kidung Teragung”. Sebagian orang lebih suka menyebut kitab ini dengan “Canticles” yang diadopsi dari versi Latin Vulgata “Canticum Canticorum”. Judul “Canticles” memiliki arti yang sama persis dengan “Song of Songs”.

Dalam Kanon Kitab Suci Ibrani, Kitab Kidung Agung termasuk pada bagian ketiga yang disebut “Tulisan-tulisan” (Kethubim). Lebih spesifik lagi, kitab ini diletakkan pada posisi pertama dari lima kitab yang biasa disebut Hamesh Megilloth (lihat pembagian Kanon Ibrani di bawah ini) dan yang biasa dibacakan pada perayaan keagamaan Yahudi. Peletakan pada posisi pertama ini sesuai dengan penggunaan Kitab Kidung Agung dalam hari raya keagamaan pertama dalam kalender Yahudi. Dalam kalender Yahudi hari raya pertama adalah Paskah dan dalam tradisi Yahudi pada waktu perayaan ini dibacakan Kitab Kidung Agung, karena kitab ini diyakini sebagai gambaran dari kasih TUHAN kepada umat-Nya.

Pembagian PL Menurut Kanon Ibrani
1. Torah (taurat/Hukum): Kejadian - Keluaran - Imamat - Bilangan - Ulangan
2. Nebiim (Tulisan para Nabi) : Nabi-nabi awal: Yosua, Hakim-hakim, Samuel, Raja-raja + Nabi-nabi yang kemudian: Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, 12 Nabi lain
3. Khetubim (Tulisan lain-lain/sastra & sejarah):
-. Kitab Puisi: Mazmur, Amsal, Ayub
-. Lima Gulungan (Hamesh Megilloth): Kidung Agung, Ruth, Ratapan, Ester, Pengkhotbah
-. Kitab Sejarah: Daniel, Ezra-Nehemia, Tawarikh

Penilis kitab ini kemungkinan besar adalah Salomo, dengan merujuk ke Kid 1:1, dan mengingat Salomo adalah seorang yang ahli menulis lagu (1 Raj 4:32 Ia menggubah tiga ribu amsal, dan nyanyiannya ada seribu lima) dan beberapa kali nama Salomo di sebut dalam kitab ini. Argumen lain berpendapat bahwa ada kemungkinan Salomo hanyalah tokoh utama dalam kitab ini, tetapi bukan sebagai penulis dengan beberapa pandangan bahwa gambaran kasih Salomo di Kidung Agung tidak sejalan dengan kisah hidupnya yang nyata. Kalau dalam kitab ini ia tampak sangat mengagungkan loyalitas cinta sejati pada satu orang, tetapi dalam realita ia memberikan cinta pada banyak wanita (1Raj 11:1 Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, dan 1 Raj 11:3 Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN.).
Terkait dengan hal ini, jika kehidupan pribadi Salomo berbeda dengan konsep kasih di Kidung Agung, bagaimana mungkin tulisannya dapat dianggap sebagai kitab suci?

Tanggapan terhadap pendapat ini adalah perbedaan antara ungkapan cinta Salomo di Kidung Agung dan kehidupan pribadinya tidak seharusnya dilebih-lebihkan. Tuhan memang tidak memakai manusia sempurna sebagai alatnya (bahkan tidak ada satu manusia pun yang sempurna!). Sebagai perbandingan, walaupun bangsa Israel tahu kesalahan Daud yang besar dalam hal perzinahan (2Sam 11-12) maupun kesombongan (2Sam 24//1Taw 21) mereka tetap menerima berbagai mazmur karangan Daud. Mazmur 51 bahkan menceritakan dosa perzinahan yang dilakukan Daud. Jadi, ketidaksalahan hanya terbatas pada tulisan yang diilhamkan (2Tim 3:16), bukan seluruh kehidupan para penulisnya.

Terlepas dari itu, Kidung agung adalah kitab yang penting dalam tradisi Yahudi, karena ditafsirkan menggambarkan kasih Tuhan kepada Umat-Nya.

