Menjangkau Yang Tak Patut
(Sesuai SBU Minggu, 23 Januari 2011)
Lukas 5:12-16
Yesus Menyembuhkan seorang Yang Sakit Kusta
5:12 Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."
5:13 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.
5:14 Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."
5:15 Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka.
5:16 Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa
Pendahuluan
Kisah Yesus menyembuhkan penyakit kusta akan dibahas dengan dipilah dalam beberapa konteks.
1. Penyakit kusta adalah gambaran Allah tentang dosa. (Miriam dalam Bilangan 12) - (Gehazi dalam 2 Raj 5:20-27) - (Uzia 2 Taw 26:19-21) sehingga orang berpenyakit kusta dikatakan najis.
2. Ketika Yesus menyembuhkan orang kusta itu, IA berada dalam perjalanan memberitakan Injil. (Luk 4:43 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.") & Menyembuhkan penyakit Kusta, hanya bisa dilakukan oleh Kuasa Allah.
3. Tindakan Yesus menjamah orang kusta itu, adalah gambaran Kasih Allah yang mengutus Yesus Anak-Nya untuk menjamah keberdosaan manusia yang menderita secara langsung. (Luk 5:32 Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.")
4. Perintah Yesus setelah menyembuhkan kusta orang itu, memperlihatkan maksud Yesus menyampaikan Kuasa Allah yang ada dalam diriNya kepada kaum Imam Yahudi supaya mereka percaya akan IA sebagai Anak Allah yang menyandang Otoritas Penuh Allah sendiri.
Kusta
Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen, adalah sebuah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Indonesia dikenal sebagai satu dari tiga negara yang paling banyak memiliki penderita kusta. Dua negara lainnya adalah India dan Brazil.
Kusta tidak dapat disembuhkan secara alamiah, pengobatan secara efektif baru ditemukan di akhir tahun 1940, hingga ditemukannya pengobatan multiobat pada awal 1980-an dan penyakit ini pun mampu ditangani. Sejak 1995, Badan Kesehatan Dunia WHO memberikan paket obat terapi kusta secara gratis pada negara endemik, melalui Kementrian Kesehatan. Strategi ini akan bejalan hingga akhir 2010. Pengobatan multiobat masih efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi kusta pada pemakaian bulan pertama. Tetapi hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta, menandakan bahwa penyakit ini tdk bisa dicegah sebagaimana vaksinasi polio, campak dan sejenisnya.
Perhatikan di sini, bahwa walaupun kusta sudah dapat diobati, tetapi penyembuhan total baik bakteri kusta maupun bekasnya belum, bahkan tidak dapat dilakukan.
Dari semua penderitaan fisik yang diderita oleh orang kusta, penderitaan terberat dialami dalam bentuk pengucilan karena mereka dianggap najis (tidak tahir), dimana penyakit itu dalam masyarakat diangap kutukan. Dalam Talmud yahudi, seseorang dilarang berdekatan dengan seorang kusta dalam jarak 3 meter dalam ruangan dan 45 meter di luar ruangan pada angin yang bertiup.
Kusta mengakibatkan terputusnya hubungan manusia penderita dengan manusia lain , bahkan Tuhannya, karena kenajisannya melarang mereka beribadah dan mendekati kekudusan Tuhan. (Imamat 13:44 maka orang itu sakit kusta, dan ia najis, dan imam harus menyatakan dia najis, karena penyakit yang di kepalanya itu. 13:45 Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! 13:46 Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya).
Bukankah demikian pula dengan dosa? (1Kor 5:11 Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.) - (Yes 59:2 tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.)
Dalam PL Kusta dikisahkan sebagai gambaran hukuman Allah bagi dosa; Miriam, Gehazi dan Uzia di atas. Dan kesembuhan bagi penderitanya hanyalah Kasih dan Pengampunan Allah semata.
Jamahan Yesus
Hal yang menarik untuk didalami adalah tindakan Yesus terhadap jeritan penderita kusta itu.
"Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." - Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.
Yesus tidak lagi menjaga jarak dengan orang kusta itu, tetapi malah mengulurkan tangan dan menjamahnya. Otoritasnya sebagai Anak Allah tampak dalam kuasa penyembuhanNya, serta KasihNya nampak dalam uluran tangan & jamahanNya.
Dari konteks bahwa perjalanan Yesus adalah pemberitaan Injil, kita dapat belajar bahwa IA mengajarkan kita untuk mengulurkan tangan dan menjamah orang berdosa, bukan menghakimi, menghindari dan bahkan mengucilkan mereka.
Perintah Yesus
Luk 5:5 Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."
