Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan Sendiri

Friday, January 1, 2010

Melangkah Bersama Tuhan Memasuki Tahun yang Baru


Bersyukur kita sudah menginjakkan kaki kita masuk dalam Tahun Baru. Banyak orang pada akhir tahun berusaha mencari tahu atau mempredeksi apa yang bakal terjadi pada tahun depan. Baik melalui metode yang bersifat mistik melalui berbagai macam ramalan paranormal, atau dengan metode iptek yang canggih termasuk media cetak dan media elektronik. Tuhan memang tidak pernah memberi tahu kepada kita apa yang bakal terjadi besok, minggu depan, bulan depan atau tahun depan.

Ada 2 maksud Tuhan tidak memberi tahu kepada kita apa yang bakal terjadi:
1. Agar kita dapat menikmati segala anugerah yang Tuhan siapkan di depan kita dan terbebas dari segala macam kekuatiran yang tidak perlu.
2. Agar kita belajar selalu beriman dalam setiap langkah hidup kita.

Jika Tuhan menunjukkan semua yang bakal terjadi baik yang baik, maupun yang buruk, maka kita pasti dipenuhi kekuatiran dan tidak dapat menikmati apa yang ada di depan kita. Contoh: jika kita tahu bulan depan akan beroleh keuntungan yang besar dalam bisnis, tiga bulan lagi kedudukan kita akan naik, tahun depan keluarga kita akan bertambah seorang anak yang pintar, tentu kita akan sangat suka cita, tetapi bagaimana jika kita tahu kalau lima tahun lagi kita akan menderita sakit kanker yang ganas? Tentunya semua berkat yang kita terima itu tidak ada artinya sama sekali bukan? Tuhan tidak menghendaki kita terus dilanda kekuatiran, tepat seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus: “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat.6:34). Di samping itu Tuhan juga mengajar agar kita selalu memiliki iman untuk menapaki jalan di depan dengan satu keyakinan setiap langkah Tuhan selalu menyertai kita, tepat seperti Pemazmur berkata: “ TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya (Mazmur 37:23-24).

Ketika bangsa Israel siap untuk masuk negeri Kanaan, Tuhan mengajar mereka terlebih dahulu dengan 3 macam pelajaran rohani:

1. Iman
Alkitab menegaskan: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr.11:1) Ketika bangsa Israel akan masuk negeri Kanaan yakni negeri perjanjian Tuhan yang penuh dengan susu dan madunya, Yosua berkata: “Sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu” Mereka harus melewati jalan yang sama sekali belum pernah dilalui, oleh sebab itu, mereka harus sepenuhnya bersandar pada Tuhan, demikian juga halnya dengan kita ketika memasuki tahun ini. Apa yang bakal terjadi dalam tahun ini, kita tidak tahu, tetapi hal itu tidak membuat kita berkecil hati, karena semuanya sudah Tuhan atur dengan sempurna demi kebaikan kita. Tuhan tidak putus-putusnya mengajarkan pelajaran iman kepada umat-Nya Israel, karena pengalaman menunjukkan bahwa walaupun Tuhan tidak pernah berhenti menyatakan perbuatan-Nya yang besar dan ajaib selama 40 tahun di padang gurun, namun mereka tetap bersungut-sungut dan bimbang ketika menghadapi kesulitan. Sekarang mereka siap masuk ke dalam negeri perjanjian, tetapi bukan berarti akan bebas sama sekali dari segala kesulitan, sebaliknya kesulitan demi kesulitan tetap siap menghadang mereka. Bukan saja kesulitan alam ketika menyeberang sungai Yordan, juga masih banyak musuh yang menanti mereka, pada hal bangsa Israel tidak memiliki pengalaman sama sekali untuk menghadapinya. Satu2nya cara yang paling tepat ialah selalu dengan iman bersandar sepenuhnya kepada Tuhan.