Beberapa Cara Penafsiran

1. Penafsiran Alegori (Kiasan).
Penafsiran ini sangat tua dan dipegang selama berabad-abad baik oleh orang Yahudi maupun Kristen, namun pendekatan ini mulai ditinggalkan, karena para Teolog sampai pada suatu pemikiran bahwa.
(a) Alkitab memang menggambarkan kasih TUHAN kepada umat-Nya melalui gambaran suami-istri (bahkan kadangkala secara vulgar juga), namun gambaran itu tetap bukanlah sebuah alegori/kiasan yang tiap detilnya memiliki arti rohani. Gambaran itu lebih merupakan simbol yang bersifat umum daripada sebuah alegori yang detil;
(b) tidak ada petunjuk dalam Kidung Agung yang mendorong kita untuk menganggapnya sebagai sebuah alegori.

2. Penafsiran Drama
Kidung Agung dipahami sebagai sebuah drama tentang kisah asmara Salomo. Ia mula-mula mencintai Sulamit dengan kasih sensual, tetapi akhirnya ia mampu mengasihinya dengan kasih yang murni. Beberapa bahkan mengusulkan bahwa Sulamit menolak cinta Salomo dan tetap berpaut pada kekasihnya, walaupun ia hanyalah seorang gembala. Pendekatan drama ini tercermin dalam terjemahan TNIV (Today’s New International Version) yang memberi petunjuk tentang pembicara dalam setiap bagian.
Walaupun pendekatan ini menarik, tetapi beberapa poin berikut ini sangat melemahkan:
(a) sangat sulit untuk menentukan bagian mana yang merupakan percakapan dari wanita atau laki-laki. Jumlah karakter yang terlibat di dalamnya sangat sulit ditentukan secara pasti. Semua kesulitan ini tampaknya melemahkan ciri-ciri drama dari Kidung Agung;
(b) jenis literatur drama tidak ditemukan dalam bagian lain Alkitab maupun literatur Timur Tengah Kuno lainnya;
(c) Kidung Agung tidak memiliki ciri-ciri drama yang kuat, misalnya narasi atau plot;
(d) Kidung Agung lebih mirip dengan kumpulan lagu daripada sebuah drama.

3. Penafsiran Lagu
Membaca kitab ini sebagai kumpulan lagu. Pandangan ini muncul dalam berbagai variasi. Ada yang menganggap bahwa Kitab Kidung Agung merupakan kumpulan lagu pernikahan, sedangkan yang lain memandang kitab ini sebagai kumpulan lagu asmara secara umum.
Pendekatan ini tampaknya lebih bisa dibenarkan. Beberapa penemuan nyanyian asmara kuno di Timur Tengah menunjukkan kemiripan dengan Kidung Agung. Tradisi perkawinan tempo dulu pun melibatkan beragam nyanyian cinta. Yang terutama, pendahuluan Kidung Agung memang menyebut kitab ini sebagai nyanyian. Walaupun para teolog belum mencapai kata sepakat tentang jumlah nyanyian yang ada maupun kesatuan topik dari semua nyanyian, tetapi pendekatan ini tampaknya jauh lebih masuk akal daripada yang lain.
Dengan mengadopsi pendekatan ini bukan berarti bahwa kita menolak Kidung Agung sebagai gambaran dari kasih TUHAN kepada umat-Nya. Kitab ini tetap mengarah ke sana. Hanya saja kita tidak berusaha menafsirkan setiap detil bagian secara rohani. Kita terlebih dahulu menafsirkan setiap bagian sebagai secara hurufiah sebagai sebuah nyanyian cinta biasa antara suami-isteri. Nyanyian ini mengajarkan tentang keindahan cinta dan seksualitas dalam konteks pernikahan sebagai anugerah TUHAN. Begitu indah dan intimnya gambaran yang dipaparkan sampai-sampai gambaran itulah yang paling tepat merefleksikan kasih TUHAN kepada umat-Nya.

