Organisasi yang sehat, termasuk di dalamnya organisasi gereja, bisa dilihat dengan takaran ABC.
A = (Attendance/Kehadiran): Organisasi yang dikategorikan sehat adalah organisasi yang dihadiri oleh banyak orang, menandakan bahwa perkumpulan ini maju/sehat secara kuantitatif.
B = (Building/Bangunan): Organisasi punya bangunan fisik besar, kalau perlu mewah dan megah atau cukup representatif.
C = (Cash Flow/Pemasukan kas): Organisasi yang memiliki kas yang cukup besar untuk membiayai kegiatan operasionalnya
Nampaknya tidak ada yang salah ya dengan ABC diatas, bukankah banyak jemaat dan banyak sumbangan/persembahan justru lebih baik?
Tapi faktanya, beberapa gereja, yang punya dana besar, gedung besar dan jemaat banyak, tetapi justru mengalami banyak permasalahan kompleks di dalamnya, seperti pertikaian tentang jabatan, penyelewengan dana, perebutan pengaruh dll sebagainya.
Lalu bagaimana, kalau ABC yang baik bagi Persekutuan Gereja Kristus?
Ketika kita menjadikan organisasi/persekutuan atau gereja sebagai suatu tempat yang memuaskan kita maka iman kita sulit untuk bertumbuh karena kedatangan kita ke gereja bertujuan supaya Tuhan memuaskan saya bukan supaya bagaimana saya merasa puas di dalam Tuhan. Kenyataan ini menjawab bahwa banyak orang Kristen yang menjadikan Kristus sebagai SARANA, artinya Kristus dicari supaya apa yang kita harapkan dijawab oleh Dia, supaya memperoleh berkat, lepas dari masalah dan seterusnya dan tidak menjadikan DIA sebagai TUJUAN hidup kita. Untuk itu jangan heran apabila ada jemaat yang kemudian dapat menyangkal Kristus karena masalahnya tidak pernah terlepas, atau sakit penyakitnya tidak kunjung sembuh sehingga mulai meninggalkan gereja dan persekutuan.
Persekutuan Gereja yang sehat mempunyai juga punya ABC, tetapi ABCnya adalah;
A = Attention/Perhatian, persekutuan yang sehat adalah persekutuan yang menempatkan Kasih Kristus sebagai alat kasih bagi dunia. Di dalam gereja ada perhatian satu dengan yang lain, saling mengasihi dan saling membangun (seperti jemaat mula-mula). Bagaimana sikap kita di saat ada anggota jemaat yang baru pertama kali hadir? biasanya sebagai bentuk perhatian, disambut di warta jemaat dan bila selesai ibadah, tidak ada Presbiter yang mendampingi untuk menyapa dan menawarkan bantuan untuknya, mungkin jemaat tersebut baru berdomisili di wilayah kita dst..., itu hanya contoh kecil dari sekian banyak concern/kepedulian yang bisa kita lakukan pada orang lain. Bagaimana kita memberikan perhatian yang tuntas, tidak sebatas pada lips service saja. Contoh lain juga pada saat seorang jemaat kehilangan pekerjaan, bagaimana respon gereja? mungkin sebagian Presbiter akan berkata sabar ya, yang penting banyak berdoa, tapi tidak ada yang tahu kan kalau si bapak mungkin saja stress berat karena banyak tuntutan dan seterusnya...., tetapi apabila ada perhatian, tentunya Presbiter yang ditunjuk dapat mejalankan fungsi PENDAMPINGAN pada bapak tersebut, belum lagi yang berdukacita.
Aksi yang nyata dari bentuk perhatian gereja kepada jemaat (dalam bentuk pelayanan perkunjungan) dapat menstimulasi dan membangun perhatian/concern jemaat kepada sesama.
