Allah adalah Sumber Keadilan
Mazmur 43
43:1 Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh! Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang!
43:2 Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. Mengapa Engkau membuang aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?
43:3 Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu!
43:4 Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!
43:5 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Latar Belakang
Dalam beberapa manuskrip kuno Ibrani, Mazmur 43 ini digabungkan dengan Mazmur sebelumnya, yaitu Mazmur 42. Hal ini disebabkan munculnya refrain yang sama dalam kedua Mazmur ini (Contoh: Maz 42:6, 42:12 dan 43:5 = Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!)
Perhatikan bahwa Mazmur 42 terdiri dari 2 stanza dengan akhir refrain yang sama, dan Mazmur 43(1-4) dianggap sebagai stanza ketiga dari Mazmur ratapan ini dengan refrain di Maz 43:5.
Hal lain yang menguatkan, adalah bahwa Mazmur 43 ini adalah satu-satunya Mazmur yang tidak mempunyai judul dari Maz 42-72 (buku ke-2 Mazmur), sehingga judul dari Mazmur 42 lah yang menjadi acuan Mazmur ini. (Maz 42:1 Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah.)
Mazmur sendiri, oleh para teolog, umumnya terbagi atas 5 bahagian/jilid, yaitu:
Jilid 1: Maz 1-41
Jilid 2: Maz 42-72
Jilid 3: Maz 73-89
Jilid 4: Maz 90-106
Jilid 5: Maz 107-150
Karakter Mazmur 43
Terkadang timbul pertanyaan dalam kehidupan kita; "mengapa hal-hal buruk bisa terjadi bagi orang-orang yang hidupnya benar?"
Seorang Jemaat pernah bertanya kepada pendetanya perihal pertanyaan di atas, dan Pendetanya menjawab dengan jawaban klasik; "Maaf, saya tidak tahu, karena saya belum pernah bertemu dengan orang yang hidupnya benar".
Jawaban ini, mengandung 2 nilai;
Yang pertama, adalah untuk mengingatkan kita, bahwa kita semua adalah manusia berdosa,
Yang kedua, adalah untuk menekankan bahwa tidak seorangpun dapat terlepas dari persoalan.
Nilai kedua inilah yang akan menjadi pokok bahasan kita pada bacaan ini.
Penulis Mazmur inipun masih menjadi perdebatan di kalangan ahli Alkitab, ada yang berpendapat bahwa Mazmur ini ditulis oleh Raja Daud ketika melarikan diri dari kejaran anaknya Absalom, yang lain berpendapat penulisnya adalah Raja Hizkia ketika Yerusalem di bawah tekanan serangan orang Asyur.
Terlepas dari siapa penulisnya, Mazmur ini menunjukkan kepada kita bahwa penulisnya ada dalam suasana stress, dikejar-kejar dan putus asa. Ia menghadapi suatu keadaan dimana ia berhadapan dengan persoalan yang tidak dapat ia atasi, yang memedihkan hati dan membingungkan jiwanya.
Seruan "Berilah keadilan kepadaku, ya Allah,..." menunjukkan kedalaman deritanya dan kekuatan imannya yang mencari Allah. Hal inilah yang menjadi karakter dari Mazmur 43 ini, ..... dalam penderitaan ... iman tetap teguh.
Eksposisi
a. ay 1-2, Seruan agar dibebaskan
-. Dari kaum yang tidak saleh, penipu dan orang curang. (Maz 43:1 Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh! Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang!)
(Perhatikan bahwa ketika berada dalam keadaan ini, pemazmur tidak melakukan pembalasan dendam, tetapi ia berseru kepada Allah)
-. Dari "Dibuang Allah" dan perkabungan (Maz 43:2 Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. Mengapa Engkau membuang aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?)