Dalam pemikiran penulis, bila benar Salomo yang menulis Kidung Agung ini, maka hal ini merupakan bakat keturunan dari ayahnya Daud yang juga mempunyai darah seni yang kental.

Pelajaran dari Kidung Agung

Kidung Agung mengajarkan beberapa tema teologis yang penting.

1. Perspektif yang benar tentang seks.

Dua kesalahan ekstrim yang selalu muncul dalam sejarah manusia adalah terlalu mendewakan seks (seks dianggap segala-galanya dan sumber kebahagiaan) dan terlalu merendahkan seks (seks adalah sumber dosa yang harus dihindari). Manusia berusaha mengejar kepuasan seksual untuk mencapai kebahagiaan hidup, sementara yang lain justru rela mengebiri dirinya agar terhindar dari kenikmatan seksual.

Kidung Agung memberikan gambaran ideal tentang seksualitas:
(a) seksualitas sejati adalah antara laki-laki dan perempuan;
(b) seksualitas sejati hanya ada dalam konteks perkawinan;
(c) seks bukanlah sekadar kebutuhan biologis, tetapi ungkapan emosional yang melibatkan cinta, kedekatan, kenikmatan dan dukungan;
(d) seksualitas dan perkawinan menuntut komitmen, loyalitas, integritas dan kesetiaan.

Konsep di atas sejalan dengan bagian Alkitab yang lain. Ketidaksetiaan dalam pernikahan merupakan hal yang dibenci TUHAN (Mal 2:14-16). Hubungan seksual di luar ikatan perkawinan dianggap sebagai dosa yang serius (Kel 20:14; Im 18:22; 20:13; Mat 5:27-28;Rom 1:24-27; 1Kor 6:13, 18; Ef 5:3). TUHAN akan menghukum setiap orang yang melakukan dosa seksual (1Kor 6:9, 18-20; Ibr 13:4).

2. Cinta TUHAN yang sempurna.

Walaupun Kidung Agung menceritakan kisah cinta manusia, tetapi kitab ini tetap mengajarkan kasih yang sesungguhnya dalam relasi kita dengan Allah. Relasi kita dengan TUHAN pun membutuhkan kesetiaan yang penuh. TUHAN bukan hanya menuntut kesetiaan, tetapi Dia sendiri sudah membuktikan diri sebagai Allah yang setia. Karena itu kita tidak boleh seperti bangsa Israel yang meninggalkan TUHAN dan berpaling pada dewa-dewa kafir (Yeh 16, 23; Hos 1-3).
Kitab ini mengingatkan manusia pada TUHAN, Sumber segala cinta. Jika pemberian-Nya saja sudah memberikan sukacita dan kenikmatan yang luar biasa, apalagi Sang Pemberi.

Eksposisi Kidung Agung 5:2-8

Bila diteliti dengan seksama, ayat-ayat ini menyimpulkan beberapa hal dengan berpegang pada pasal 5:2a: Aku tidur, tetapi hatiku bangun. (Bacaan selanjutnya dikategorikan dalam konteks mimpi atau secara nyata mewujudkan ketakutan mempelai perempuan atas konflik dalam cinta-kasih/pernikahan mereka).

a. Ada kerinduan mempelai laki-laki untuk menghampiri mempelai perempuan (5:2)
b. Timbul keengganan dalam benak mempelai perempuan (5:3)
c. Pesona cinta membuat mempelai perempuan berubah pikiran (5:4-5)
d. Mempelai perempuan terkejut, karena ternyata mempelai laki-laki telah pergi (5:6-7)
e. Penolakan berakibat buruk dan berakhir dengan penyesalan (5:8-9)

Timbul konflik dalam hubungan cinta-kasih mereka, karena mempelai perempuan dalam ruang bawah sadarnya, takut akan sesuatu yang belum terjadi - dan konflik terjadi karena itu. Uraian klasiknya adalah:
a. Tidur dengan hati yang bangun karena kerinduan.
b. Hasrat kerinduan mulai memudar karena kekasih yang tak kunjung datang.
c. Ketika menyadari kedatangan kekasihnya, ia berubah dan hendak menyongsong (tangan yang berlumuran mur/wangi-wangian tanda kesiapan).
d. Terlambat, sang kekasih sudah pergi.
e. Panik dan mencari sang kekasih.

