2:1a pada hari yang kedua puluh empat dalam bulan yang keenam.
2:1b Pada tahun yang kedua zaman raja Darius,
2:2 dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal dua puluh satu bulan itu, datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya:
2:3 "Katakanlah kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, dan kepada selebihnya dari bangsa itu, demikian:
2:4 Masih adakah di antara kamu yang telah melihat Rumah ini dalam kemegahannya semula? Dan bagaimanakah kamu lihat keadaannya sekarang? Bukankah keadaannya di matamu seperti tidak ada artinya?
2:5 Tetapi sekarang, kuatkanlah hatimu, hai Zerubabel, demikianlah firman TUHAN; kuatkanlah hatimu, hai Yosua bin Yozadak, imam besar; kuatkanlah hatimu, hai segala rakyat negeri, demikianlah firman TUHAN; bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN semesta alam,
2:6 sesuai dengan janji yang telah Kuikat dengan kamu pada waktu kamu keluar dari Mesir. Dan Roh-Ku tetap tinggal di tengah-tengahmu. Janganlah takut!
2:7 Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam: Sedikit waktu lagi maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat;
2:8 Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman TUHAN semesta alam.
2:9 Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas, demikianlah firman TUHAN semesta alam.
2:10 Adapun Rumah ini, kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahannya yang semula, firman TUHAN semesta alam, dan di tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera, demikianlah firman TUHAN semesta alam."
1. Kronologi
Tahun 586 sM: Yerusalem dan Bait Suci dihancurkan.
Tahun 538 sM: Rombongan pertama para buangan kembali ke Yerusalem.
Tahun (kira-kira) 520-480 sM : Masa pelayanan Nabi Hagai dan Zakharia.
Tahun (kira-kira) 520 sM: Kitab Hagai ditulis.
Tahun 516 sM: Bait Suci rampung pembangunannya.
Tahun 458 sM: Rombongan kedua para buangan kembali ke Yerusalem. Pemimpin rombongan: Ezra.
Tahun (kira-kira) 440-430: Masa pelayanan nabi Maleakhi.
Informasi:
Intisari nubuat dalam Kitab Hagai ialah bahwa Hagai memperjuangkan pembangunan kembali Bait Suci di Yerusalem. Setelah pembuangan, sudah diletakkan dasar Bait Suci yang baru, tetapi pembangunannya tidak pernah dilaksanakan. Jangan kita heran bahwa pembangunan-kembali Bait Suci begitu dipentingkan. Setelah pembuangan, Bait Suci menjadi lambang agama Yahudi, dan pusat kehidupan rohani di Yehuda.
Dalam nubuat pertama (Hag 1:2-14) dicantumkan diskusi antara nabi Hagai dengan bangsa Yehuda tentang pembangunan-kembali Bait Suci. Bangsa Yehuda mengatakan: “Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan!” (Hag 1:2). Tetapi Hagai menjawab: “Apakah sudah tiba waktunya untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang rumah ini tetap menjadi reruntuhan?” (Hag 1:4). Pola pikiran bangsa Yahudi ialah: oleh karena keadaan ekonomi belum mengizinkan, maka kami belum dapat membangun Bait Suci. Tetapi pola pikiran Hagai justru kebalikannya: oleh karena Bait Suci belum dibangun kembali, maka keadaan ekonomis tidak akan kunjung memuaskan.
Apa sebabnya ”langit menahan embunnya dan bumi menahan hasilnya”? (Hag 1:10).
Sebabnya ialah bahwa Tuhan sendiri “memanggil datang kekeringan ke atas negeri” (Hag1:11). Bangsa Yehuda sibuk dengan urusan rumahnya sendiri, sedang Rumah Tuhan tetap menjadi reruntuhan.
Pesan nabi Hagai sangat kena pada keadaan zamannya sendiri. Ia mendesak supaya Bait Allah segera dibangun kembali. Masa kebahagiaan dan kemakmuran akan tiba setelah Bait Allah didirikan. Maka orang Yahudi perlu mengutamakan pembangunan Bait Allah daripada kepentingan dan keuntungannya sendiri. Nabi Hagai menekankan bahwa inti kebahagiaan dan kemakmuran ialah Roh Tuhan yang tinggal pada umat (2.6) sebagai daya kekuatannya. Dan itulah sebabnya mengapa Bait Allah baru, yang agak sederhana, melebihi semarak Bait Allah yang dibangun Raja Salomo (2:10).
