Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Sunday, April 18, 2010

Imamat 4:13-21


4:13 Jikalau yang berbuat dosa dengan tak sengaja itu segenap umat Israel, dan jemaah tidak menyadarinya, sehingga mereka melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN, dan mereka bersalah,
4:14 maka apabila dosa yang diperbuat mereka itu ketahuan, haruslah jemaah itu mempersembahkan seekor lembu jantan yang muda sebagai korban penghapus dosa. Lembu itu harus dibawa mereka ke depan Kemah Pertemuan.
4:15 Lalu para tua-tua umat itu harus meletakkan tangan mereka di atas kepala lembu jantan itu di hadapan TUHAN, dan lembu itu harus disembelih di hadapan TUHAN.
4:16 Imam yang diurapi harus membawa sebagian dari darah lembu itu ke dalam Kemah Pertemuan.
4:17 Imam harus mencelupkan jarinya ke dalam darah itu dan memercikkannya tujuh kali di hadapan TUHAN, di depan tabir.
4:18 Kemudian dari darah itu harus dibubuhnya sedikit pada tanduk-tanduk mezbah yang di hadapan TUHAN di dalam Kemah Pertemuan, dan semua darah selebihnya harus dicurahkannya kepada bagian bawah mezbah korban bakaran yang di depan pintu Kemah Pertemuan.
4:19 Segala lemak harus dikhususkannya dari lembu itu dan dibakarnya di atas mezbah.
4:20 Beginilah harus diperbuatnya dengan lembu jantan itu: seperti yang diperbuatnya dengan lembu jantan korban penghapus dosa, demikianlah harus diperbuatnya dengan lembu itu. Dengan demikian imam itu mengadakan pendamaian bagi mereka, sehingga mereka menerima pengampunan.
4:21 Dan haruslah ia membawa lembu jantan itu ke luar perkemahan, lalu membakarnya sampai habis seperti ia membakar habis lembu jantan yang pertama. Itulah korban penghapus dosa untuk jemaah

MAKNA KORBAN BAGI KEHIDUPAN UMAT ISRAEL

PENDAHULUAN

Sudah dijelaskan pada minggu-minggu sebelumnya tentang status dan fungsi HUKUM TAURAT dalam penyelenggaraan kehidupan umat Israel. Oleh karena itu, penjelasannya hanya singkat saja : Sumber-sumber penulisan Kitab PENTATEUCH ( ke – 5 Kitab Musa : Kejadian, Keluaran, Immamat, Bilangan dan Ulangan), yang disebut : Sumber Yahwis (Y dari wilayah Israel Selatan), sumber Elohis (dari wilayah Israel Utara), sumber Priest (Imam-Imam) dan sumber Deuteronomis (D); menyoroti status dan fungsi HUKUM TAURAT sebagai pengajaran (petunjuk) yang diberikan Allah kepada umat Israel untuk membangun persekutuan ibadahnya kepada Allah dan bagi kehidupan bersama sesama.

Ibadah, menurut tradisi Agama Musa, tertuju kepada Allah (fungsi kultus ritual) dan untuk melayani kehidupan bersama di dalam masyarakat (fungsi sosial). Kedua fungsi ibadah itu wajib dilakukan dalam waktu bersamaan dan juga tidak boleh secara berurutan. Memprioritaskan Allah dalam ibadah sama nilainya dengan memperhatikan kebutuhan sesama manusia. Membangun hubungan vertikal yang baik dan benar dengan Allah, sama bobotnya dengan memelihara serta membina kebersamaan persekutuan. HUKUM TAURAT mengatur dan menertibkan perilaku manusia dalam ibadah seperti itu.

STATUS DAN FUNGSI HUKUM TAURAT

Sumber utama dari Kitab Imamat dan Kitab Bilangan adalah Sumber Teologi Priest (Imam-Imam). Tidak mengherankan, jika Imam-Imam memikirkan dasar teologi bagi pembangunan Ibadah Israel dalam fungsi kultus-ritualnya. Hal ini didorong latar belakang bahaya sinkritis yang terjadi karena perjumpaan Israel dengan konteks agama-agama suku / budaya dari masyarakat sekitarnya (suku-suku yang mendiami wilayah Kanaan). Perbedaan mencolok di antara kedua aliran keagamaan itu disebabkan karena kultur (nilai)-nya serta latar belakang budayanya.

Sejak zaman Abraham, Israel adalah suku-suku semi-nomaden (pengembara). Pernyataan ini muncul berdasarkan pengakuan Israel tentang eksistensinya : “Bapa kami adalah seorang pengembara” Kadang mereka dapat menetap lama pada suatu tempat peternakan, jika kondisi alamnya menguntungkan; jika tempat (padang rumput) sudah tidak menguntungkan, mereka akan bergerak mencari lahan baru bagi ternak kambing-dombanya.
Bersamaan dengan latar belakang tersebut, Israel memiliki tradisi keagamaan. Mereka percaya kepada Allah yang Hidup dan yang bergerak memimpin ke masa depan. Allah, bagi Israel, adalah TUHAN yang tidak menetap pada suatu tempat. Dia berada di segala ruang waktu dan tempat. Dia tidak mengikatkan diri kepada suatu tempat peribadahan dan ke dalam bentuk-bentuk benda suci yang diciptakan manusia. Keyakinan keagamaan Israel menyebutkan, bahwa TUHAN, Allah Israel bersifat Esa (bd. Pengakuan Iman Israel --> Ul. 6 : 4). Sebuah keyakinan tentang ketunggalan Allah (monotheism).