Ketika kita akan meninggalkan tahun yang telah lewat, dalam kilas balik kita akan mengingat ingat pimpinan dan anugerah Tuhan sepanjang satu tahun yang memberi kekuatan kepada kita untuk melewatinya, tetapi apakah pelajaran rohani yang penting ini menyebabkan kita makin mengenal Tuhan dan makin bersandar kepada-Nya? Apakah iman kita makin hari makin kuat, tambah tahun tambah kuat? Apakah kita tetap setia mengikut Tuhan dengan memelihara hubungan kita kepada-Nya setia waktu? Kalau sungguh jujur, kenyataannya pasti tidak demikian bukan? Sering kali justru sebaliknya: berapa besarpun mujizat yang pernah kita alami dengan pertolongan Tuhan, akan begitu cepat kita lupakan ketika kita menghadapi jalan buntu atau kesulitan yang besar yang sedang berada di depan kita. Mari kita perhatikan: Bukankah bangsa Israel dengan mata kepala sendiri melihat Tuhan membelah laut Merah? Bukankah mereka melihat Tuhan menurunkan manna dari sorga? Bukankah mereka melihat perlindungan Tuhan siang malam melalui tiang awan dan tiang api selama 40 tahun? Iman pada hakekatnya bukan sekedar suatu tingkatan, dalam arti, bukan berarti seperti ilmu bela diri atau silat yang makin dilatih akan makin kuat, atau makin banyak pengalaman, maka akan makin tinggi ilmunya, melainkan lebih cenderung seperti kesehatan kita yang sangat bergantung pada suatu kondisi. Ketika kita mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, ditambah dengan istirahat yang cukup, juga olah raga yang teratur maka kesehatan kita akan makin meningkat, tetapi apabila kita lalai menjaga kesehatan, maka segera akan menurun dengan drastis, bahkan kita akan jatuh sakit. Oleh sebab itu, menjaga hubungan selalu dengan Tuhan adalah metode yang paling ampuh dalam menjaga kondisi iman kita. Kiranya peringatan Tuhan melalui hamba-Nya Yosua juga sekali lagi mengingatkan kita untuk melangkah dengan iman memasuki tahun yang baru ini.

2. Kesucian Diri
Malam menjelang bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan, Yosua berkata kepada mereka: “Kuduskanlah dirimu” Sungguh suatu hal yang sangat mengherankan, suatu umat yang besar dengan jumlah dua setengah juta orang, ketika siap akan menyeberang sungai yang tengah meluap airnya, Yosua tidak menyuruh mereka segera membuat jembatan, atau perahu, tetapi Yosua memerintahkan mereka untuk menguduskan dirinya. Kesulitan yang dihadapi bangsa Israel bukan saja terbatas pada menyeberangi sungai Yordan, tetapi ada musuh yang kuat dengan benteng yang tangguh sedang menghadang mereka. Yosua tidak memerintahkan mereka untuk menyiapkan perlengkapan senjata yang memadai untuk menghadapi musuh, melainkan hanya memerintahkan agar mereka menguduskan dirinya.

Sebenarnya dosa apa saja yang telah dilakukan bangsa Israel sehingga membuat Tuhan begitu marah kepada mereka? Paulus memberi sedikit gambaran yang menjadi peringatan bagi kita bersama: “Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: “Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.” Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut (I Kor.10:6-10)

Ada 2 macam dosa zinah yang sangat dibenci Tuhan yakni zinah rohani dan zinah jasmani. Yang dinamakan zinah rohani yakni kita telah berpaling kepada berhala atau illah lain, tidak sepenuh hati melayani Tuhan, bahkan menggantikan kedudukan Tuhan dalam hati dengan hal-hal duniawi ini. Sedangkan zinah jasmani ialah berbagai macam dosa percabulan baik yang nyata dalam perbuatan atau hanya dalam pikiran saja. Kesucian hidup adalah sangat penting bagi kita anak-anak Tuhan, karena tanpa kesucian kita tidak dapat melihat Allah (Ibr.12:14) Kesucian adalah hal yang abstrak yang mudah dipalsukan dan sulit untuk dinilai kesungguhannya, karena itu iblis selalu dengan kemunafikan menutupi dosa yang tersembunyi dalam hati kita. Kita tidak takut berapa besar kesulitan yang ada di depan kita, kita tidak takut berapa besar kekuatan musuh yang sedang menanti kita, tetapi kita harus merasa gentar apabila Tuhan meninggalkan kita, karena kita tidak bisa hidup suci di hadapan Tuhan. Tanpa kesucian, semua jembatan dan semua perahu yang disiapkan untuk menyeberangi sungai Yordan akan sia-sia. Mari kita belajar selalu hidup suci dalam menapaki tahun 2009 ini.