Beberapa hal yang boleh kita pelajari dari hal di atas adalah:
a. Cinta memang harus dilandasi kerinduan yang tak pernah padam
b. Kerinduan tidak boleh dipadamkan oleh hasrat lain, seperti kebosanan, prasangka dan cemburu.
c. Hasrat lain yang mengatasi cinta dan kerinduan akan mengakibatkan hal yang buruk dan akhirnya penyesalan.

Aplikasi

Dalam konteks PB, relasi cinta-kasih antara laki-laki dan perempuan adalah ilustrasi hubungan Kristus dan gereja-Nya/jemaat-Nya. Hosea 3:1 Berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis." - Rasul Paulus mengungkapkan itu dalam Ef 5:32 = Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
Dengan demikian, kita dapat memakaikannya pada teks di atas sbb:

a. Gereja/Jemaat Kristus harus tetap melandasi dirinya dengan Cinta Kasih akan Kristus yang menyala-nyala. Yesus Kristus memerintahkan supaya "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu", Rasul Paulus mengungkapkan cara hidup jemaat untuk hidup dalam Kasih di Roma 12:9-21, dengan mengamalkan Kasih terhadap Allah dengan mengasihi sesama.

b. Kasih terhadap Allah yang menyala-nyala, tidak boleh diinterprestasikan dengan hanya melihat ke diri kita sendiri, sehingga ketika kita tidak memperoleh sesuatu yang kita ingini, atau berkekurangan - maka Kasih itu memudar dan padam. Interprestasikan Kasih Allah dengan menempatkan diri kita sendiri senantiasa sebagai bagian aktif dari Kasih itu sendiri, yang dalam keadaan apapun juga, tetap mengasihi Allah dan sesama. Dengan mindset/pola pikir ini, jemaat Kristus akan terhindar dari cemburu. Rasul Paulus menegaskan itu dalam 1 Kor 13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

c. Hubungan intim antara sesama, secara khusus antara laki-laki dan perempuan haruslah didasari pada prinsip kekudusan antara hubungan Manusia dan Allah, Gereja dan Yesus Kristus, dan diri pribadi kita dengan Roh Kudus.

ITT - Jumat, 15 Juli 2011 PF PKB 3 di Bpk.Ronald Patty

Wednesday, July 6, 2011

Ulangan 15:7-11

Bukalah tanganmu lebar-lebar

Ulangan 15:7-11
15:7 Jika sekiranya ada di antaramu seorang miskin, salah seorang saudaramu di dalam salah satu tempatmu, di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka janganlah engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang miskin itu,
15:8 tetapi engkau harus membuka tangan lebar-lebar baginya dan memberi pinjaman kepadanya dengan limpahnya, cukup untuk keperluannya, seberapa ia perlukan.
15:9 Hati-hatilah, supaya jangan timbul di dalam hatimu pikiran dursila, demikian: Sudah dekat tahun ketujuh, tahun penghapusan hutang, dan engkau menjadi kesal terhadap saudaramu yang miskin itu dan engkau tidak memberikan apa-apa kepadanya, maka ia berseru kepada TUHAN tentang engkau, dan hal itu menjadi dosa bagimu.
15:10 Engkau harus memberi kepadanya dengan limpahnya dan janganlah hatimu berdukacita, apabila engkau memberi kepadanya, sebab oleh karena hal itulah TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala usahamu.
15:11 Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu."