Berbeda dengan keyakinan Israel. Suku-suku Kanaan bermata pencaharian pertanian. Berbudaya argokultur. Sistem dan fungsi kehidupan masyarakatnya sudah tertata rapih dan sudah berlangsung turun temurun sebelum Israel menduduki wilayahnya. Keagamaan suku-suku Kanaan itu pun berkaitan dengan latar belakang pertanian. Mereka memiliki ilah-ilah yang dirupakan dalam patung maupun realief, juga tempat-tempat penyembahan (kuil). Menurut mereka, ilah-ilahnya itu terikat pada tempat dan penyembahnya. Sekalipun ilah-ilahnya mempunyai kuasa, namun kekuasaannya terbatas pada wilayah dan penyembahnya. Agamanya ini bersifat politheis, panteon dan sebagainya.

Berbeda dengan Israel yang memahami dan mengakui, bahwa mereka sangat tergantung pada TUHAN, Allah leluhurnya; suku-suku Kanaan sangat terikat pada lokus penyembahan (kuil) di mana ilah-ilahnya berdomisili. Eksistensi suku-suku Israel hanya terjadi karena kesatuan pemahaman dan pengakuan iman akan Allah yang sama, yang memanggil dan membuat perjanjian dengan leluhurnya : Abraham, Ishaq dan Ya’aqob. Israel bukan sebuah masyarakat yang tercipta karena jargon dan tujuan politik, tetapi eksistensi Israel sangat tergantung pada pemahaman dan pengakuan imannya kepada TUHAN Allah.

Di sinilah Israel memahami status dan fungsi HUKUM TAURAT sebagai piñata kehidupan yang membawa mereka ke dalam keselamatan (makna HUKUM TAURAT dalam Perjanjian Lama). Jika Israel taat memberlakukan hukum, maka seluruh aspek kehidupan mereka pasti diberkati Allah. Sebaliknya, jika mereka tidak setia, maka TUHAN Allah pasti menghukumnya. Dalam hal ini Agama Israel adalah Agama Hukum, sama seperti semua agama langit yang berasal dari Timur Tengah.

Pada waktu Israel telah tiba dan telah menduduki hampir seluruh wilayah Kanaan, muncullah persoalan baru : bahaya sinkritisme (akulturasi budaya). Banyak pola dan warna budaya, termasuk bentuk pemerintahan dan ritual agama suku-suku Kanaan diambil alih. Dimulai dari penyembahan kepada Atarste dan Baal sampai pembentukan protipe pemerintahan pada akhir masa hakim-hakim (menjelang akhir masa kerja Hakim dan Nabi Samuel). Sikap sinkritis itu berlangsung wajar dan biasa bagi masyarakat Israel. Akan tetapi bagi teolog-teolog Israel (Imam-Imam dan Nabi-Nabi) keadaan itu dilihat sebagai ancaman terhadap integritas keumatan. Oleh karena itu, para teolog Israel melancarkan apologia terhadap sikap umat Allah.

Peristiwa yang terekam oleh ahli sejarah Israel (Penulis Kitab Raja-Raja dan Tawarikh) adalah REFORMASI KEAGAMAAN yang dilancarkan dalam masa pemerintahan Raja YOSIA BIN AMON, tahun 622/1, sb M. (2 Rj. Psl 22 – 23; bd. 2 Taw. 34 : 1 – 35 : 19). Reformasi itu dibantu oleh para teolog yang masih setia memelihara tradisi Agama Musa, termasuk Nabi YEREMIAH. Gerakan reformasi itu mendesak seluruh umat Israel untuk kembali melaksanakan dan menyelenggarakan ibadah kepada TUHAN, Allahnya, berdasarkan perintah HUKUM TAURAT (2 Taw. 24:14–33; bd. 2 Rj. 22 – 23). Sekali lagi, reformasi itu tidak mengubah pemahaman dan pengakuan iman Israel kepada Allah (Ul. 6:4), melainkan membersihkan seluruh bentuk peribadahan (ritual) yang tidak sesuai dengan karakteristik Agama Musa. Akan tetapi perlu diperhatikan, meskipun model ritual tertentu, yang berasal dari Agama suku-suku sekitarnya, dipakai namun isinya sudah dibersihkan dan dimaknai sesuai jiwa HUKUM TAURAT. Inilah yang disebut theology in locco (Kontekstualisasi atau pemribumian teologi Agama Israel), berteologi di tengah konteks misional.
Dalam proses reformasi (pembaharuan) sistem dan fungsi agama Israel (yang mengembangkan Agama Abraham dan Musa), Imam-Imam melakukan re-interpretasi dan re-formulasi status dan fungsi HUKUM TAURAT. Dasar teologinya adalah : KUDUSLAH KAMU, SEBAB AKU, TUHAN, ALLAHMU, ADALAH ALLAH YANG KUDUS ! (bd. Im. 19:2; 20:7, 26, dll).