Dengan demikian pandangan nabi Hagai sebenarnya melampaui keadaan nyata di zamannya. Meskipun nabi berpikir kepada Bait Allah yang atas ajakannya segera dibangun oleh rakyat terpimpin oleh Zerubabel dan Yosua (1:12 dst.), namun melalui pembangunan itu pandangan nabi Hagai mencakup juga zaman keselamatan terakhir (2:6-10)
2. Eksposisi
Ayat 1: Apa maknanya mencantumkan hari dan bulan?
Pada setiap awal penggalan penting dari kitab Hagai ini selalu dicantumkan hari dan bulan. Diperkirakan untuk maksud memberi bobot historis terhadap nubuat sang nabi.
Kalau di-konversi ke sistem penanggalan yang kita pakai sekarang ini, maka tanggalnya ialah 17 Oktober, tahun 520 sM.
Ayat 3: Apa memang ada dari antara mereka masih sempat menyaksikan Bait Suci yang lama?
Ya, ada beberapa dari mereka. Bait Allah yang lama dihancurkan pada tahun 586 sM. Lalu 66 tahun kemudian mereka ini kembali ke Yerusalem dari pembuangan.
Sudah dapat diperkirakan bahwa hanya sekelumit yang mereka dapat ingat, karena waktu itu mereka masih dalam usia anak-anak.
Ayat 4-6: Kuatkanlah Hatimu.
Tuhan sendiri berfirman dan meneguhkan hati kita yang tidak kuat/kuatir atau takut. Contoh Mazmur 127:1 dari Salomo: Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.
Ada jaminan Tuhan: “… bekerjalah, sebab aku ini menyertai kamu … Dan RohKu tetap tinggal di tengah-tengahmu” (ayat 5 dan 6).
Kristus Yesus Berpesan:Mat 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Mat 6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
3. Refleksi: “Rumah Tuhan”
Perhatikan 1 Kor 3:10.
- Sebuah rumah harus mempunyai bagian2 terpenting. Fondasi==>Kristus (1Kor3:11), Dinding, Atap, Pintu & jendela.
- Sebuah rumah harus dibangun dengan proses yang benar. Di dalam mendirikan sebuah rumah, seorang ahli bangunan akan mengikuti sebuah prinsip dan cara tertentu: membangun dari bawah—dimulai dengan pondasi, ke atas. Mulai dengan bagian-bagian utama, dan dengan bertahap merampungkan hal-hal yang lebih sekunder.
Itu semua dilakukan karena kita ingin punya rumah yang baik yang dapat dihuni lama dan nampak indah, baik dari luar maupun dalam.
Apakah kita memiliki kesungguhan yang sama untuk membangun ”rumah rohani” kita? Rumah rohani itu, hidup kita, adalah tempat kediaman Allah (1 Kor. 3:16); yang akan digunakanNya sebagai pusat puji-pujian dan penyembahan kepadaNya, serta akan dipakaiNya untuk menyalurkan berkat bagi dunia di sekitar kita. Bukan hanya untuk jangka waktu satu-dua atau belasan tahun, namun sampai kepada kekekalan.
Apakah kita akan sembarangan saja di dalam membangunnya? Asal comot bahan, sibuk dengan hal-hal yang sepertinya ”hebat”, tetapi melalaikan pengajaran dan disiplin rohani yang esensial? Asal menjalankan rutinitas kegiatan, tanpa tujuan dan arah pertumbuhan yang jelas?
Rasul Paulus mengingatkan bahwa ”pekerjaan masing-masing orang akan diuji ... jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah” (1 Kor. 3:13,14). Ketika ujian itu datang, ketika hujan dan badai itu turun; bagaimanakah nasib rumah kita? Tetap kokoh di atas batu karang? Ataukah akan hanyut terbawa banjir?
Marilah kita membangun rumah rohani kita dengan giat dan benar sesuai Firman Tuhan, dan dari rumah rohani itu, akan muncul hikmat sebagai isi rumah rohani kita yang memperindah; yaitu persekutuan, pelayanan dan kesaksian kita, dalam rumah tangga, jemaat dan lingkungan kita. AMIN.