B = Building Character/Pembangunan Karakter, terkadang gereja menganggap bahwa ketika melaksanakan pelayanan dalam ibadah itu sudah cukup, program berjalan dengan baik, persembahan cukup (rutinitas) dan jemaat yang hadir banyak, tetapi apa artinya kuantitas tanpa kualitas? bukankah seharusnya peran gereja menobatkan orang untuk hidup bagi Kemuliaan Allah? Banyak Presbiter dan bahkan jemaat yang melayani di gereja tetapi masih sering gosip kiri kanan yang berujung fitnah, bahkan ada yang berkelahi gara-gara mencari jabatan gereja, dan masih banyak kasus lainnya, KDRT, perselingkuhan dll. Apabila kita semua sepakat ingin menjadikan GPIB sebagai gereja yang menjadi garam dan terang bagi lingkungan, bangsa dan bahkan dunia maka masalah pembangunan karakter setiap jemaat, haruslah menjadi perhatian serius bagi para Presbiter. Pada saat ada kasus yang terjadi di jemaat ataupun ada masalah di dalam pelayanan merupakan bahan analisa untuk melihat sejauh mana pertumbuhan:
a) Pertumbuhan Presbiter dan Fungsionaris Gereja, - terkait skill dan kemampuannya dalam menolong jemaat, karena banyak kali terjadi Presbiter (khususnya Penatua & Diaken) & Fungsionaris gereja kurang terlatih/bahkan dilatih, disamping menganalisa pertumbuhan rohaninya sendiri.
b) Pertumbuhan Jemaat, - dengan mendengar sharing/keluhan jemaat, kita dapat mengerti akan apa yang dibutuhkan jemaat. Sehingga program pembinaan yang tepat dapat diberikan bagi jemaat untuk menolong pertumbuhannya.
(Yang saya perhatikan di beberapa GPIB seringkali program yang ada kurang menjawab kebutuhan jemaat. Tolong koreksi kalau saya keliru; itu sebatas pengamatan saya di beberapa gereja GPIB yang saya kunjungi. Menurut saya di saat ada program sinodal tentunya implementasi program di setiap daerah jajaran GPIB akan berbeda, tidak semua berbeda mungkin - dalam beberapa hal yang tentunya berdasarkan konteks tempat/kondisi daerah, latar belakang jemaat setempat; dengan catatan; tentunya tetap mengacu pada apa yang digariskan Sinode atau bisa jadi program tersebut perlu di breakdown sedemikian rupa untuk mengaplikasikannya dengan jelas dan tepat.)
Inilah peran gereja yang hakiki, bagaimana keberadaan gereja menolong umat dalam pembaharuan karakter sesuai dengan Karakter Kristus. Bagaimana gereja bergerak dengan orientasi kepada jemaat dan bukan pada program. PEOPLE ORIENTED, not PROGRAM ORIENTED. Karakter yang diperbaharui akan menghasilkan Program Jemaat yang baik.
C = Community/Lingkungan, Perubahan jaman dan kemajuan teknologi menyebabkan umat hidup secara individual, setelah ibadah masing-masing sibuk dengan bisnis, kesenangan dan hobi lainnya, sehingga kesadaran untuk membangun komunitas dalam tubuh gereja bahkan semangat oikumene kurang menjadi interest/perhatiannya.
Kesatuan komunitas orang-orang percaya seharusnya menjadi suatu gaya/style kita sebagai keluarga Allah, bagaimana kita saling support untuk menjangkau jiwa kepada Kristus, tanpa terhalang dan terkungkung oleh tembok-tembok gereja. Bagaimana kita membangun hubungan dengan komunitas Kristen di tempat lain dengan mengesampingkan perbedaan doktrin, saling belajar dan bersama-sama mengerjakan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus, terlebih dengan membangun komunitas di jemaat kita masing-masing, yaitu komunitas yang menyentuh jemaat. (Contoh kongkritnya: membangun komunitas persekutuan doa di jemaat/antar jemaat dan gereja, perkemahan pemuda gereja, komunitas ibu-ibu gereja dll).
Satu pertanyaan: Apakah jemaat kita berfokus pada jemaat atau program? PEOPLE ORIENTED ataukah PROGRAM ORIENTED ?
Apabila kita ingin mengalami pembaharuan pribadi maupun jemaat, segeralah mulai dengan ABC Persekutuan Gereja yang Sehat, maka ABC sebelumnya dengan sendirinya akan terpenuhi.
