Perikop: Bahagianya Orang Yang Hidup Menurut Taurat Tuhan
119:65 Kebajikan telah Kaulakukan kepada hamba-Mu, ya TUHAN, sesuai dengan firman-Mu.
119:66 Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya kepada perintah-perintah-Mu.
119:67 Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu.
119:68 Engkau baik dan berbuat baik; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
119:69 Orang yang kurang ajar menodai aku dengan dusta, tetapi aku, dengan segenap hati aku akan memegang titah-titah-Mu.
119:70 Hati mereka tebal seperti lemak, tetapi aku, Taurat-Mu ialah kesukaanku.
119:71 Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.
119:72 Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak
Mazmur 119 Merupakan kitab terpanjang dalam Alkitab dan berisi pasal yang terpanjang (Mazm 119:1-176), yang terpendek (Mazm 117:1-2) dan ayat tengah (Mazm 118:8).
Mazmur 119 (#/TB Mazm 119:1-176) adalah unik dalam Alkitab karena ( a) panjangnya (176 ayat), ( b) kasihnya yang agung kepada Firman Allah, dan ( c) susunan sastranya yang mencakup 22 stanza dengan masing-masing delapan ayat, dan setiap stanza mengawali setiap ayatnya dengan huruf yang sama, juga setiap stanza memakai huruf yang berturut-turut dari abjad Ibrani sebagai bantuan untuk mengingat (yaitu, suatu akrostik).
Mazmur 119 adalah mazmur terpanjang dalam kitab Mazmur, bahkan di dalam seluruh Alkitab. Mazmur ini terkenal dengan pengajarannya tentang Taurat Tuhan. Namun keindahan mazmur ini terletak, terutama bukan dalam pernyataan percaya kepada Taurat Tuhan, tetapi dalam pernyataan percaya mutlak pemazmur kepada Tuhan. Mazmur ini diduga ditulis pada masa pascapembuangan, pemazmur tahu secara langsung akibat dari kejahatan. Dia telah dikelilingi oleh kejahatan, dikejar oleh orang-orang yang sombong, dicampakkan dalam kehinaan; namun dalam semua itu, perlindungannya ialah di dalam Allah. Ia berulang kali berseru kepada Allah, berlindung di bawah sayap-Nya, menemukan penghiburan di dalam kekuatan-Nya. Ini adalah suatu mazmur, bukan hanya mengenai hukum Tuhan, tetapi juga mengenai kasih Tuhan; bukan hanya pengabdian kepada titah Tuhan, tetapi kesetiaan kepada Tuhan. Keindahan mazmur ini bergema dari hubungan pemazmur dengan Allahnya.
Tujuan Perikop
PEMURNIAN DAN PERSEKUTUAN
"Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu" (Mazmur 119:67).
Bapa adalah Pencipta dan pemilik rencana atas kita, itu berarti di dalam badai sekalipun pasti ada maksudnya. Allah apakah yang ada dalam badai hidup yang kita alami?
PEMURNIAN. Melalui kesulitan dan penderitaan hidup, sifat-sifat dan kebiasaan kita yang tidak berkenan akan muncul, itulah yang ingin dimurnikan oleh Allah. Mungkin kita baru menyadarinya di saat yang seperti itu, bisa juga berupa dosa yang selama ini kita biarkan atau sebaliknya kita berjuang untuk mengalahkannya. Raja Daud mengalami kebenaran ini ketika nabi Natan menegor dosanya (2 Samuel 12:1-15). Dikemudian hari Daud berkata : "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu".
PERSEKUTUAN. Jika kita merenungkan maksud Tuhan, apakah yang paling Tuhan inginkan dari diri kita?" maka kita akan sampai pada jawaban, bahwa Tuhan menghendaki persekutuan yang intim denganNya. Bapa di Surga ingin kita mengerti kasih-Nya ada di sepanjang hidup kita. Tuhan memakai berbagai ujian dalam hidup ini untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang dapat menghalangi kita untuk memberikan kasih, kesetiaan, dan bakti kepada-Nya, sebab hanya Tuhan mau bahwa hanya Tuhan saja yang mempunyai tempat utama di dalam hidup kita.
Allah mengenal kita dengan baik dan mengizinkan sesuatau terjadi sesuai kebutuhan kita, sehingga kita dapat berjalan di dalam kekudusan bersama-Nya. Apakah sekarang ini kita sedang mengalami badai hidup? Pandanglah Bapa di surga dan percayalah pada rancangan-Nya yang indah.
Taurat Tuhan bermuara pada kebaikan.
“Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” (Rm 8:28). Inilah [juga] pengalaman pemazmur: “Engkau baik dan berbuat baik.” Dalam perintah Allah pemazmur merasa tenteram (dari akar yang sama dengan Arab/Indonesia aman). Pernah ia menyimpang, tetapi pengalaman itu pahit. Tuhan mengajarkan kebijaksanaan (dalam arti pengertian tentang arti hidup). Dengan segenap hati ia belajar ajaran (Ibrani torot) yang keluar dari mulut Allah (demikian ay. 72a secara harfiah). Bertentangan dengan orang bijak, hati orang bebal diselubungi lemak, sehingga ia tidak berbelaskasihan terhadap sesama (Mzm 17:10) dan tidak mau mengetahui maksud Allah (bnd. Yes 6:9-10; Mzm 92:7)
Keadaan tertindas tidak selamanya buruk, tetapi bisa membawa kebaikan (ayat 67,71). Pembuangan di Babel bukanlah akhir dari kehidupan. Keadaan umat Allah yang tertindas, termasuk pemazmur, ditanggapi secara positif oleh pemazmur, walau banyak juga yang menanggapi peristiwa itu secara negatif. Paling tidak tanggapan negatif itu muncul dari mereka yang disebut sebagai orang kurang ajar oleh pemazmur (ayat 69,78). Mereka ini adalah orang-orang yang meninggalkan Tuhan dan tidak lagi berpegang pada Taurat Tuhan. Pemazmur dan orang-orang yang sepaham dengannya mempunyai keyakinan bahwa penindasan yang mereka alami mengandung hikmat, kebaikan, dan kesetiaan Allah (ayat 67). Bagi pemazmur, keadaan tertindas itu adalah baik karena diciptakan Tuhan dalam kesetiaan (ayat 75). Artinya, keadaan tertindas itu justru menunjuk pada kasih setia Tuhan yang menuntun seseorang untuk mau memahami Taurat Tuhan serta berpegang pada janji Tuhan (ayat 67,71). Keadaan tertindas itu juga lebih baik daripada emas dan perak (ayat 72), karena emas dan perak (dalam hal sekarang=uang) sering kali tidak hanya membuat seseorang kehilangan kesempatan untuk merasakan, menikmati, dan mengalami kebaikan Taurat, tetapi bisa membuat umat Allah menyimpang dan tidak mengalami kebaikan Taurat.
Banyak ketetapan dan hukum Taurat yang secara konkret berbicara tentang kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Karena itu, walaupun pemazmur menggunakan bahasa liturgis, tetapi apa yang ia katakan itu merupakan refleksi dari berbagai ketetapan, peraturan, dan hukum yang konkret serta praktis.
Renungkan:
Penderitaan bisa disebabkan oleh karena keadaan, perbuatan orang lain, ataupun kesalahan diri sendiri. Oleh sebab itu kita perlu senantiasa mengintrospeksi diri. Kalau hal itu diakibatkan kesalahan sendiri, baiklah kita mengaku dosa dan dan memperbaharui diri di hadapan Allah. Kalau itu bukan karena kesalahan kita, baiklah kita menghadapinya dengan iman yang teguh kepada-Nya.
Di kala sengsara datang melanda, hendaklah kita tetap tabah. Ada banyak penyebab derita, tetapi tidak di luar pengetahuan Allah. Ia mengijinkan umatnya menderita adalah untuk membentuk supaya berbuah (Yoh. 15:1-2="Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.), untuk menguji agar bertumbuh makin kuat (Yak. 1:12=Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia), atau untuk menghajar anak-anak yang dikasihi-Nya (Ibr. 12:7=Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?). Oleh karena itu, hendaklah kita tetap percaya walau menderita.
Kita tahu bahwa Allah mengatur segala perkara, sehingga menghasilkan yang baik untuk orang-orang yang mengasihi Dia dan yang dipanggil-Nya sesuai dengan rencana Allah (Rm. 8:28=Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.).
Kesimpulan:
Beberapa manfaat penderitaan adalah a.l. kita menghargai kehadiran Allah, kesetiaan dan kebenaranNya. Penderitaan pun dapat mendorong kita untuk membaca dan meneliti lalu menaati firmanNya. Orang-orang yang pernah menderita menyaksikan bahwa berbagai macam kesulitan mengantar mereka dekat dengan Tuhan. Memang, kita semua tidak menginginkan adanya penderitaan. Tetapi dengan sikap yang tepat dan benar, kita dapat memanfaatkannya, kalau memang akhirnya ia datang menimpa kita.
Ajakan:
Tahan menderita! Itulah tekad hidup yang perlu dipertahankan. Belajarlah dari rasul Paulus yang masih bisa bersukacita ditengah-tengah penderitaan. Lebih dari itu, ia bersukacita bahwa ia boleh menderita untuk orang lain. Dalam Kolose 1 :24 ia bersaksi, bahwa ia bersukacita karena boleh menderita untuk orang-orang lain, untuk Kristus, dan untuk Gereja. Ia bersukacita karena boleh melakukan sesuatu yang berarti bagi mereka.
Ia bukan mengejar hidup yang serba enak, melainkan mau memiliki hidup yang bermakna. Bukan hanya bermakna bagi dirinya sendiri, tetapi berarti bagi Kristus, Gereja-Nya, dan orang-orang lain. Untuk itu, ia tetap bersukacita, walaupun harus mengalami penderitaan.
Mari jemaat, kita belajar menghargai Firman Tuhan melalui berbagai penderitaan sebagai anugerah yang membebaskan kita dari cara hidup yang tidak berkenan kepada-Nya
Untuk tahan menderita itu tidaklah mudah. Tetapi bersandar pada-Nya kita bisa. Ingatlah apa yang dikatakan rasul Paulus, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Flp. 4:13)
ITT - 3 Oktober 2008