2:1b Pada tahun yang kedua zaman raja Darius,
2:2 dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal dua puluh satu bulan itu, datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya:
2:3 "Katakanlah kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, dan kepada selebihnya dari bangsa itu, demikian:
2:4 Masih adakah di antara kamu yang telah melihat Rumah ini dalam kemegahannya semula? Dan bagaimanakah kamu lihat keadaannya sekarang? Bukankah keadaannya di matamu seperti tidak ada artinya?
2:5 Tetapi sekarang, kuatkanlah hatimu, hai Zerubabel, demikianlah firman TUHAN; kuatkanlah hatimu, hai Yosua bin Yozadak, imam besar; kuatkanlah hatimu, hai segala rakyat negeri, demikianlah firman TUHAN; bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN semesta alam,
2:6 sesuai dengan janji yang telah Kuikat dengan kamu pada waktu kamu keluar dari Mesir. Dan Roh-Ku tetap tinggal di tengah-tengahmu. Janganlah takut!
2:7 Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam: Sedikit waktu lagi maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat;
2:8 Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman TUHAN semesta alam.
2:9 Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas, demikianlah firman TUHAN semesta alam.
2:10 Adapun Rumah ini, kemegahannya yang kemudian akan melebihi kemegahannya yang semula, firman TUHAN semesta alam, dan di tempat ini Aku akan memberi damai sejahtera, demikianlah firman TUHAN semesta alam."
1. Kronologi
Tahun 586 sM: Yerusalem dan Bait Suci dihancurkan.
Tahun 538 sM: Rombongan pertama para buangan kembali ke Yerusalem.
Tahun (kira-kira) 520-480 sM : Masa pelayanan Nabi Hagai dan Zakharia.
Tahun (kira-kira) 520 sM: Kitab Hagai ditulis.
Tahun 516 sM: Bait Suci rampung pembangunannya.
Tahun 458 sM: Rombongan kedua para buangan kembali ke Yerusalem. Pemimpin rombongan: Ezra.
Tahun (kira-kira) 440-430: Masa pelayanan nabi Maleakhi.
Informasi:
Intisari nubuat dalam Kitab Hagai ialah bahwa Hagai memperjuangkan pembangunan kembali Bait Suci di Yerusalem. Setelah pembuangan, sudah diletakkan dasar Bait Suci yang baru, tetapi pembangunannya tidak pernah dilaksanakan. Jangan kita heran bahwa pembangunan-kembali Bait Suci begitu dipentingkan. Setelah pembuangan, Bait Suci menjadi lambang agama Yahudi, dan pusat kehidupan rohani di Yehuda.
Dalam nubuat pertama (Hag 1:2-14) dicantumkan diskusi antara nabi Hagai dengan bangsa Yehuda tentang pembangunan-kembali Bait Suci. Bangsa Yehuda mengatakan: “Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah Tuhan!” (Hag 1:2). Tetapi Hagai menjawab: “Apakah sudah tiba waktunya untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang rumah ini tetap menjadi reruntuhan?” (Hag 1:4). Pola pikiran bangsa Yahudi ialah: oleh karena keadaan ekonomi belum mengizinkan, maka kami belum dapat membangun Bait Suci. Tetapi pola pikiran Hagai justru kebalikannya: oleh karena Bait Suci belum dibangun kembali, maka keadaan ekonomis tidak akan kunjung memuaskan.
Apa sebabnya ”langit menahan embunnya dan bumi menahan hasilnya”? (Hag 1:10).
Sebabnya ialah bahwa Tuhan sendiri “memanggil datang kekeringan ke atas negeri” (Hag1:11). Bangsa Yehuda sibuk dengan urusan rumahnya sendiri, sedang Rumah Tuhan tetap menjadi reruntuhan.
Pesan nabi Hagai sangat kena pada keadaan zamannya sendiri. Ia mendesak supaya Bait Allah segera dibangun kembali. Masa kebahagiaan dan kemakmuran akan tiba setelah Bait Allah didirikan. Maka orang Yahudi perlu mengutamakan pembangunan Bait Allah daripada kepentingan dan keuntungannya sendiri. Nabi Hagai menekankan bahwa inti kebahagiaan dan kemakmuran ialah Roh Tuhan yang tinggal pada umat (2.6) sebagai daya kekuatannya. Dan itulah sebabnya mengapa Bait Allah baru, yang agak sederhana, melebihi semarak Bait Allah yang dibangun Raja Salomo (2:10).