Yesus memerintahkan orang itu segera pergi ke imam dan mengucapkan syukur kepada Allah dengan persembahan pentahiran sesuai hukum Musa (Im 7:1-7 dst)
Dari konteks itu kita dapat belajar bahwa, Yesus mengajarkan kesaksian bahwa IA adalah Mesias. Karena para Imam tahu, bahwa pentahiran kusta hanya karena Kuasa Allah semata, dan Kuasa itu ada pada diri Yesus. Perhatikan bagaimana jawaban Yesus kepada para murid Yohanes Pembaptis ketika mereka menanyakan kemesiasanNya .... Lukas 7:20 Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain? 7:21 Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta. 7:22 Dan Yesus menjawab mereka: "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. 7:23 Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku."
Dengan pentahiran itu dan perilaku Yesus sebenarnya para imam telah mulai sadar ... Dari konteks penyembuhan selanjutnya kita dibawa pada pertanyaan yang timbul dalam hati orang Farisi dan para imam ... Luk 5:21 Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: "Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?"
Kuasa Allah dalam diri Yesus adalah nyata dalam tindakanNya yang bersaksi dengan perbuatan nyata. Ya Yesus mengajarkan kita untuk bersaksi dengan perbuatan nyata .... bukan dengan permainan kata-kata belaka.
Kesimpulan
Keberdosaan manusia, rohani kita yang penuh kusta ... hanya dapat disembuhkan oleh Yesus, dan IA mau menyentuh kita. Dan dengan pengampunan dosa dan menyembuhkan kita, IA mempersaksikan diriNya yang penuh Kuasa Allah dengan mengajarkan kita bersyukur.
Ketika kita yang sudah terampuni dan sehat secara rohani, kita wajib mengulurkan tangan dan menyentuh saudara kita yang sakit & menderita. Bukan dengan kata, tetapi dengan perbuatan, seperti yang dicontohkan Yesus, seperti yang dilakukan murid-muridNya, dan gereja mula-mula - sehingga maksud pemberitaan Injil, yaitu Kabar sukacita akan Kristus dan penyelamatan serta penebusan dosa manusia - tercapai dengan baik.
Yesus sebagai titik awal Pemberitaan Injil telah mencontohkan. IA mau supaya murid-muridNya, yang dalam kurun waktu sekarang adalah "kita" dan "jemaat Yesus Kristus" menjadi titik awal pemberitaan injil, bukan titik akhir, .... supaya kemuliaan Tuhan terpancar dari kita sebagai muridNya dan jemaatNya.
Mat 5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
(Sesuai SBU Minggu, 23 Januari 2011)
Lukas 5:12-16
Yesus Menyembuhkan seorang Yang Sakit Kusta
5:12 Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."
5:13 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.
5:14 Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."
5:15 Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka.
5:16 Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa
Pendahuluan
Kisah Yesus menyembuhkan penyakit kusta akan dibahas dengan dipilah dalam beberapa konteks.
1. Penyakit kusta adalah gambaran Allah tentang dosa. (Miriam dalam Bilangan 12) - (Gehazi dalam 2 Raj 5:20-27) - (Uzia 2 Taw 26:19-21) sehingga orang berpenyakit kusta dikatakan najis.
2. Ketika Yesus menyembuhkan orang kusta itu, IA berada dalam perjalanan memberitakan Injil. (Luk 4:43 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.") & Menyembuhkan penyakit Kusta, hanya bisa dilakukan oleh Kuasa Allah.
3. Tindakan Yesus menjamah orang kusta itu, adalah gambaran Kasih Allah yang mengutus Yesus Anak-Nya untuk menjamah keberdosaan manusia yang menderita secara langsung. (Luk 5:32 Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.")
4. Perintah Yesus setelah menyembuhkan kusta orang itu, memperlihatkan maksud Yesus menyampaikan Kuasa Allah yang ada dalam diriNya kepada kaum Imam Yahudi supaya mereka percaya akan IA sebagai Anak Allah yang menyandang Otoritas Penuh Allah sendiri.
Kusta
Penyakit kusta atau lepra (leprosy) atau disebut juga Morbus Hansen, adalah sebuah penyakit infeksi menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Indonesia dikenal sebagai satu dari tiga negara yang paling banyak memiliki penderita kusta. Dua negara lainnya adalah India dan Brazil.
Kusta tidak dapat disembuhkan secara alamiah, pengobatan secara efektif baru ditemukan di akhir tahun 1940, hingga ditemukannya pengobatan multiobat pada awal 1980-an dan penyakit ini pun mampu ditangani. Sejak 1995, Badan Kesehatan Dunia WHO memberikan paket obat terapi kusta secara gratis pada negara endemik, melalui Kementrian Kesehatan. Strategi ini akan bejalan hingga akhir 2010. Pengobatan multiobat masih efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi kusta pada pemakaian bulan pertama. Tetapi hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta, menandakan bahwa penyakit ini tdk bisa dicegah sebagaimana vaksinasi polio, campak dan sejenisnya.