A = (Attendance/Kehadiran): Organisasi yang dikategorikan sehat adalah organisasi yang dihadiri oleh banyak orang, menandakan bahwa perkumpulan ini maju/sehat secara kuantitatif.
B = (Building/Bangunan): Organisasi punya bangunan fisik besar, kalau perlu mewah dan megah atau cukup representatif.
C = (Cash Flow/Pemasukan kas): Organisasi yang memiliki kas yang cukup besar untuk membiayai kegiatan operasionalnya
Nampaknya tidak ada yang salah ya dengan ABC diatas, bukankah banyak jemaat dan banyak sumbangan/persembahan justru lebih baik?
Tapi faktanya, beberapa gereja, yang punya dana besar, gedung besar dan jemaat banyak, tetapi justru mengalami banyak permasalahan kompleks di dalamnya, seperti pertikaian tentang jabatan, penyelewengan dana, perebutan pengaruh dll sebagainya.
Lalu bagaimana, kalau ABC yang baik bagi Persekutuan Gereja Kristus?
Ketika kita menjadikan organisasi/persekutuan atau gereja sebagai suatu tempat yang memuaskan kita maka iman kita sulit untuk bertumbuh karena kedatangan kita ke gereja bertujuan supaya Tuhan memuaskan saya bukan supaya bagaimana saya merasa puas di dalam Tuhan. Kenyataan ini menjawab bahwa banyak orang Kristen yang menjadikan Kristus sebagai SARANA, artinya Kristus dicari supaya apa yang kita harapkan dijawab oleh Dia, supaya memperoleh berkat, lepas dari masalah dan seterusnya dan tidak menjadikan DIA sebagai TUJUAN hidup kita. Untuk itu jangan heran apabila ada jemaat yang kemudian dapat menyangkal Kristus karena masalahnya tidak pernah terlepas, atau sakit penyakitnya tidak kunjung sembuh sehingga mulai meninggalkan gereja dan persekutuan.
Persekutuan Gereja yang sehat mempunyai juga punya ABC, tetapi ABCnya adalah;
A = Attention/Perhatian, persekutuan yang sehat adalah persekutuan yang menempatkan Kasih Kristus sebagai alat kasih bagi dunia. Di dalam gereja ada perhatian satu dengan yang lain, saling mengasihi dan saling membangun (seperti jemaat mula-mula). Bagaimana sikap kita di saat ada anggota jemaat yang baru pertama kali hadir? biasanya sebagai bentuk perhatian, disambut di warta jemaat dan bila selesai ibadah, tidak ada Presbiter yang mendampingi untuk menyapa dan menawarkan bantuan untuknya, mungkin jemaat tersebut baru berdomisili di wilayah kita dst..., itu hanya contoh kecil dari sekian banyak concern/kepedulian yang bisa kita lakukan pada orang lain. Bagaimana kita memberikan perhatian yang tuntas, tidak sebatas pada lips service saja. Contoh lain juga pada saat seorang jemaat kehilangan pekerjaan, bagaimana respon gereja? mungkin sebagian Presbiter akan berkata sabar ya, yang penting banyak berdoa, tapi tidak ada yang tahu kan kalau si bapak mungkin saja stress berat karena banyak tuntutan dan seterusnya...., tetapi apabila ada perhatian, tentunya Presbiter yang ditunjuk dapat mejalankan fungsi PENDAMPINGAN pada bapak tersebut, belum lagi yang berdukacita.
Aksi yang nyata dari bentuk perhatian gereja kepada jemaat (dalam bentuk pelayanan perkunjungan) dapat menstimulasi dan membangun perhatian/concern jemaat kepada sesama.