3. Ketaatan
Ketika bangsa itu berangkat dari tempat perkemahan mereka untuk menyeberangi sungai Yordan, para imam pengangkat tabut perjanjian itu berjalan di depan bangsa itu. Segera sesudah para pengangkat tabut itu sampai ke sungai Yordan, dan para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya ke dalam air di tepi sungai itu–sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya selama musim menuai– maka berhentilah air itu mengalir. Air yang turun dari hulu melonjak menjadi bendungan, jauh sekali, di dekat Adam, kota yang terletak di sebelah Sartan, sedang air yang turun ke Laut Araba itu, yakni Laut Asin, terputus sama sekali. Lalu menyeberanglah bangsa itu, di tentangan Yerikho. Tetapi para imam pengangkat tabut perjanjian TUHAN itu tetap berdiri di tanah yang kering, di tengah-tengah sungai Yordan, sedang seluruh bangsa Israel menyeberang di tanah yang kering, sampai seluruh bangsa itu selesai menyeberangi sungai Yordan (Yosua 3:14-17)

Satu pelajaran rohani lagi yang penting yang diberikan Tuhan kepada orang Israel di dalam menyeberangi sungai Yordan, yakni taat sepenuhnya akan pimpinan Tuhan. Perhatikan: Para imam pengangkat tabut perjanjian Tuhan berjalan di depan dan iring-iringan bangsa Israel mengikutinya dari belakang. Tidak terbalik: bangsa Israel jalan di depan lalu para imam dari belakang. Ini merupakan sebuah symbol dari kepemimpinan rohani yang tidak boleh di bolak-balik dan di utak-atik. Tabut Perjanjian yang di angkut oleh para imam adalah melambangkan kehadiran Allah dan penyertaan-Nya. Ini berarti bahwa di dalam segala hal kita patut mendahulukan kehadiran Tuhan dan kita mendahulukan Tuhan berjalan di depan dan kita mengikutinya dari belakang.

Mari kita ingat juga bahwa pada saat itu Tuhan tidak langsung menghentikan aliran sungai lebih dulu, sampai kaki para imam pengangkat tabut perjanjian menginjak air sungai sesuai dengan perintah Tuhan. Dan ketika mereka taat sepenuhnya menghormati pimpinan Tuhan melalui Tabut Perjanjian yang di angkut oleh para imam; maka, mujizatpun terjadilah! Aliran air sungai Yordan terputus sama sekali, suatu kuasa yang ajaib telah membendung aliran sungai sehingga bangsa Israel tanpa kesulitan boleh menyeberangi sungai Yordan.

Jalan di depan kita masih panjang. Barangkali mujizat yang seperti itu tidak lagi terjadi pada hari ini. Tuhan barangkali tidak akan menghentikan semua aliran sungai yang ada di depan kita. Tetapi mari tidak menjadi putus asa, takut, khawatir, kecewa karena barangkali itulah saatnya Dia menghendaki kita terus melangkah di dalam iman, kesucian dan ketaatan pada-Nya. Kehadiran Tuhan dan penyertaan-Nya dalam memasuki Tahun Baru ini jauh lebih penting dari pada semua pengalaman dan ketrampilan yang kita miliki. Mari kita dengan iman, kesucian dan ketaatan masuk dalam tahun 2010, agar dalam tahun ini juga kita akan menyaksikan banyak mujizat Tuhan terjadi dalam setiap aspek kehidupan kita. Tuhan memberkati anda sekalian, Amin. Selamat Tahun Baru 2010.