Sekilas Mengenai Kitab Ulangan

Kitab Ulangan ditulis oleh Musa dan kemungkinan ditambahkan oleh Yosua yang mencatat kematian Musa di Pasal 34. Ulangan adalah kitab ke-5 dari Pentateukh.
Ulangan diterjemahkan dari bahasa Inggris Deuteronomy, dari kata Yunani "Deuteronomion" yang berarti "Pemberian Hukum yang kedua". Dari bahasa aslinya kitab ini diberi nama 'elleh haddebarim yang berarti "Inilah perkataan-perkataan" sebagai awalan Ulangan 1:1.
Kitab ini ditulis Musa di dataran Moab kepada geberasi baru Israel yang akan masuk ke Tanah Kanaan. Hukum kedua ini adalah hukum yang diperbarui sesuai situasi dan kondisi Israel yang nantinya tidak lagi sebagai bangsa pengembara, tetapi sebagai bangsa yang akan menetap di Tanah yang diberikan Allah dengan Perjanjian kepada mereka.
Kitab ini dipersiapkan Musa sebagai suatu kesaksian bagi generasi pelanjut Israel Ul 31:26-27 (31:26 "Ambillah kitab Taurat ini dan letakkanlah di samping tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, supaya menjadi saksi di situ terhadap engkau. 31:27 Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN, terlebih lagi nanti sesudah aku mati).

Latar Belakang Bacaan

Diberi perikop oleh LAI Ulangan 15:1-11 Tahun Penghapusan Hutang. Berlatar pada:
1. Kel 23:10-11 (Kel 23:10 Enam tahunlah lamanya engkau menabur di tanahmu dan mengumpulkan hasilnya, 23:11 tetapi pada tahun ketujuh haruslah engkau membiarkannya dan meninggalkannya begitu saja, supaya orang miskin di antara bangsamu dapat makan, dan apa yang ditinggalkan mereka haruslah dibiarkan dimakan binatang hutan. Demikian juga kaulakukan dengan kebun anggurmu dan kebun zaitunmu.)
2. Imamat 25:1-7 (25:1 TUHAN berfirman kepada Musa di gunung Sinai: 25:2 "Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila kamu telah masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepadamu, maka tanah itu harus mendapat perhentian sebagai sabat bagi TUHAN. 25:3 Enam tahun lamanya engkau harus menaburi ladangmu, dan enam tahun lamanya engkau harus merantingi kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil tanah itu, 25:4 tetapi pada tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun anggurmu janganlah kaurantingi. 25:5 Dan apa yang tumbuh sendiri dari penuaianmu itu, janganlah kautuai dan buah anggur dari pokok anggurmu yang tidak dirantingi, janganlah kaupetik. Tahun itu harus menjadi tahun perhentian penuh bagi tanah itu. 25:6 Hasil tanah selama sabat itu haruslah menjadi makanan bagimu, yakni bagimu sendiri, bagi budakmu laki-laki, bagi budakmu perempuan, bagi orang upahan dan bagi orang asing di antaramu, yang semuanya tinggal padamu. 25:7 Juga bagi ternakmu, dan bagi binatang liar yang ada di tanahmu, segala hasil tanah itu menjadi makanannya.)

Perikop Ul 15:1-11 adalah peraturan pelaksanaan dari Tahun perhentian/tahun sabat, perihal penghapusan hutang dan tata-caranya.

Eksposisi

-. Ul 15:7-8 (7 Jika sekiranya ada di antaramu seorang miskin, salah seorang saudaramu di dalam salah satu tempatmu, di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka janganlah engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang miskin itu, 8 tetapi engkau harus membuka tangan lebar-lebar baginya dan memberi pinjaman kepadanya dengan limpahnya, cukup untuk keperluannya, seberapa ia perlukan.)

menegarkan hati = mengeraskan hati (KBBI)
menggenggam = memegang dengan tangan terkepal (KBBI)

perhatikan kata: janganlah (ay7) dan harus (ay8).

Perihal pemberian pinjaman, oleh Tuhan Yesus ditegaskan dalam Lukas 6:34 Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. 6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. 6:36 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."

-. Ul 15:9-10 (15:9 Hati-hatilah, supaya jangan timbul di dalam hatimu pikiran dursila, demikian: Sudah dekat tahun ketujuh, tahun penghapusan hutang, dan engkau menjadi kesal terhadap saudaramu yang miskin itu dan engkau tidak memberikan apa-apa kepadanya, maka ia berseru kepada TUHAN tentang engkau, dan hal itu menjadi dosa bagimu. 15:10 Engkau harus memberi kepadanya dengan limpahnya dan janganlah hatimu berdukacita, apabila engkau memberi kepadanya, sebab oleh karena hal itulah TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala usahamu.)