B = Building Character/Pembangunan Karakter, terkadang gereja menganggap bahwa ketika melaksanakan pelayanan dalam ibadah itu sudah cukup, program berjalan dengan baik, persembahan cukup (rutinitas) dan jemaat yang hadir banyak, tetapi apa artinya kuantitas tanpa kualitas? bukankah seharusnya peran gereja menobatkan orang untuk hidup bagi Kemuliaan Allah? Banyak Presbiter dan bahkan jemaat yang melayani di gereja tetapi masih sering gosip kiri kanan yang berujung fitnah, bahkan ada yang berkelahi gara-gara mencari jabatan gereja, dan masih banyak kasus lainnya, KDRT, perselingkuhan dll. Apabila kita semua sepakat ingin menjadikan GPIB sebagai gereja yang menjadi garam dan terang bagi lingkungan, bangsa dan bahkan dunia maka masalah pembangunan karakter setiap jemaat, haruslah menjadi perhatian serius bagi para Presbiter. Pada saat ada kasus yang terjadi di jemaat ataupun ada masalah di dalam pelayanan merupakan bahan analisa untuk melihat sejauh mana pertumbuhan:
a) Pertumbuhan Presbiter dan Fungsionaris Gereja, - terkait skill dan kemampuannya dalam menolong jemaat, karena banyak kali terjadi Presbiter (khususnya Penatua & Diaken) & Fungsionaris gereja kurang terlatih/bahkan dilatih, disamping menganalisa pertumbuhan rohaninya sendiri.
b) Pertumbuhan Jemaat, - dengan mendengar sharing/keluhan jemaat, kita dapat mengerti akan apa yang dibutuhkan jemaat. Sehingga program pembinaan yang tepat dapat diberikan bagi jemaat untuk menolong pertumbuhannya.
(Yang saya perhatikan di beberapa GPIB seringkali program yang ada kurang menjawab kebutuhan jemaat. Tolong koreksi kalau saya keliru; itu sebatas pengamatan saya di beberapa gereja GPIB yang saya kunjungi. Menurut saya di saat ada program sinodal tentunya implementasi program di setiap daerah jajaran GPIB akan berbeda, tidak semua berbeda mungkin - dalam beberapa hal yang tentunya berdasarkan konteks tempat/kondisi daerah, latar belakang jemaat setempat; dengan catatan; tentunya tetap mengacu pada apa yang digariskan Sinode atau bisa jadi program tersebut perlu di breakdown sedemikian rupa untuk mengaplikasikannya dengan jelas dan tepat.)
Inilah peran gereja yang hakiki, bagaimana keberadaan gereja menolong umat dalam pembaharuan karakter sesuai dengan Karakter Kristus. Bagaimana gereja bergerak dengan orientasi kepada jemaat dan bukan pada program. PEOPLE ORIENTED, not PROGRAM ORIENTED. Karakter yang diperbaharui akan menghasilkan Program Jemaat yang baik.
C = Community/Lingkungan, Perubahan jaman dan kemajuan teknologi menyebabkan umat hidup secara individual, setelah ibadah masing-masing sibuk dengan bisnis, kesenangan dan hobi lainnya, sehingga kesadaran untuk membangun komunitas dalam tubuh gereja bahkan semangat oikumene kurang menjadi interest/perhatiannya.
Kesatuan komunitas orang-orang percaya seharusnya menjadi suatu gaya/style kita sebagai keluarga Allah, bagaimana kita saling support untuk menjangkau jiwa kepada Kristus, tanpa terhalang dan terkungkung oleh tembok-tembok gereja. Bagaimana kita membangun hubungan dengan komunitas Kristen di tempat lain dengan mengesampingkan perbedaan doktrin, saling belajar dan bersama-sama mengerjakan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus, terlebih dengan membangun komunitas di jemaat kita masing-masing, yaitu komunitas yang menyentuh jemaat. (Contoh kongkritnya: membangun komunitas persekutuan doa di jemaat/antar jemaat dan gereja, perkemahan pemuda gereja, komunitas ibu-ibu gereja dll).
Satu pertanyaan: Apakah jemaat kita berfokus pada jemaat atau program? PEOPLE ORIENTED ataukah PROGRAM ORIENTED ?
Apabila kita ingin mengalami pembaharuan pribadi maupun jemaat, segeralah mulai dengan ABC Persekutuan Gereja yang Sehat, maka ABC sebelumnya dengan sendirinya akan terpenuhi.
ITT, 1 Februari 2011