Perhatikan di sini, bahwa walaupun kusta sudah dapat diobati, tetapi penyembuhan total baik bakteri kusta maupun bekasnya belum, bahkan tidak dapat dilakukan.
Dari semua penderitaan fisik yang diderita oleh orang kusta, penderitaan terberat dialami dalam bentuk pengucilan karena mereka dianggap najis (tidak tahir), dimana penyakit itu dalam masyarakat diangap kutukan. Dalam Talmud yahudi, seseorang dilarang berdekatan dengan seorang kusta dalam jarak 3 meter dalam ruangan dan 45 meter di luar ruangan pada angin yang bertiup.
Kusta mengakibatkan terputusnya hubungan manusia penderita dengan manusia lain , bahkan Tuhannya, karena kenajisannya melarang mereka beribadah dan mendekati kekudusan Tuhan. (Imamat 13:44 maka orang itu sakit kusta, dan ia najis, dan imam harus menyatakan dia najis, karena penyakit yang di kepalanya itu. 13:45 Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! 13:46 Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya).
Bukankah demikian pula dengan dosa? (1Kor 5:11 Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.) - (Yes 59:2 tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.)
Dalam PL Kusta dikisahkan sebagai gambaran hukuman Allah bagi dosa; Miriam, Gehazi dan Uzia di atas. Dan kesembuhan bagi penderitanya hanyalah Kasih dan Pengampunan Allah semata.
Jamahan Yesus
Hal yang menarik untuk didalami adalah tindakan Yesus terhadap jeritan penderita kusta itu.
"Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." - Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.
Yesus tidak lagi menjaga jarak dengan orang kusta itu, tetapi malah mengulurkan tangan dan menjamahnya. Otoritasnya sebagai Anak Allah tampak dalam kuasa penyembuhanNya, serta KasihNya nampak dalam uluran tangan & jamahanNya.
Dari konteks bahwa perjalanan Yesus adalah pemberitaan Injil, kita dapat belajar bahwa IA mengajarkan kita untuk mengulurkan tangan dan menjamah orang berdosa, bukan menghakimi, menghindari dan bahkan mengucilkan mereka.
Perintah Yesus
Luk 5:5 Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."
Yesus memerintahkan orang itu segera pergi ke imam dan mengucapkan syukur kepada Allah dengan persembahan pentahiran sesuai hukum Musa (Im 7:1-7 dst)
Dari konteks itu kita dapat belajar bahwa, Yesus mengajarkan kesaksian bahwa IA adalah Mesias. Karena para Imam tahu, bahwa pentahiran kusta hanya karena Kuasa Allah semata, dan Kuasa itu ada pada diri Yesus. Perhatikan bagaimana jawaban Yesus kepada para murid Yohanes Pembaptis ketika mereka menanyakan kemesiasanNya .... Lukas 7:20 Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain? 7:21 Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta. 7:22 Dan Yesus menjawab mereka: "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. 7:23 Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku."
Dengan pentahiran itu dan perilaku Yesus sebenarnya para imam telah mulai sadar ... Dari konteks penyembuhan selanjutnya kita dibawa pada pertanyaan yang timbul dalam hati orang Farisi dan para imam ... Luk 5:21 Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: "Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?"
Kuasa Allah dalam diri Yesus adalah nyata dalam tindakanNya yang bersaksi dengan perbuatan nyata. Ya Yesus mengajarkan kita untuk bersaksi dengan perbuatan nyata .... bukan dengan permainan kata-kata belaka.
Kesimpulan
Keberdosaan manusia, rohani kita yang penuh kusta ... hanya dapat disembuhkan oleh Yesus, dan IA mau menyentuh kita. Dan dengan pengampunan dosa dan menyembuhkan kita, IA mempersaksikan diriNya yang penuh Kuasa Allah dengan mengajarkan kita bersyukur.
Ketika kita yang sudah terampuni dan sehat secara rohani, kita wajib mengulurkan tangan dan menyentuh saudara kita yang sakit & menderita. Bukan dengan kata, tetapi dengan perbuatan, seperti yang dicontohkan Yesus, seperti yang dilakukan murid-muridNya, dan gereja mula-mula - sehingga maksud pemberitaan Injil, yaitu Kabar sukacita akan Kristus dan penyelamatan serta penebusan dosa manusia - tercapai dengan baik.
Yesus sebagai titik awal Pemberitaan Injil telah mencontohkan. IA mau supaya murid-muridNya, yang dalam kurun waktu sekarang adalah "kita" dan "jemaat Yesus Kristus" menjadi titik awal pemberitaan injil, bukan titik akhir, .... supaya kemuliaan Tuhan terpancar dari kita sebagai muridNya dan jemaatNya.
Mat 5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
ITT – 19012011