Biasanya, para pakar Perjanjian Lama, mengkategorikan seluruh ketetapan, peraturan, aturan dan perintah yang terdapat di dalam Kitab Immamat dan Kitab Bilangan ke dalam HUKUM KEKUDUSAN. Kemungkinan Kitab inilah yang menjadi sumber bagi penulisan kedua kitab tersebut. Dari penjelasan demikian, muncul kesimpulan, bahwa para penulis sumber Priest (Imam-Imam yang berdomisili di Israel Utara, kemungkinan kecil ada sebagian kecil juga di Israel Selatan) menyoroti fungsi HUKUM TAURAT untuk mengatur kekudusan peribadahan Israel kepada Allah serta bagaimana Israel harus berperilaku baik dan benar (kudus) di hadapan-Nya.

HUKUM KEKUDUSAN TENTANG IBADAH DAN KORBAN

Dasar Hukum Kekudusan :
KUDUSLAH KAMU, SEBAB AKU, TUHAN, ALLAHMU, ADALAH ALLAH YANG KUDUS bd. Im. 19:2; 20:7, 26, dll

Tujuan Hukum Kekudusan :

MEMELIHARA PERIBADAHAN DAN PERILAKU UMAT, AGAR MENJAGA KEKUDUSAN ANUGERAH ALLAH DALAM MEMBINA HUBUNGAN BAIK DENGAN ALLAH SERTA BERSAMA SESAMA
Untuk diketahui, bahagian (fragmen) utama dari KITAB HUKUM KEKUDUSAN ini termuat dalam Kitab Imamat 18 – 23 tentang kudusnya perkawinan, kudusnya hidup, kudusnya umat TUHAN, kudusnya para imam, kudusnya kebaktian korban dan kudusnya hari-hari raya yang harus dilaksanakan umat Israel.
Dari situlah kita akan membahas status dan fungsi KORBAN KESELAMATAN yang dipersembahkan umat Allah, jikalau mereka berbuat dosa dan juga pada perayaan-perayaan

MANUSIA MAKHLUK BERDOSA.

Sesuai kesaksian Alkitab, manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia diberikan hak dan kewajiban untuk melaksanakan ibadahnya di tengah dunia (Kej. 2 : 15). Akan tetapi dalam pelaksanaan ibadah itu, manusia salah menggunakan otoritas (kuasa) yang diberikan kepadnya. Ia memberontak dan berbuat dosa. Akhirnya TUHAN Allah menghukumnya.

TUJUAN DARI RENCANA ALLAH

1. PANGGILAN ABRAHAM DAN ISRAEL.
Allah mempunyai rencana tentang masa depan kehidupan manusia di atas bumi. Di dalam rencana itu terkandung tujuan dan maksud-Nya untuk membebaskan dan menyelamatkan manusia dari kutukan (hukuman mati). Dia mengawali karya penyelamatan dengan memilih dan memanggil Abraham, leluhur Israel, untuk melaksanakan rencana-Nya. Allah memanggil dan mengutus Abraham untuk menyelenggarakan ibadah, yang membawa berkat dan damai sejahtera ke atas keturunannya (secara eksplisit) juga kepada bangsa-bangsa (secara implicit).
Panggilan dan pengutusan Abraham itu dilanjutkan oleh Israel (bd. Kel. 4 : 21 – 24), keturunan Abraham secara biologis. Orang Israel dipanggil untuk menyelenggarakan ibadah yang mendatangkan damai-sejahtera, keadilan dan kebenaran serta sukacita bagi semua orang.

2. HUKUM PERJANJIAN
HUKUM TAURAT adalah peraturan-peraturan yang diilhamkan oleh Allah kepada Musa, agar ia menata kehidupan umat Israel, umat Perjanjian. Hukum itu diberikan dengan tujuan, agar Musa, kemudian hari Israel, menata dan menertibkan penyelenggaraan Ibadahnya, baik dalam hal-hal ritual (Teologi Imam-Imam dalam Kitab Imamat dan Kitab Bilangan) maupun pengabdian kemasyarakatan (Teologi Deuteronomi dalam Kitab Ulangan). Tujuan pemberian hukum itu adalah membangun, membina dan memelihara hubungan (Ibr. nisbah) baik dengan Allah serta menjadi berkat bagi pembangunan kehidupan masa depan manusia ciptaan-Nya.

3. IBADAH UMAT PERJANJIAN
Sejak penciptaan Israel sebagai sebuah bangsa melalui peristiwa eksodus dari Mesir, TUHAN Allah menghendaki mereka menyelenggarakan Ibadah kepada-Nya. Kebangsaan (keberadaan Israel selaku bangsa merdeka) tidak dapat dilepaskan dari tindakan Allah yang membebaskan mereka dari Mesir. Oleh karena itu, sepanjang perjalanannya sebagai sebuah bangsa merdeka, Israel wajib menyelenggarakan ibadah kepada Allah. Ibadah itu diatur dalam Hukum-Hukumnya.