(Perhatikan bahwa dalam kehidupan kita, sering terjadi kita merasa bahwa Allah membuang kita dan membisu dari seruan minta tolong kita)
Yes 55:8 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN
Mark 4:37-41, yang mengisahkan keadaan panik murid-murid Tuhan Yesus ketika mereka menyeberang danau dan diterpa angin dan gelombang dan kisah Yesus di Yoh 11 ketika IA sengaja menunda kedatangan-Nya menjenguk Lazarus, yang akhirnya menunjukkan Kebesaran Allah.
Hal lain adalah, sering dalam kehidupan, kita mengalami kondisi demikian, bahwa kita membiarkan sukacita lenyap, hanya karena ulah tidak baik orang lain.
b. Ay 3-4, Seruan akan Pimpinan Allah
Pemazmur mengetahui pasti, bahwa kondisinya yang terpuruk ini akan berakhir, bila Allah memimpin ia menuju ke "Rumah Allah", atau dengan kata lain, pemazmur akan menemukan sukacitanya hanya di hadirat Allah belaka dengan bersyukur kepada-NYA. Pemazmur memang berada dalam keadaan gelap dan terhimpit, tetapi kalau Allah mengirim Terang dan Kesetiaan-NYA, maka pasti pemazmur akan menemukan jalan itu.
c. Ay 5, Seruan Keyakinan Pemazmur
Ayat 5, yang merupakan refrain dari stanza ke 3 dari Mazmur 42 & 45 (Stanza 1 & 2 ada di Mazmur 42), merupakan suatu seruan akan keyakinan pemazmur, bahwa Allah adalah satu-satunya Sumber Pengharapan dan penolong, dalam setiap keadaan, baik maupun buruk dalam kesesakan kehidupannya (perhatikan kata "lagi" pada kalimat: "Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya").
Aplikasi – Allah adalah Sumber Keadilan
Dari pemahaman akan konteks Mazmur 43 di atas, beberapa pelajaran dapat kita ambil dalam kehidupan kita sebagai Murid Kristus;
1. Ketika mengalami situasi dan kondisi sebagaimana pemazmur alami, belajarlah darinya untuk selalu meminta pertolongan kepada Allah yang adalah sumber keadilan.
Mari kita belajar, bahwa pemazmur tidak berpaling kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebagaimana yang Yesus Kristus lakukan, ketika IA hendak ditangkap, IA berdoa dan minta pertolongan kepada Allah.
Pemazmur meminta keadilan, dan minta Allah memperjuangkan perkaranya, .... dan hal pertama yang pemazmur harus laksanakan adalah bahwa ia harus jujur dan terbuka di hadapan Allah, supaya keadilan yang ia minta dapat dilaksanakan Allah.
Mintalah Keadilan .... dengan keterbukaan penuh, dengan pengakuan dosa, dengan penyesalan .... Mintalah Keadilan Allah, bukan untuk keuntungan diri, .... maka itulah yang akan diberikan Allah.
Ilustrasi: Seorang anak sedang mencoba mengisap rokok, dan ketika lagi asyik mengisapnya, ayahnya muncul. Karena panik, ia segera membuang rokoknya dan mencoba mengalihkan perhatian ayahnya, dan mengingatkan ayahnya akan janji untuk nonton film; “Ayah ... kita nonton ya .... “ bujuknya. Ayahnya menjawab pelan; “Nak, kamu harus belajar satu hal, tidak mungkin meminta sesuatu dan pada saat yang sama, melakukan hal yang tidak berkenan”
2. Keadilan yang diminta, tidak melibatkan pihak lain untuk dihukum, karena keyakinan iman akan Keadilan Allah yang hakiki.
Belajar dari itu, kita bisa melihat apa yang Yesus Kristus ajarkan di Mat 5:43-44 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. - Rasul Paulus di kemudian hari menegaskan di Kitab Roma 12:19 Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.