ITT - 1 januari 2010

Saturday, December 19, 2009

Nehemia 10:32-39

10:32 Pula kami mewajibkan diri untuk memberi tiap tahun sepertiga syikal untuk ibadah di rumah Allah kami, yakni:
10:33 untuk roti sajian, untuk korban sajian yang tetap, untuk korban bakaran yang tetap, untuk hari-hari Sabat, bulan-bulan baru dan masa raya yang tetap, untuk persembahan-persembahan kudus dan korban-korban penghapus dosa, untuk mengadakan pendamaian bagi orang Israel serta segala pekerjaan di rumah Allah kami.
10:34 Pula dengan membuang undi kami, yakni para imam, orang-orang Lewi dan kaum awam, menetapkan suatu cara untuk menyediakan kayu api. Kayu itu harus dibawa ke rumah Allah kami secara bergilir oleh kaum-kaum keluarga kami pada waktu-waktu tertentu setiap tahun, supaya di atas mezbah TUHAN Allah kami ada api yang menyala, seperti tertulis dalam kitab Taurat.
10:35 Lagipula setiap tahun kami akan membawa ke rumah TUHAN hasil yang pertama dari tanah kami dan buah sulung segala pohon.
10:36 Pun kami akan membawa ke rumah Allah kami, yakni kepada para imam yang menyelenggarakan kebaktian di rumah Allah kami, anak-anak sulung kami dan anak-anak sulung ternak kami seperti tertulis dalam kitab Taurat, juga anak-anak sulung lembu kami dan kambing domba kami.
10:37 Dan tepung jelai kami yang mula-mula, dan persembahan-persembahan khusus kami, dan buah segala pohon, dan anggur dan minyak akan kami bawa kepada para imam, ke bilik-bilik rumah Allah kami, dan kepada orang-orang Lewi akan kami bawa persembahan persepuluhan dari tanah kami, karena orang-orang Lewi inilah yang memungut persembahan-persembahan persepuluhan di segala kota pertanian kami.
10:38 Seorang imam, anak Harun, akan menyertai orang-orang Lewi itu, bila mereka memungut persembahan persepuluhan. Dan orang-orang Lewi itu akan membawa persembahan persepuluhan dari pada persembahan persepuluhan itu ke rumah Allah kami, ke bilik-bilik rumah perbendaharaan.
10:39 Karena orang Israel dan orang Lewi harus membawa persembahan khusus dari pada gandum, anggur dan minyak ke bilik-bilik itu. Di situ ada perkakas-perkakas tempat kudus, pula para imam yang menyelenggarakan kebaktian, para penunggu pintu gerbang dan para penyanyi. Kami tidak akan membiarkan rumah Allah kami.

====================================


Nehemia adalah seorang juru minum (anggur) pada masa pemerintahan raja Artahsasta. Menurut sejarah pada masa itu, seorang juru minum raja adalah seorang dengan jabatan tinggi yang sangat dipercaya oleh raja.
Jabatan tersebut tidak melunturkan semangat patriotisme Nehemia, yang sedang dalam pembuangan di kerajaan Persia. Ia meninggalkan jabatannya sebagai juru minum raja dan pergi ke Yerusalem untuk membangun kembali kota itu, yang pada akhirnya ia diberikan tugas sebagai pejabat gubernur sipil oleh Raja Persia. (John Balchim, dkk; Intisari Alkitab; terbitan Persekutuan Pembaca Alkitab).

Singkat kata singkat cerita, dengan berbagai pergumulan dan tantangan baik dari dalam (kaum Israel) maupun dari luar, Nehemia berhasil membangun kembali tembok-tembok kota tersebut.

Setelah melakukan pengakuan dosa nasional, kemudian Nehemia hendak mengikrarkan komitmen untuk pelayanan di rumah Allah.

Komitmen itu antara lain memberikan persembahan tetap sebesar sepertiga syikal setiap tahunnya (ay 32).

Kemudian (ay 34), merekapun berkomitmen untuk senantiasa menyediakan kayu api di atas mezbah Tuhan. Sampai disini ada hal menarik yang saya dapatkan. Mereka berkomitmen untuk terus mempertahankan ’Api’ pada mezbah TUHAN terus menyala. Dengan api mezbah yang terus menyala, berati kesadaran umat untuk mengakui dan meninggalkan dosa terus berlangsung secara konsisten. Saya mendapatkan kesan bahwa inilah kesadaran jemaat yang sangat luar biasa, hal ini juga membuktikan bahwa pelayan terhadap umat juga berjalan dengan baik. Sungguh suatu anugerah bahwa bulan Juni ini kita merayakan bulan Pelayanan dan Kesaksian (PELKES), alangkah indahnya apabila ’API PEKABARAN INJIL’ bisa terus menyala seperti demikian. Kerjasama yang baik antara umat dan pelayan dalam rumah TUHAN sungguh sangat indah bila juga dapat berjalan di kehidupan kita saat ini. Para hamba Tuhan tidak perlu sibuk memikirkan bagaimana caranya bisa tercukupi kebutuhan hidupnya dan dapat fokus untuk melakukan pelayanannya karena jemaat memiliki kesadaran yang baik untuk menopang pelayanan; sebaliknya para hamba Tuhan-pun bersedia terlebih dahulu memberikan pelayanan yang baik kepada jemaat sehingga kebutuhan rohani/spiritualitas jemaat kepada Tuhan pun terpenuhi dan jemaat mau secara bersukacita memberikan ucapan syukurnya di dalam rumah TUHAN.