4. DOSA DAN KEJAHATAN ISRAEL.

a). DOSA YANG DISENGAJA

Dosa yang disengaja adalah perbuatan yang lahir dari sikap hati yang menentang kedaulatan Allah. Pelanggaran (Ibr. hathat) itu tampak dari sikap melangkahi ketetapan-ketetapan, peraturan-peraturan, aturan-aturan, serta perintah (Bhs Ibr. mishphatim) yang difirmankan Allah melalui Musa (Hukum Taurat).
b). DOSA YANG TIDAK SENGAJA
Perbuatan dosa yang tidak sengaja ini disebabkan ketidak tahuan si pelaku. Hal itu dapat terjadi karena alasan kondisional (situasional) :
1. Si pelaku kurang atau tidak pernah menerima informasi / penjelasan tentang perintah Allah dari pejabat Bait Allah/ presbiter Gereja.
2. Si pelaku mengalami keadaan tiba-tiba yang tidak disangka-sangka. Misalnya, ketika seseorang menyerang dirinya secara tiba-tiba, kemudian ia membela diri, sehingga mengakibatkan lawannya meninggal dunia.
Kondisi seperti itulah yang, mungkin, menjadi latar belakang penulisan Imamat 4 : 13 – 23 ini. Kondisi seperti ini perlu menjadi pertimbangan hukum atas kasus-kasus tertentu. Tetapi kondisi ini tidak perlaku umum pada setiap kasus kejahatan atau kesalahan.

5. KASIH DAN PENGAMPUNAN DALAM IBADAH RITUAL
Penyelenggaraan upacara-upacara ibadah (ritual) bertujuan:
a) Melalui peribadahan itu, bukan saja umat berjumpa melainkan juga ia mendengarkan firman yang disampaikan oleh hamba-hamba-Nya.
b) Melalui peribadahan itu umat menyatakan syukur kepada Allah melalui pemberian persembahan sebagai ungkapan kasih dan ketaatan kepada-Nya, akan tetapi juga sebagai ungkapan permohonan pengampunan dosa.

6. PERSYARATAN KORBAN PERSEMBAHAN
Penulis Imamat mengatakan, korban persembahan itu adalah lembu jantan atau kambing – domba yang tidak bercela, tidak bercacat. Keadaan korban itu diharuskan oleh Allah dan bukan ditentukan umat. Israel harus taat melakukan semuanya. Perihal tidak bercacat dan tidak bercela menunjuk pada kesempurnaan dan yang terbaik. Pemberian persembahan itu haruslah dari yang terbaik yang diberikan Allah, dan bukan berdasarkan ukuran manusia. Bukan untuk menunjukkan kemampuan memberi yang dapat dilakukan, melainkan untuk menyenangkan hati Allah. Bukan dalam jumlah melainkan, kualitas kehidupan bathin yang nampak dalam tanda-tanda lahiriah.

PENUTUP

Kalau ingin melihat perkembangan teologi Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru, saya mempersilahkan saudara membaca surat-surat Paulus dan Surat kepada Orang Ibrani..


ITT - April 2010 - KRT SP4 di Kel.Tanak

Sunday, April 11, 2010

Yosua 3:1-6


3:1 Yosua bangun pagi-pagi, lalu ia dan semua orang Israel berangkat dari Sitim, dan sampailah mereka ke sungai Yordan, maka bermalamlah mereka di sana, sebelum menyeberang.
3:2 Setelah lewat tiga hari, para pengatur pasukan menjalani seluruh perkemahan,
3:3 dan memberi perintah kepada bangsa itu, katanya: "Segera sesudah kamu melihat tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya --
3:4 hanya antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya -- maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu."
3:5 Berkatalah Yosua kepada bangsa itu: "Kuduskanlah dirimu, sebab besok TUHAN akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu."
3:6 Dan kepada para imam itu Yosua berkata, demikian: "Angkatlah tabut perjanjian dan menyeberanglah di depan bangsa itu." Maka mereka mengangkat tabut perjanjian dan berjalan di depan bangsa itu.

Latar belakang:

Kitab Yosua merupakan kelanjutan sejarah Pentateukh. Kitab Yosua mencatat peristiwa Israel menyebrangi Sungai Yordan memasuki Kanaan setelah Musa wafat, dan juga penaklukan dan menetapnya kedua belas suku Israel di Kanaan dibawah pemimipin Yosua. Tanggal alkitabiah untuk masuknya Israel ke Kanaan adalah sekitar tahun 1405 SM. Kitab ini meliputi 25-30 tahun selanjutnya dalam sejarah Israel, mengisahkan bagaimana Allah memberikan kepada Israel “negeri yang dijanjikan-Nya dengan bersumpah untuk diberikan kepada nenek moyang mereka” (Yos 21:43).

Sudah sepantasnya, kitab ini dinamakan menurut tokoh utama yang memainkan peranan utama selaku pemimpin yang ditetapkan Allah sepanjang kitab ini, Sejarah pribadi Yosua mempersiapkannya dengan baik untuk menjadi pemimpin penaklukan. Yosua yang hidup pada akhir masa penindasan Israel di Mesir menyaksikan kesepuluh tulah hukuman, Paskah pertama, penyeberangan ajaib laut Merah, dan tanda-tanda (dan hukuman-hukuman) adikodrati sepanjang perjalanan Israel di padang gurun. Ia menjadi panglima perang di bawah Musa dalam perang melawan suku Amalek tidak lama sesudah meninggalkan Mesir (Kel 17:8-16), dan hanya ia sendiri yang menyertai Musa naik ke Gunung Sinai ketika Allah memberikan Kesepuluh Hukum (Kel 24:12-18)

Sebagai pembantu Musa, Yosua menunjukkan suatu pengabdian dan kasih yang dalam kepada Allah dengan sering kali berada dihadapan Allah untuk jangka waktu yang lama (Kel 33:11); dialah orang yang sangat menghargai kehadiran Allah yang kudus. Ia pasti belajar banyak dari Musa, penasehat dan pembimbingnya yang dipercayai, tentang cara-cara Allah dan kesulitan menuntun umat ini. Di Kadesy Yosua menjadi salah seorang dari dan belas mata-mata yang mengintai negeri Kanaan. Bersama Kaleb, ia dengan gigih menolak laporan ketidakpercayaan sepuluh mata-mata yang lain (Bil 14).