3. Ketika meminta keluputan, maka tujuannya bukan hanya sekedar diluputkan, tetapi bahkan lebih dalam lagi, pemazmur minta supaya ia dapat memuliakan Allah. Mengapa demikian? Karena keadilan menampakkan Kasih Allah atas manusia. Dan memuliakan Allah adalah ungkapan syukur atas Kasih Allah.
Bukankah kita semua manusia berdosa? Mengapa dalam keberdosaan kita, Allah mau memberikan Putranya bagi kita? Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Ya, itulah yang Yesus Kristus tekankan dalam Ajaran-NYA, Keadilan dan Kasih ==>
-. Lukas 11:42 Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. => paralel dengan Mat 23:23 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
Karena Allah adalah Sumber Keadilan, maka Mintalah Keadilan ALLAH, Imanilah Keadilan ALLAH dan Mengucap Syukurlah akan Keadilan ALLAH.
Catatan:
Di dalam ilmu hukum, ada suatu adagium yang berbunyi: "SUMMUM IUS, SUMMA INIURIA" yang berarti "Keadilan tertinggi, adalah ketidak-adilan tertinggi". Bila seseorang memenangkan perkara di pengadilan, maka ia akan menyatakan bahwa ia telah memperoleh keadilan, sementara pihak yang kalah akan menyatakan bahwa ia memperoleh ketidak-adilan.
Dalam kehidupan duniawi, sumber keadilan adalah hukum dan perundang-undangan serta terlihat di wajah seorang Hakim, yang memutuskan perkara. Sementara dalam kehidupan beriman, Allah adalah sumber keadilan, yang dinyatakan dalam Firman Allah yaitu Alkitab ==>
-. Ulangan 16:19 - 20 = Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar. Semata-mata keadilan, itulah yang harus kaukejar, supaya engkau hidup dan memiliki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu."
-. 1 Sam 24:16 Sebab itu TUHAN kiranya menjadi hakim yang memutuskan antara aku dan engkau; Dia kiranya memperhatikannya, memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku dengan melepaskan aku dari tanganmu." (Ketika Daud membiarkan Saul hidup).
Mazmur 43
43:1 Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh! Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang!
43:2 Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. Mengapa Engkau membuang aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?
43:3 Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu!
43:4 Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!
43:5 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Latar Belakang
Dalam beberapa manuskrip kuno Ibrani, Mazmur 43 ini digabungkan dengan Mazmur sebelumnya, yaitu Mazmur 42. Hal ini disebabkan munculnya refrain yang sama dalam kedua Mazmur ini (Contoh: Maz 42:6, 42:12 dan 43:5 = Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!)
Perhatikan bahwa Mazmur 42 terdiri dari 2 stanza dengan akhir refrain yang sama, dan Mazmur 43(1-4) dianggap sebagai stanza ketiga dari Mazmur ratapan ini dengan refrain di Maz 43:5.
Hal lain yang menguatkan, adalah bahwa Mazmur 43 ini adalah satu-satunya Mazmur yang tidak mempunyai judul dari Maz 42-72 (buku ke-2 Mazmur), sehingga judul dari Mazmur 42 lah yang menjadi acuan Mazmur ini. (Maz 42:1 Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah.)
Mazmur sendiri, oleh para teolog, umumnya terbagi atas 5 bahagian/jilid, yaitu:
Jilid 1: Maz 1-41
Jilid 2: Maz 42-72
Jilid 3: Maz 73-89
Jilid 4: Maz 90-106
Jilid 5: Maz 107-150
Karakter Mazmur 43
Terkadang timbul pertanyaan dalam kehidupan kita; "mengapa hal-hal buruk bisa terjadi bagi orang-orang yang hidupnya benar?"
Seorang Jemaat pernah bertanya kepada pendetanya perihal pertanyaan di atas, dan Pendetanya menjawab dengan jawaban klasik; "Maaf, saya tidak tahu, karena saya belum pernah bertemu dengan orang yang hidupnya benar".
