Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan Sendiri

Monday, November 11, 2024

Selidikilah dan Ujilah


Beberapa hari yang lalu, seorang keluarga datang ke rumah dan cerita.
Katanya: "Bung, bagaimana sekarang ini ya, saya sering dengar khotbah di gereja saya, tapi kok ada saja yang menggelitik di hati saya ketika selesai khotbah. Apa saya terpengaruh iblis sehingga saya hampir selalu merasa gelisah dan kurang pas atas isi khotbah di gereja saya?

Dengan hati-hati saya coba menguraikan kegelisahannya seperti di bawah ini.

+++++++++++++++++++++

Untuk menentukan apakah sebuah khotbah itu sesuai kehendak Tuhan dan berdasarkan Alkitab, sebaiknya kita harus mengevaluasinya berdasarkan tiga hal di bawah ini;

  1. Apakah khotbah itu sesuai dengan Alkitab? Pesan tersebut harus berasal dari, dan konsisten dengan, keseluruhan Kitab Suci. Periksa apakah pengkhotbah menggunakan ayat-ayat dalam konteks sejarah dan sastra yang tepat, dan tidak menyalahartikan makna aslinya untuk mendukung pendapat mereka sendiri atau ide populer. Alkitab harus menjadi otoritas tertinggi, bukan hanya kebijaksanaan atau pengalaman dan kesaksian manusia.
  2. Apakah khotbah itu menunjuk kepada Yesus Kristus dan Alkitab? Semua isi Kitab Suci memberi kesaksian tentang Yesus, jadi khotbah yang benar harus menyoroti penggenapan-Nya, pengorbanan penebusan-Nya, kebangkitan-Nya, dan kasih karunia serta keselamatan yang IA ajarkan. Jika sebuah khotbah berfokus pada pengembangan diri, legalisme, yang meremehkan sentralitas karya Kristus, kemungkinan besar khotbah itu menyimpang dari kebenaran. Sedikit uraian tentang Legalisme dalam Kekristenan adalah pandangan bahwa keselamatan atau perkenanan Allah diperoleh melalui ketaatan pada hukum dan aturan, bukan melalui kasih karunia dan iman. Ini merupakan penekanan berlebihan pada peraturan lahiriah, sering kali tanpa memperhatikan kasih dan pengalaman batin, serta dapat mengarah pada sikap menghakimi dan merendahkan orang lain berdasarkan kepatuhan pada aturan buatan manusia. Bukankah untuk itu Tuhan Yesus datang?
  3. Apakah khotbah itu selaras dengan kesaksian dan karya Roh Kudus? Khotbah yang benar harus disampaikan dengan integritas dan mengandalkan kuasa Roh Kudus, bukan hanya karisma manusia. Hal itu akan menghasilkan kesehatan rohani dan "buah" yang saleh dalam kehidupan orang percaya, seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, dan kerendahan hati. Hal itu seharusnya tidak mengarah pada kehidupan yang tidak saleh, kelemahan rohani, atau fokus pada kesuksesan pribadi pengkhotbah. Khotbah juga wajib menjadi pengingat atas perilaku manusia dan akibatnya - tetapi bukan dengan tekanan sehingga membuat jemaat tertekan - yang ujungnya bermuara kepada pementingan diri pengkhotbah dan golongannya.

Pada akhirnya, kita harus mempelajari Alkitab sendiri agar dapat membandingkan apa yang dikhotbahkan dengan Firman Tuhan yang tertulis, seperti orang-orang Berea di Kisah Para Rasul 17:10-11 = 17:10 Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi. 17:11 Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.

Nasihat penting Rasul Paulus dari Alkitab, tepatnya di 1 Tesalonika 5:21-22 (5:21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. 22 Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.), yang berarti kita harus selalu menyaring, memeriksa, dan menilai semua ajaran, informasi, dan pengalaman, serta hanya mempertahankan atau melakukan yang baik, benar, dan membangun, sambil menolak kejahatan dan kepalsuan.

Ini adalah seruan untuk berpikir kritis, tidak mudah percaya, dan berpegang pada prinsip kebenaran, terutama berdasarkan Firman Tuhan. 

ITT - Jakarta, Senin 11 November 2024