Bertahun-tahun sebelum menggantikan Musa sebagai pemimpin Israel, Yosua sudah menunjukkan bahwa ia seorang yang beriman, bervisi, memiliki keberanian, setia, taat dengan sungguh-sungguh, tekun berdoa, dan mengabdi kepada Allah dan firmanNya.

Pada saat ia dipilih sebagai pengganti Musa, ia merupakan orang yang “penuh Roh” (Bil 27:18; bandingkan dengan Ul 34:9).

I. Penyeberangan.

1) Imam-imam membawa tabut, bangsa Israel mengikuti dengan jarak 2000 hasta / 900 meter (3:3-4,6).
a) Dulu Tuhan memimpin dengan tiang awan dan tiang api; sekarang Tuhan memimpin dengan menggunakan imam-imam yang membawa tabut perjanjian. Ini menunjukkan bahwa sekalipun Tuhan sendiri tidak berubah (Ibr 13:8), tetapi cara-cara / tindakanNya bisa berubah!
b) Antara bangsa Israel dan para imam yang memikul tabut perjanjian, harus ada jarak 2000 hasta (sekitar 900 meter). Ini menunjukkan bahwa mereka harus hormat pada tabut yang merupakan simbol kehadiran Allah. Bdk. Bil 4:15 2Sam 6.

Penerapan:

Kita tak boleh sembarangan dalam datang kepada Tuhan, baik dalam bersaat teduh, berdoa, membaca/mendengar Firman Tuhan, berbakti, melayani Tuhan. Sekalipun Ia adalah Bapa yang mengasihi kita, ingatlah bahwa Ia juga adalah Allah yang maha suci dan maha mulia!

2) Terputusnya sungai Yordan.
a) Mujijat ini memang dibutuhkan:
· karena tanpa mujijat itu bangsa Israel tidak bisa menyeberang.
§ Sungai Yordan dalam keadaan normal lebarnya 18-27 meter dan dalamnya 2-4,5 meter.
§ Sungai ini mempunyai ‘tempat-tempat penyeberangan’ (Yos 2:7 bdk. Hakim-hakim 3:28 8:4 12:5-6 2Sam 17:22,24 19:15-18,39). Yang dimaksud dengan ‘tempat penyeberangan’ itu bukanlah jembatan! Dalam bahasa Inggris ‘tempat penyeberangan’ ini diterjemahkan ford (= bagian yang agak dangkal dari suatu sungai, sehingga bisa diseberangi).
§ Pada saat itu Sungai Yordan sedang meluap (3:15b). Pada awal musim panas, salju di gunung Lebanon mencair dan masuk ke sungai Yordan sehingga sungai Yordan meluap.
§ Sungai Yordan yang meluappun masih tetap bisa diseberangi, tetapi hanya oleh orang-orang tertentu saja (Yos 2:23 1Taw 12:15).
§ Bangsa Israel:

* berjumlah sekitar 2-3 juta orang, termasuk banyak anak-anak.
* membawa barang-barang dan ternak.
* mayoritas lahir dan besar di padang gurun sehingga tentu tak bisa berenang

Kesimpulan dari semua ini: mereka membutuhkan mujijat untuk bisa menyeberangi sungai Yordan.

· Supaya mereka bisa melihat kehadiran dan penyertaan Allah (3:10-13).

Seharusnya janji Tuhan/firman Tuhan sudah menyebabkan mereka percaya akan kehadiran / penyertaan Tuhan, tetapi karena kelemahan mereka, maka Tuhan memberikan mujijat supaya mereka percaya akan hal itu.

II) Persiapan penyeberangan (3:5).

* Pengudusan diri sebelum perang adalah sesuatu yang sangat penting, karena ini merupakan persiapan supaya Allah bekerja untuk kita dalam peperangan itu. Dosa/ketidakpercayaan menyebabkan Allah tak mau bekerja, sehingga kita kalah. Contoh: Yos 7 1Sam 4:1-11 Mat 13:58 / Mark 6:5-6.

Penerapan:

Apakah jemaat melakukan pengudusan sebelum:

· Kebaktian / Pemahaman Alkitab / Persekutuan Doa?
· Pelayanan, seperti mengajar sekolah minggu, ikut paduan suara, memainkan alat musik, melakukan penginjilan pribadi, mengajak orang ke gereja, dsb?
· Acara-acara istimewa seperti Perjamuan Kudus?

2 Tim 2:21 mengatakan, jikalau seseorang menguduskan dirinya dari hal-hal yang jahat, maka ia akan dipakai untuk melakukan pekerjaan dalam hal-hal yang mulia.