Jawaban ini, mengandung 2 nilai;
Yang pertama, adalah untuk mengingatkan kita, bahwa kita semua adalah manusia berdosa,
Yang kedua, adalah untuk menekankan bahwa tidak seorangpun dapat terlepas dari persoalan.
Nilai kedua inilah yang akan menjadi pokok bahasan kita pada bacaan ini.
Penulis Mazmur inipun masih menjadi perdebatan di kalangan ahli Alkitab, ada yang berpendapat bahwa Mazmur ini ditulis oleh Raja Daud ketika melarikan diri dari kejaran anaknya Absalom, yang lain berpendapat penulisnya adalah Raja Hizkia ketika Yerusalem di bawah tekanan serangan orang Asyur.
Terlepas dari siapa penulisnya, Mazmur ini menunjukkan kepada kita bahwa penulisnya ada dalam suasana stress, dikejar-kejar dan putus asa. Ia menghadapi suatu keadaan dimana ia berhadapan dengan persoalan yang tidak dapat ia atasi, yang memedihkan hati dan membingungkan jiwanya.
Seruan "Berilah keadilan kepadaku, ya Allah,..." menunjukkan kedalaman deritanya dan kekuatan imannya yang mencari Allah. Hal inilah yang menjadi karakter dari Mazmur 43 ini, ..... dalam penderitaan ... iman tetap teguh.
Eksposisi
a. ay 1-2, Seruan agar dibebaskan
-. Dari kaum yang tidak saleh, penipu dan orang curang. (Maz 43:1 Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh! Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang!)
(Perhatikan bahwa ketika berada dalam keadaan ini, pemazmur tidak melakukan pembalasan dendam, tetapi ia berseru kepada Allah)
-. Dari "Dibuang Allah" dan perkabungan (Maz 43:2 Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. Mengapa Engkau membuang aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?)
(Perhatikan bahwa dalam kehidupan kita, sering terjadi kita merasa bahwa Allah membuang kita dan membisu dari seruan minta tolong kita)
Yes 55:8 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN
Mark 4:37-41, yang mengisahkan keadaan panik murid-murid Tuhan Yesus ketika mereka menyeberang danau dan diterpa angin dan gelombang dan kisah Yesus di Yoh 11 ketika IA sengaja menunda kedatangan-Nya menjenguk Lazarus, yang akhirnya menunjukkan Kebesaran Allah.
Hal lain adalah, sering dalam kehidupan, kita mengalami kondisi demikian, bahwa kita membiarkan sukacita lenyap, hanya karena ulah tidak baik orang lain.
b. Ay 3-4, Seruan akan Pimpinan Allah
Pemazmur mengetahui pasti, bahwa kondisinya yang terpuruk ini akan berakhir, bila Allah memimpin ia menuju ke "Rumah Allah", atau dengan kata lain, pemazmur akan menemukan sukacitanya hanya di hadirat Allah belaka dengan bersyukur kepada-NYA. Pemazmur memang berada dalam keadaan gelap dan terhimpit, tetapi kalau Allah mengirim Terang dan Kesetiaan-NYA, maka pasti pemazmur akan menemukan jalan itu.
c. Ay 5, Seruan Keyakinan Pemazmur
Ayat 5, yang merupakan refrain dari stanza ke 3 dari Mazmur 42 & 45 (Stanza 1 & 2 ada di Mazmur 42), merupakan suatu seruan akan keyakinan pemazmur, bahwa Allah adalah satu-satunya Sumber Pengharapan dan penolong, dalam setiap keadaan, baik maupun buruk dalam kesesakan kehidupannya (perhatikan kata "lagi" pada kalimat: "Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya").
Aplikasi – Allah adalah Sumber Keadilan
Dari pemahaman akan konteks Mazmur 43 di atas, beberapa pelajaran dapat kita ambil dalam kehidupan kita sebagai Murid Kristus;
1. Ketika mengalami situasi dan kondisi sebagaimana pemazmur alami, belajarlah darinya untuk selalu meminta pertolongan kepada Allah yang adalah sumber keadilan.