-. Pikiran dursila => dursila = buruk kelakuan; jahat (KBBI) => dengan pikiran jahat; bahwa kalau sudah dekat tahun penghapusan hutang, jangan memberi pinjaman!
-. Berseru kepada Tuhan = ingat Israel ketika menderita di Mesir, mereka berseru kepada Tuhan dan Tuhan menjawab mereka dengan mengeluarkan mereka dari Mesir ==> dosa bagi Mesir. Bandingkan bacaan hari minggu 3 Juli Kel 22:23-24: Jika engkau memang menindas mereka ini, tentulah Aku akan mendengarkan seruan mereka, jika mereka berseru-seru kepada-Ku dengan nyaring. Maka murka-Ku akan bangkit dan Aku akan membunuh kamu dengan pedang, sehingga isteri-isterimu menjadi janda dan anak-anakmu menjadi yatim.

Memberi dengan limpahnya dari perspektif Tuhan Yesus diajarkan di Mat 5:7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Dan diperintahkan Tuhan Yesus di Mat 5:42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.

-. Ul 15:11 (15:11 Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu.")

ay 11 menekankan kembali supaya membuka tangan lebar-lebar. Mengapa? Karena cara hidup Israel seperti yang diperintahkan Musa ini, akan mengentaskan kemiskinan - lihat ke Ul 15:3-4 (3 Dari seorang asing boleh kautagih, tetapi piutangmu kepada saudaramu haruslah kauhapuskan. 4 Maka tidak akan ada orang miskin di antaramu, sebab sungguh TUHAN akan memberkati engkau di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk menjadi milik pusaka, ...) - Bukankah seluruh Hukum Tuhan ini diturunkan karena IA mengasihi manusia?

Dari ayat 11 ini, kita jadi memahami bahwa Allah menghendaki kehadiran Israel adalah untuk menjadi berkat bagi sesama. Itulah juga yang dikehendaki Yesus Kristus dengan kita dan jemaat-NYA, untuk membuka tangan lebar-lebar bagi saudara kita dan sesama kita yang menderita – untuk menjadi berkat bagi sesama dengan memenuhi Hukum Kasih.

Perhatikan bahwa, kehadiran Yesus Kristus dalam pelayanan-NYA di dunia, berkisar pada pelayanan orang-orang miskin dan menderita (Mat 11:4 Yesus menjawab mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: 11:5 orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik)

Penerapan

Bila kita sebagai pribadi, keluarga maupun jemaat berkekurangan, kita berseru minta tolong kepada Tuhan. IA menjawab seruan kita dengan melimpahi kita dengan berkat sukacita, damai sejahtera dan materi. Ketika semua berkat itu boleh saya peroleh, tidakkah aneh bila kita hanya ingin mempertahankannya tanpa membagikan kepada orang yang berkekurangan? Tidakkah aneh bila keluarga kita mempunyai kelimpahan berkat tetapi menutup mata dari kesulitan hidup keluarga lain? Tidakkah aneh bila jemaat kita melimpah ruah dalam berkat tetapi berpaling dari jemaat atau sesama yang berkesulitan hidup?

Allah mengajarkan Kasih-NYA yang besar kepada Israel dengan membebaskan mereka dari Mesir dan memberi mereka Tanah Perjanjian, Allah mengajarkan Kasih-NYA yang besar kepada kita dengan membebaskan kita dari dosa melalui Yesus Kristus dan memberi kita hidup kekal - Untuk semuanya itu Allah menghendaki kita bersyukur dan "tahu diri" dengan mengasihi-NYA melalui mengasihi sesama.

1 Yoh 3:17 Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? 3:18 Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

ITT - 6 Juli 2011 K3 SP3C di Kel.Rusli Sutiono