1 Yoh 1:9=Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

Ketika Tuhan betul-betul membawa kita menyeberangi sungai Yordan rohani kita, di seberang sungai Yordan tersebut, di Tanah Perjanjian kita itu, akan ada begitu banyak raksasa yang lebih kuat dan lebih besar dari yang mungkin selama ini pernah kita hadapi dalam hidup kita.

Meskipun selama ini mungkin Anda sering mengalami banyak pergumulan dan masalah, akan tetapi itu semua belum sebanding dengan apa yang kita akan hadapi di depan sana. Itu sebabnya ketika Tuhan memberikan kita anugerah untuk dapat sampai pada titik di mana kita sekarang berada – di mana mungkin sebelumnya sudah banyak orang ataupun gereja lain yang sudah mencoba melakukan berbagai macam cara untuk juga dapat berada pada titik di mana kita berada dan menyeberangi sungai Yordan mereka, namun karena satu dan lain hal mereka mengalami kegagalan – ini waktunya kita memastikan bahwa kita tidak akan pernah mengalami kegagalan.

Karena itu, kita perlu memastikan bahwa segala sesuatu yang ada dalam hidup kita sudah siap sepenuhnya untuk menyeberangi sungai Yordan kita, karena di seberang sana ada 7 bangsa yang lebih kuat yang akan harus kita hadapi. Jika kita masih mengijinkan ada banyak ‘celah’ dalam hidup kita, suatu waktu celah-celah tersebut akan dapat dimanfaatkan oleh iblis. Merebut Kanaan bukan hanya berarti bahwa kita akan menikmati berkat, tetapi tujuan kita merebut Kanaan adalah untuk memastikan bahwa apapun yang menjadi tujuan Tuhan dalam hidup kita tergenapi. Itu juga berarti, beberapa dari Anda mungkin akan mulai dibawa oleh Tuhan untuk menyeberang dari aktivitas yang selama ini Anda anggap sebagai aktivitas rohani kepada aktivitas yang selama ini Anda anggap sebagai aktivitas sekuler, ataupun sebaliknya.

Tujuan Tuhan membawa kita menyeberang adalah agar apapun aspek hidup yang ada di kota kita akan betul-betul dapat kita tundukkan dan kuasai, agar kebenaran dapat sepenuhnya ditegakkan di sana. Untuk itu, pastikan kita terus membenahi area keinginan dalam hidup kita, area jiwa, maupun area ketaatan mutlak. Selama kita terus berjalan dalam ketaatan mutlak, selama itu juga kita akan melihat tangan Tuhan yang perkasa menopang dan menyertai kita.

1. Untuk kita melangkah dalam ketaatan mutlak, dibutuhkan pembaharuan akal budi.

Ketika Tuhan mulai membawa kita untuk merebut Tanah Kanaan yang Dia sudah sediakan bagi kita, kita akan mendapati ada banyak hal yang selama ini kita percayai sebagai sebuah kebenaran tapi ternyata kebenaran tersebut tidak lagi update buat kita.

Sebagai contoh: selama ini orang berpikir bahwa mereka melakukan bisnis untuk menghasilkan uang. Akan tetapi saya menghendaki agar setiap kita mulai memperbaharui akal budi kita, bahwa kita berbisnis bukan lagi sekedar untuk menghasilkan uang tetapi agar kita dapat bertemu dengan orang lain dan memastikan bahwa orang-orang lain pun dapat hidup di dalam kebenaran. Sebagai efek sampingnya, uangpun datang. Kalau tujuan dari segala sesuatu yang kita lakukan hanya untuk mendapatkan uang, pada akhirnya kita justru akan mengejar uang, dan sebagai akibatnya, kitapun dapat dengan mudah memanipulasi orang lain. Jika kita mengejar orang, kita akan memanfaatkan uang dan uang akan mendatangi kita, tapi pastikan konsep pikir kita diubah terlebih dahulu.

Di sinilah seringkali orang-orang Kristen mengalami kegagalan ketika mereka berusaha menyeberangi sungai Yordan dan merebut tanah kanaan mereka, karena apa yang selama ini mereka yakini dan percayai masih belum mengalami pembaharuan. Tuhan ingin agar kita bisa keluar dari 4 dinding gereja yang ada supaya kita dapat memberi pengaruh bagi komunitas di mana kita berada. Di komunitas, kita akan mulai berinteraksi dan berhadapan dengan banyak jenis orang – orang-orang yang fasik, orang-orang yang tamak, ataupun orang-orang yang menghalalkan segala macam cara untuk kepentingan pribadi mereka. Tanpa kita terus memperbaharui akal budi kita, tanpa kita sadari, secara perlahan tapi pasti kita akan mulai terseret oleh mereka dan akhirnya mengikuti jalan dunia ini. Jika kita sungguh-sungguh ingin mengubah dunia ini, jangan mengikuti jalan dunia ini tetapi ikutilah caranya Tuhan.

