"Aku menulis kepada kamu dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua."
Surat 2 Korintus ini ditulis dari Makedonia (2:13; 7:5; 8:1; 9:2-4) setelah Paulus meninggalkan Efesus (Kis. 20:1-2). Titus telah kembali dari Korintus dengan laporan yang sangat melegakan hati Paulus, khususnya berita bahwa orang-orang Korintus dapat menerima surat keras yang ditulisnya kepada mereka (2:3-4; 7:5-16). Tetapi masih ada hal lain yang membuat Paulus merasa sangat prihatin. Ada sekelompok kecil orang dalam gereja yang menentang dia, dan pengaruh mereka semakin kuat dengan kedatangan guru-guru palsu yang mengklaim setara dengan para rasul dan yang berusaha untuk merendahkan kewibawaan Paulus dengan mengajukan tuduhan licik mengenai dia.
Keseluruhan surat ini bergema dengan emosi yang kuat – kasih, kesedihan, kekesalan. Ini adalah salah satu surat Paulus yang paling personal kepada gereja, sebab dia sangat dilukai oleh keraguan mereka terhadap integritas pribadinya, terhadap kasihnya kepada mereka yang telah ia menangkan bagi Kristus, dan terhadap keabsahan kerasulannya. Dan lebih penting lagi ialah dengan menyerang dirinya, musuh-musuhnya itu telah menyerang tepat kepada Injil yang ia beritakan (11:1-5). Inilah alasan yang membuat dia harus melakukan pembelaan diri.
Surat ini dibagi dalam empat bagian, pasal 1-2; 3-7; 8-9; dan 10-13. Bagian pertama merupakan salam dan alasan Paulus merubah rencana kunjungannya. Tema utama dari bagian kedua ialah mengenai natur pelayanan Kristen, bagaimana kemuliaan Injil Yesus Kristus semakin dinyatakan dalam kelemahan hamba-Nya, seperti yang nyata pelayanan Paulus. Bagian ketiga berkenaan dengan pengumpulan dana sumbangan yang diorganisir oleh Paulus. Ia menunjukkan motivasi pemberian dan berkat dari pemberian Kristen. Di bagian akhir, Paulus dengan terpaksa mengungkapkan seperti apakah sebenarnya dia itu, supaya pembacanya dapat mengetahui betapa tidak benarnya tuduhan musuh-musuhnya itu. Bagian ini memberitahukan kepada kita karakter Paulus yang tidak kita temukan di bagian lain dari surat-suratnya.
Kritik - Cela - Fitnah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan balai pustaka,
Kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai dengan uraian dan pertimbangan baik buruknya terhadap suatu karya;
Cela adalah hinaan, kecaman;
Fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa dasar kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang lain, seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang.
Dilihat dari kata-kata diatas tersebut, maka kita bisa membedakan ketiganya secara jelas. Bahkan kita bisa memahami maksud yang terkandung disetiap kata tersebut. Yang paling buruk diantara ketiga kata tersebut adalah fitnah dan yang paling positif tentunya kritik. Itulah sebabnya muncul istilah "fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan" dan "kritik itu membangun".
Persoalannya bagi kita sekarang bahwa didalam penerapan kata tersebut sering tercampur-aduk. Ketika kita mencela orang, kita katakan bahwa itu adalah kritik. Kita juga sering bercanda dengan menggunakan kata-kata yang mencela orang. Kritik-kritik kita juga seringkali tidak disertai dengan alasan yang benar atau meyakinkan. Ketika kita diberi kesempatan untuk menilai seseorang dan memberikan saran untuk orang tersebut diatas sebuah kertas tanpa harus membubuhkan nama dan tanda tangan, maka itu menjadi kesempatan ynag baik untuk kita memfitnah orang tersebut, karena kita tidak senang dengan dia. Celakanya petugas yang mengumpulkan kertas-kertas penilaian tersebut menyetujui begitu saja apa yang tertulis tanpa mengadakan pemeriksaan terlebih lebih lanjut.
Supaya tidak melakukan kesalahan, perhatikanlah apa yang dikatakan didalam Alkitab :
Pertama, dikatakan didalam 2 Korintus 5:16, "Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilaiNya demikian." Itulah sebabnya Paulus dijauhkan dari usahanya menjatuhkan orang lain karena ia menilai orang dengan cara pandang Allah.
Kedua, dikatakan didalam Galatia 6:1, "Saudara-saudara, kalaupun sesorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan." Rupanya kita dituntut untuk terlebih dulu "benar" sebelum "membenarkan" orang lain dan menyampaikan secara "benar" juga.
Ketiga, dikatakan didalam 1 timotius 5:19, "Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung dua atau tiga orang saksi." Ayat ini mengajak kita untuk berkata obyektif dan menghindari kita dari memfitnah orang lain.
Keempat, dikatakan didalam Roma 14:19, "Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun."
Ketika kita mengkritik, itu pun harus dengan motivasi yang membangun orang lain. Orang yang bermotivasi membangun akan menjauhi cela dan fitnah serta menyampaikan kritik secara jujur dan ikhlas.
"If you live to please people, misunderstandings will depress you; but if you live to please God, you can face misunderstandings with faith and courage."
ITT - 18 Oktober 2010 - Ibadah GP2 di RSG Bethania