Dengan demikian pandangan nabi Hagai sebenarnya melampaui keadaan nyata di zamannya. Meskipun nabi berpikir kepada Bait Allah yang atas ajakannya segera dibangun oleh rakyat terpimpin oleh Zerubabel dan Yosua (1:12 dst.), namun melalui pembangunan itu pandangan nabi Hagai mencakup juga zaman keselamatan terakhir (2:6-10)
2. Eksposisi
Ayat 1: Apa maknanya mencantumkan hari dan bulan?
Pada setiap awal penggalan penting dari kitab Hagai ini selalu dicantumkan hari dan bulan. Diperkirakan untuk maksud memberi bobot historis terhadap nubuat sang nabi.
Kalau di-konversi ke sistem penanggalan yang kita pakai sekarang ini, maka tanggalnya ialah 17 Oktober, tahun 520 sM.
Ayat 3: Apa memang ada dari antara mereka masih sempat menyaksikan Bait Suci yang lama?
Ya, ada beberapa dari mereka. Bait Allah yang lama dihancurkan pada tahun 586 sM. Lalu 66 tahun kemudian mereka ini kembali ke Yerusalem dari pembuangan.
Sudah dapat diperkirakan bahwa hanya sekelumit yang mereka dapat ingat, karena waktu itu mereka masih dalam usia anak-anak.
Ayat 4-6: Kuatkanlah Hatimu.
Tuhan sendiri berfirman dan meneguhkan hati kita yang tidak kuat/kuatir atau takut. Contoh Mazmur 127:1 dari Salomo: Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.
Ada jaminan Tuhan: “… bekerjalah, sebab aku ini menyertai kamu … Dan RohKu tetap tinggal di tengah-tengahmu” (ayat 5 dan 6).
Kristus Yesus Berpesan:Mat 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Mat 6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
3. Refleksi: “Rumah Tuhan”
Perhatikan 1 Kor 3:10.
- Sebuah rumah harus mempunyai bagian2 terpenting. Fondasi==>Kristus (1Kor3:11), Dinding, Atap, Pintu & jendela.
- Sebuah rumah harus dibangun dengan proses yang benar. Di dalam mendirikan sebuah rumah, seorang ahli bangunan akan mengikuti sebuah prinsip dan cara tertentu: membangun dari bawah—dimulai dengan pondasi, ke atas. Mulai dengan bagian-bagian utama, dan dengan bertahap merampungkan hal-hal yang lebih sekunder.
Itu semua dilakukan karena kita ingin punya rumah yang baik yang dapat dihuni lama dan nampak indah, baik dari luar maupun dalam.
Apakah kita memiliki kesungguhan yang sama untuk membangun ”rumah rohani” kita? Rumah rohani itu, hidup kita, adalah tempat kediaman Allah (1 Kor. 3:16); yang akan digunakanNya sebagai pusat puji-pujian dan penyembahan kepadaNya, serta akan dipakaiNya untuk menyalurkan berkat bagi dunia di sekitar kita. Bukan hanya untuk jangka waktu satu-dua atau belasan tahun, namun sampai kepada kekekalan.
Apakah kita akan sembarangan saja di dalam membangunnya? Asal comot bahan, sibuk dengan hal-hal yang sepertinya ”hebat”, tetapi melalaikan pengajaran dan disiplin rohani yang esensial? Asal menjalankan rutinitas kegiatan, tanpa tujuan dan arah pertumbuhan yang jelas?
Rasul Paulus mengingatkan bahwa ”pekerjaan masing-masing orang akan diuji ... jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah” (1 Kor. 3:13,14). Ketika ujian itu datang, ketika hujan dan badai itu turun; bagaimanakah nasib rumah kita? Tetap kokoh di atas batu karang? Ataukah akan hanyut terbawa banjir?
Marilah kita membangun rumah rohani kita dengan giat dan benar sesuai Firman Tuhan, dan dari rumah rohani itu, akan muncul hikmat sebagai isi rumah rohani kita yang memperindah; yaitu persekutuan, pelayanan dan kesaksian kita, dalam rumah tangga, jemaat dan lingkungan kita. AMIN.
ITT - 6 Mei 2009 - Khotbah pada KRT SP2 di Kel.Ibu Majir