Akan tetapi, untuk kita bisa mengikuti caranya Tuhan, kita harus alami pembaharuan akal budi terlebih dahulu karena seringkali cara yang Tuhan sediakan jauh berbeda dengan jalan dunia ini. Jalan dunia ini mengajarkan bahwa untuk seseorang bisa naik ke atas, ia harus naik, akan tetapi Tuhan mengajarkan bahwa untuk seseorang bisa naik, ia harus turun terlebih dahulu. Ingatlah selalu akan hal ini: Kesuksesan sejati hanya bisa kita nikmati ketika kita ada dalam ketaatan mutlak, dan untuk kita dapat melangkah dalam ketaatan mutlak dibutuhkan pembaharuan akal budi.

Karena itu, ijinkan firman-Nya terus menuntun hidup kita karena jalan yang akan kita lalui di depan sana sangatlah berbeda dengan jalan yang pernah kita lalui sebelumnya (Yos. 3:1-5).

Ketika tabut Tuhan yang diusung oleh para imam Lewi mulai berjalan, Tuhan berfirman: “Beri jarak 2000 hasta dan kemudian kamu harus langsung mengikuti.” Maksudnya adalah, supaya mereka dapat mengetahui jalan mana yang harus mereka ikuti – biarkan firman melangkah terlebih dahulu dan kemudian melangkahlah di belakangnya. Saya percaya Tuhan sudah memberikan firman-Nya bagi kita untuk kita dapat mulai menyeberangi sungai Yordan kita dan merebut Tanah Kanaan kiat. Yang kita perlu lakukan hanyalah terus belajar melangkah mengikuti arahan yang Tuhan beri, dan untuk itu kita membutuhkan ketaatan mutlak dalam hidup kita. Jika ada satu aspek saja dalam hidup kita yang belum mengalami pembaharuan, di aspek itulah kita pasti akan mengalami kesulitan – atau bahkan gagal – untuk berjalan dalam ketaatan mutlak.

Cobalah renungkan sejenak: aspek apa dalam hidup Anda yang sampai pada hari ini membuat Anda masih mengalami kesulitan untuk taat? Selama Anda terus mengijinkan pembaharuan akal budi terjadi dalam hidup Anda, selama itu juga Anda akan dapat terus melangkah dalam ketaatan, di aspek apapun juga.

2. Untuk melangkah dalam ketaatan mutlak dibutuhkan ketergantungan penuh terhadap Tuhan.

Sebelum Tuhan – lewat Yosua – memerintahkan orang-orang Israel untuk merebut Kanaan, generasi yang terdahulu pernah menerima perintah yang sama lewat Musa tetapi mereka gagal melakukannya. Demikian pula, mungkin sebelum Tuhan memerintahkan kita untuk menyeberangi sungai Yordan dan merebut Tanah Kanaan kita, perintah yang sama pernah Tuhan berikan kepada generasi sebelum kita, tetapi mereka belum dapat mewujudkannya. Meskipun kita mungkin tidak memiliki contoh atau teladan yang dapat kita ikuti, Tuhan justru memanggil kita untuk berjalan dalam ketaatan, sehingga kita meninggalkan jejak kaki yang akan dapat menjadi teladan untuk diikuti oleh orang-orang lain, dan akan ada
lebih banyak orang lagi yang akan mulai melakukan apa yang kita lakukan, sehingga dengan demikian Kerajaan Sorga akan diperluas.

Karenanya, bangun terus ketergantungan kita terhadap Tuhan, karena ketergantungan terhadap Tuhan dan ketaatan mutlak akan selalu membawa kita di jalan kemenangan-Nya. Apa yang menjadi pergumulan Anda saat ini, bisa dengan mudah engkau kalahkan. Karena itu, ijinkan Tuhan secara pribadi mulai berbicara kepada kita, memberikan arahan dan melatih kita. Bangun terus persekutuanmu dengan Tuhan agar level ketergantunganmu terhadap Tuhan semakin hari semakin meningkat. Ketika Tuhan mulai perintahkan kita untuk melakukan sesuatu, mari kita belajar berkata kepada Tuhan: “Give me Your strategy.” Ingat baik-baik, setelah kemenangan yang gemilang atas Yerikho, Israel justru mengalami kekalahan telak ketika menghadapi Ai, karena mereka tidak mencari Tuhan untuk menanyakan strategi-Nya terlebih. Sebelum menghadapi Yerikho, Yosua mencari Tuhan dan Israel mengalami kemenangan. Ketika mereka akan menghadapi Ai, Yosua menetapkan strateginya sendiri berdasarkan pengamatan yang ia lakukan secara manusiawi. Sebagai akibatnya, Israel pun kalah telak.

Selama Tuhan selalu bersama kita, kita akan dapat menghadapi apapun yang harus kita hadapi. Bahkan meskipun persiapan yang kita lakukan belum sepenuhnya sempurna, kita akan tetap bisa melakukan banyak hal, karena Tuhan ada bersama kita. Karena itu, terus bangun persekutuanmu dengan Tuhan dan pastikan kita menggantungkan pengharapan kita hanya kepada Dia.