Mari kita belajar, bahwa pemazmur tidak berpaling kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebagaimana yang Yesus Kristus lakukan, ketika IA hendak ditangkap, IA berdoa dan minta pertolongan kepada Allah.
Pemazmur meminta keadilan, dan minta Allah memperjuangkan perkaranya, .... dan hal pertama yang pemazmur harus laksanakan adalah bahwa ia harus jujur dan terbuka di hadapan Allah, supaya keadilan yang ia minta dapat dilaksanakan Allah.
Mintalah Keadilan .... dengan keterbukaan penuh, dengan pengakuan dosa, dengan penyesalan .... Mintalah Keadilan Allah, bukan untuk keuntungan diri, .... maka itulah yang akan diberikan Allah.
Ilustrasi: Seorang anak sedang mencoba mengisap rokok, dan ketika lagi asyik mengisapnya, ayahnya muncul. Karena panik, ia segera membuang rokoknya dan mencoba mengalihkan perhatian ayahnya, dan mengingatkan ayahnya akan janji untuk nonton film; “Ayah ... kita nonton ya .... “ bujuknya. Ayahnya menjawab pelan; “Nak, kamu harus belajar satu hal, tidak mungkin meminta sesuatu dan pada saat yang sama, melakukan hal yang tidak berkenan”
2. Keadilan yang diminta, tidak melibatkan pihak lain untuk dihukum, karena keyakinan iman akan Keadilan Allah yang hakiki.
Belajar dari itu, kita bisa melihat apa yang Yesus Kristus ajarkan di Mat 5:43-44 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. - Rasul Paulus di kemudian hari menegaskan di Kitab Roma 12:19 Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.
3. Ketika meminta keluputan, maka tujuannya bukan hanya sekedar diluputkan, tetapi bahkan lebih dalam lagi, pemazmur minta supaya ia dapat memuliakan Allah. Mengapa demikian? Karena keadilan menampakkan Kasih Allah atas manusia. Dan memuliakan Allah adalah ungkapan syukur atas Kasih Allah.
Bukankah kita semua manusia berdosa? Mengapa dalam keberdosaan kita, Allah mau memberikan Putranya bagi kita? Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Ya, itulah yang Yesus Kristus tekankan dalam Ajaran-NYA, Keadilan dan Kasih ==>
-. Lukas 11:42 Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. => paralel dengan Mat 23:23 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
Karena Allah adalah Sumber Keadilan, maka Mintalah Keadilan ALLAH, Imanilah Keadilan ALLAH dan Mengucap Syukurlah akan Keadilan ALLAH.
ITT – 14 Agustus 2011 – PF Pospel RCK 09:00
Catatan:
Di dalam ilmu hukum, ada suatu adagium yang berbunyi: "SUMMUM IUS, SUMMA INIURIA" yang berarti "Keadilan tertinggi, adalah ketidak-adilan tertinggi". Bila seseorang memenangkan perkara di pengadilan, maka ia akan menyatakan bahwa ia telah memperoleh keadilan, sementara pihak yang kalah akan menyatakan bahwa ia memperoleh ketidak-adilan.
Dalam kehidupan duniawi, sumber keadilan adalah hukum dan perundang-undangan serta terlihat di wajah seorang Hakim, yang memutuskan perkara. Sementara dalam kehidupan beriman, Allah adalah sumber keadilan, yang dinyatakan dalam Firman Allah yaitu Alkitab ==>
-. Ulangan 16:19 - 20 = Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar. Semata-mata keadilan, itulah yang harus kaukejar, supaya engkau hidup dan memiliki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu."
-. 1 Sam 24:16 Sebab itu TUHAN kiranya menjadi hakim yang memutuskan antara aku dan engkau; Dia kiranya memperhatikannya, memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku dengan melepaskan aku dari tanganmu." (Ketika Daud membiarkan Saul hidup).