Ay. 35, ”...kami akan membawa ke rumah TUHAN hasil yang pertama...”.
Sungguh menarik, kenapa dikatakan hasil yang pertama, bukan hasil kedua setelah untuk keluarga, atau hasil sisa setelah terpenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang lain??? Saya kembali mendapat pelajaran berharga bahwa jemaat menyadari bahwa Tuhan telah terlebih dahulu berkarya dalam kehidupan mereka melalui segala berkat yang di berikan Allah.

Ay. 37, ...karena orang-orang Lewi inilah yang memungut persembahan-persembahan persepuluhan di segala kota pertanian kami....
Wah wah, alangkah senangnya hati seorang jemaat yang melihat, seorang pelayan Tuhan (bisa Pendeta, Presbiter, BPK, atau siapapun) yang bersedia berlelah ’memungut’ persepuluhan sampai ke segala penjuru kota.
Saya melihat, pelayanan total seorang pelayan Tuhan yang bersedia berlelah untuk menghampiri jemaatnya. Saya pun meyakini istilah ’memungut’ disini bukan seperti istilah seorang preman yang memungut jatahnya di suatu daerah. Saya meyakini dari istilah ’memungut’ ini ada interaksi antara pelayan dengan jemaat, dengan kata lain ada komunikasi yang hangat terjadi, sehingga pelayan dapat benar-benar mengenal jemaatnya seperti Tuhan YESUS sebagai gembala yang baik
mengenal baik setiap domba-domba-Nya.

Ay. 38, ...membawa...ke rumah Allah kami, ke bilik-bilik rumah perbendaharaan...
Ada hal menarik yang lainnya...dikatakan bahwa persembahan2 tersebut dibawa ke dalam perbendaharaan rumah Allah, artinya persembahan-persembahan tersebut di kumpulkan yang kemudian akan di pikirkan bersama pengelolaannya sehingga setiap kebutuhan dalam pelayanan dapat terpenuhi; baik kebutuhan untuk kesejahteraan pelayan Tuhan, membantu orang miskin, orang sakit, janda-janda maupun pergumulan jemaat yang lainnya.

Ay. 39, Kami tidak akan membiarkan rumah Allah.
Ini adalah ending yang sangat indah dari sebuah piagam perjanjian. Ada kesadaran (awareness) yang sangat tinggi bahwa kegiatan pelayanan bukan hanya tugas pelayan tapi juga tugas setiap warga jemaat untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan.

Pembahasan kitab Nehemia ini sangat memberikan ’pencerahan’ bagi saya secara pribadi. Perlu ada kesadaran pribadi yang mengingat bahwa adalah tugas dan tanggung jawab kita bersama sebagai warga jemaat untuk menjaga agar ’Api’ mezbah dalam rumah Allah bisa terus menyala. Allah telah begitu baiknya dengan berinisiatif terlebih dahulu memberkati kita dengan segala hal, keluarga, studi, pekerjaan, dll. Adalah wujud ungkapan syukur bila kita memberikan persembahan, bukan karena ingin mendapatkan bunga deposito yang melimpah dari Tuhan. Jemaat tidak hanya memberikan persembahan tetap, tapi ada juga persembahan persepuluhan dan persembahan syukur lainnya (ay. 33).

Ada hal yang membuat hati saya miris. Di gereja kami dipercayakan penjualan kupon Penanggulangan biaya pensiun pendeta GPIB atau singkatnya hutang dana pensiun. Bagaimana seorang pelayan Tuhan harus bersusah payah memikirkan kesahteraan dirinya dimasa ia pensiun. Tidak dapat dipungkiri masalah kesejahteraan adalah masalah yang tidak dapat diabaikan, bahkan Nehemia pun berdoa untuk kesejahteraannya (Nehemia 13 bagian paling akhir).
Mengingat baru saja berlalu bulan PELKES GPIB, alangkah baiknya bila ada komunikasi dan pemahaman yang baik antara jemaat dan para pelayan untuk sama-sama memiliki kesadaran untuk memperjuangkan api mezbah Allah terus menyala.