3. Ketaatan mutlak yang harus kita wujudkan, harus muncul dari setiap aspek hidup kita.

Dengan kata lain, seluruh aspek hidup kita (aspek rohani, manusiawi, keluarga, ekonomi) harus betul-betul dipastikan ada dalam dimensi ketaatan mutlak, karena selama kita ada dalam ketaatan mutlak, kita akan selalu menikmati perlindungan ilahi. Satu pertanyaan yang saya ingin ajukan kepada setiap Anda: Apakah beberapa waktu terakhir ini Anda mengalami kesulitan dalam mendengarkan suara Tuhan? Jika Anda mengalami seakan-akan Tuhan mulai jarang berbicara kepada Anda, cobalah ingat kembali kapan terakhir kalinya Tuhan berbicara kepadamu dan apa yang Tuhan katakan terakhir kali, sebelum selama sekian waktu Dia “membisu” dalam hidupmu. Jika engkau ingin mendengar Dia berbicara kembali kepadamu, lakukan saja apa yang terakhir kali Ia perintahkan untuk engkau lakukan maka Ia akan kembali berbicara kepadamu.

Jika Anda mulai jarang mendengar Tuhan berbicara akhir-akhir ini, itu berarti ada satu aspek ketidaktaatan dalam hidupmu yang masih belum engkau tanggulangi. Bereskan sekarang juga, jangan tunda terlalu lama, karena semakin lama engkau menunda untuk berjalan dalam ketaatan, semakin besar bahaya yang akan engkau hadapi. Karenanya, pastikan engkau terus membenahi setiap aspek hidupmu dan mulailah melangkah di dalam ketaatan.
Tuhan sedang membuka sebuah lembaran yang baru bagi Gereja-Nya; ada atmosfir dan anugerah yang baru yang Dia sediakan bagi kita. Mungkin kita akan menghadapi tantangan yang baru, tetapi kita juga akan menerima anugerah yang baru. Mungkin kita akan melihat musuh yang baru, tapi kita juga akan melihat Dia yang menyertai kita akan mencurahkan kuasa yang baru. Karenanya, ini waktunya kita terus memperbaharui akal budi kita dan mempersiapkan hidup kita sedemikian rupa, sehingga seluruh aspek hidup kita ada dalam ketaatan mutlak.

4. Untuk dapat melangkah dalam ketaatan mutlak, kita membutuhkan arahan yang akurat.

Level ketergantungan kita terhadap Tuhan harus terus diperbaharui, sehingga kita bisa dengan akurat mendengar apa yang Tuhan perintahkan. Tuhan sedang menantang setiap kita untuk terus belajar menerima arahan yang akurat dari sorga setiap hari. Ingatlah selalu: Manusia hidup bukan dari roti saja tapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Apapun yang Tuhan katakan, biarlah itu yang mulai kita dengar dan lakukan, karena kepuasan yang sejati baru akan kita nikmati ketika kita berjalan di dalam ketaatan. Selama kita tahu bahwa kita sedang terus berjalan dalam ketaatan mutlak, kita akan selalu menikmati kepuasan hidup, di dalam Dia. Dengan kita mengetahui secara pasti apa yang Tuhan ingin untuk kita lakukan dan kita melangkah dalam ketaatan mutlak, meskipun ada banyak tantangan yang akan kita hadapi, tantangan tidak akan pernah melemahkan kita. Sebaliknya, tantangan justru akan membuat kita menjadi semakin bergairah.

Jangan pernah tergoda untuk melakukan apa yang engkau lihat orang-orang lain lakukan, karena belum tentu itu yang Tuhan perintahkan kepadamu. Jika engkau melakukan apa yang orang lain lakukan – meskipun apa yang engkau lakukan tersebut adalah hal yang baik – tetapi jika bukan itu yang Tuhan perintahkan kepadamu, sesungguhnya engkau sedang melakukannya dalam ketidaktaatan. Karena itu, marilah kita belajar menyelidiki hidup kita, apakah kita sedang melakukan apa yang Tuhan perintahkan dalam hidup kita, karena inilah titik yang paling menentukan, yang akan membuat kita ada di dalam perlindungan Tuhan sepenuhnya atau justru berada dalam bayang-bayang si jahat. Jika kita berada di tempat di mana kita tidak seharusnya berada, kita pasti akan selalu mengalami pergumulan di sana. Lambat laun, kitapun akan mulai merasa lelah dan kehilangan sukacita untuk mengerjakan apa yang sedang kita kerjakan tersebut.

Sebaliknya, jika kita tahu dengan pasti bahwa kita sedang melakukan apa yang Tuhan perintahkan untuk kita kerjakan, sukacita pasti akan selalu ada di sana. Selama kita berjalan dalam ketaatan, Tuhan akan selalu menyertai untuk memberi kekuatan, anugerah, dan sukacita. Apapun masalah yang menghadang, akan selalu ada pertolongan dari sorga untuk membawa kita menang atas setiap masalah.

Ini waktunya kita melakukan penyesuaian terakhir (final adjustment); ada suatu periode yang Tuhan berikan kepada kita sebelum Ia betul-betul membawa kita melewati lautan lepas, dan kita akan mulai melihat bahwa apapun yang Tuhan ingin kerjakan, akan dapat Ia selesaikan lewat kita Gereja-Nya. Pastikanlah dari waktu ke waktu, hati kita terus tertuju kepada kebenaran dan kita terus mendengarkan perintah dan arahan-Nya, karena dari sanalah kita akan alami bahwa Tuhan sendiri yang akan membawa hidup kita semakin naik dalam kemuliaan-Nya, sampai kita menyelesaikan setiap rencana-Nya dalam hidup kita.

ITT - 11 April 2010 - IHM di Pospel Karuwisi 09:00