Siapkah kita membuat pernyataan iman dan mengikrarkan ”Kami tidak akan membiarkan rumah Allah”(ay 39) sebagai wujud tanggung jawab bersama warga gereja dan ungkapan syukur terhadap segala kebaikan Tuhan di hidup kita??

Biarlah karunia Roh Kudus yang dapat memampukan masing-masing kita mengucapkannya.

Tuhan memberkati....

ITT - 19 Desember 2009

Friday, November 13, 2009

Empat Prinsip Berkat


Kejadian 12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.


Alkitab mengajarkan bahwa kita seharusnya menggunakan "berkat-berkat kita" untuk memberkati orang lain:

1. Berkat-berkat yang diberikan Tuhan kepada kita harus mengalir ke orang lain

Alkitab mengajarkan bahwa kita diberkati bukan cuma sekedar agar kita merasa lebih baik, bukan cuma sekedar agar kita lebih bahagia dan lebih nyaman, tetapi supaya kita bisa memberkati atau menolong orang-orang lain.Allah berkata kepada Abraham: "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur, dan engkau akan MENJADI BERKAT." (Kejadian 12:2)

Allah memberkati Abraham supaya Abraham mengalirkan berkata itu kepada orang lain ...Itulah yang disebut: "Masterpiece for Masterplan"

Anda dijadikan sebagai Maha Karya ciptaan-Nya untuk tujuan mewujudkan Rencana-Nya menjadi berkat bagi bangsa-bangsa; menolong orang lain mewujudkan impian mereka; menjadikan semua bangsa murid Kristus ...Prinsip pertama dari berkat Tuhan adalah berkat itu harus mengalir keluar ...

2. Ketika kita memberkati orang lain, Tuhan akan memelihara hidup kita

Prinsip kedua dari berkat Tuhan adalah apabila kita menaruh perhatian penuh untuk memberkati atau menolong orang lain, maka Tuhan akan mencukupi semua kebutuhan kita.Tuhan Yesus berkata, "Sesungguhnya setiap orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan rumahnya, istrinya atau saudaranya, orang tuanya atau anak-anaknya, akan menerima kembali lipat ganda pada masa itu juga dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." (Lukas 18:29-30)

Ketika kita memperhatikan kebutuhan orang lain, Tuhan akan mengambilalih semua masalah dan kesulitan hidup kita. Dia mengatasi masalah dan kesulitan kita jauh lebih baik dibanding kita sendiri yang mengatasinya.Ketika kita menaruh perhatian untuk memberkati hidup orang lain, maka Tuhan akan memberikan imbalannya sekarang ini juga dan kita akan menerima hidup yang kekal. Itulah yang berkat sejati.Alkitab berkata, "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri ..." (Amsal 11:17)

3. Ketika kita memberkati orang lain maka kita diberkati kembali

Semakin banyak kita memberkati orang lain; semakin banyak kita menolong orang lain; semakin banyak pula Tuhan akan memberkati hidup kita.Di dalam Lukas 6:38 Tuhan Yesus berkata, "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncangkan dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

"Prinsip berkat yang ketiga adalah Semakin banyak kita mencoba untuk memberkati orang lain di sekitar kita, maka semakin Tuhan akan berkata: "Aku akan mencurahkan berkat ke atas hidupmu dengan berlimpah-limpah."

4. Semakin banyak kita diberkati Tuhan, Dia mengharapkan kita menolong lebih banyak lagi orang lain

Yesus berkata, "... Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." (Lukas 12:48)

Prinsip berkat Tuhan keempat adalah semakin banyak kita diberikan, semakin banyak kita dipercayakan maka sesungguhnya semakin besar tanggung jawab yang dituntut oleh Tuhan.

Kita harus mempertanggungjawab kan semua pemberian Tuhan, kita harus mengerti bahwa jika kita telah diberkati lebih banyak dari pada orang lain di sekitar kita, hal itu berarti bahwa Tuhan punya tujuan agar kita peduli dan memperhatikan orang lain ..."Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat." (2 Korintus 5:10).

ITT - 13 Nopember 2009