Apakah Tanpa iman seseorang bisa mendekati Tuhan? Lalu bagaimana ia akan mendekati Tuhan? Apakah dengan Akal Budi? Apakah dengan Pengalamannya? Lalu apa kaitan antara Iman dengan Akal Budi dan Pengalaman? Apakah Standar untuk berkenan kepada Allah pada Perjanjian Lama berbeda dengan Perjanjian Baru? Ataukah Allah mengubah ketetapanNya? Dengan cara bagaimanakah kita dapat menghampiri dan berkenan kepada Allah?
Dalam Firman Tuhan jelas dituliskan bahwa ” Tetapi Tanpa Iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah” ( Ibrani 11:6 ). . Sebenarnya bukan hanya kepada Allah, bahkan semua hubungan kemanusiaan, mulai dari ibu-bayi, kakak-adik, suami-istri, guru-murid semuanya harus berlandaskan kepada satu dasar, yaitu Iman. Seandainya suami akan selalu memeriksa segala Fakta tentang istrinya, baru percaya kepadanya, atau sebaliknya, maka semua hubungan akan hancur berantakan. Allah sudah menaruh dasar ini ke dalam Natur Mind dan Heart dari manusia, sehingga semua Relasi di dunia harus dihubungkan dengan faktor intrinsik di dalam diri Manusia, yaitu PERCAYA.
Hilangkanlah semua faktor PERCAYA dalam Hubungan antar manusia, maka yang akan kita dapatkan di dunia ini adalah kecurigaan dan prasangka yang akan menghancurkan peradaban manusia.
Jadi jelas, bahwa Iman dalam kekristenan bukan Iman yang Emosional atau Cengeng setelah Kekristenan tidak bisa dijelaskan dengan Akal Budi. Melainkan Iman yang menjadi SEMUA LANDASAN Pengetahuan dan Akal Budi yang akan menggerakkan Kehendak dan Rasio untuk berserah penuh. Agustinus mengatakan : Aku Beriman supaya Aku bisa mengerti. Jadi yang mana dulu : Percaya dulu, baru Mengerti? Atau Mengerti dulu, baru Percaya? Kedua hal ini tidak perlu dipertentangkan karena Iman sudah mencakup Pengertian yang benar ke dalamnya dan Pengertian yang benar sudah merupakan bagian dari Iman. Seperti Rasul Paulus mengatakan : Kalau kalian berpegang teguh pada apa yang saya beritakan itu, maka Kabar Baik itu menyelamatkan kalian, kecuali kalau Saudara percaya tanpa pengertian. ( 1 Kor 15:2 , BIS)….Karena Iman, kita mengerti……. ( Ibrani 11:3 ).
Karena iman, maka Abraham dibenarkan ( Kejadian 15 :6 ). Jadi dari Kitab Kejadian sampai Wahyu, Iman adalah syarat untuk masuk ke dalam Perjanjian Anugerah Tuhan. Bacalah Ibrani pasal 11, yang penuh dengan pahlawan iman, yang tidak mendapat semua yang dijanjikan di dunia ini. Tapi mereka mengarahkan kepada upah di masa depan ( Ibrani 11:26, 38 ). Mereka mengharapkan Kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. ( Ibrani 11:10). Itulah dasar keselamatan dari PL, yaitu mereka mengarahkan diri kepada Perjanjian Anugerah Tuhan, yang Tuhan persiapkan untuk mereka. Iman mereka MELIHAT jauh ke depan bahwa Perjanjian Anugerah Tuhan akan terus berlangsung dalam relasi Pencipta-Ciptaan. Dan Puncaknya adalah Penyataan Diri Allah sendiri, yaitu Yesus Kristus. ( bacalah Relasi ini dalam Ibrani 11sampai 12:3). Kenapa Penulis Ibrani menuliskan kalimat “dengan mata tertuju kepada Yesus”? ( 12:2). Tidak lain karena pahlawan iman kita pada PL telah MELAKUKANNYA.
Jadi, syarat untuk berkenan kepada Allah tetap satu, yaitu Iman. Mulai dari Adanya Relasi Pencipta-Ciptaan, Allah tetap berkenan kepada orang yang BERIMAN kepadaNya. Dan Sola Fide ini juga menjadi syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga melalui Pengorbanan Kristus. Tidak ada perbuatan baik apapun yang berkenan kepada Allah karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah ( Roma 3:23). Dan Inilah dasar dari Injil. Inilah dasar mengapa Allah harus menjadi manusia dan mempercayakan diriNya supaya manusia bisa percaya kepadaNya. Iman berkenaan dengan PEMBENARAN dan PENGUDUSAN atau REGENERASI dari manusia. Karena manusia Yesus telah menjadi penggantian bagi kita supaya kita DIBENARKAN di hadapan Allah. Iman adalah Dasar Pembenaran yang TELAH dilakukan oleh Yesus di hadapan Tuhan Allah.
Rasul Paulus merangkumkan dasar Injil berdasarkan iman di dalam surat Roma 1 : 16-17: Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.”
Dari Iman kepada Iman. Dari Kebenaran kepada Iman. Itulah Injil Kekuatan Allah, bukan berdasarkan kekuatan manusia. Ketika kita percaya kepada Kebenaran Allah, maka SEMUA KEBENARAN kita mesti ditinggalkan, karena semuanya adalah kenajisan bagi Allah.
Dari Iman kepada Iman. Berarti Orang yang Benar memulai dari Iman dan akan mengakhirinya dalam Iman. Bukan dari Iman kepada Perbuatan. Bukan dari kebenaran Allah kepada Kebenaran Diri. Jadi apakah sesudah kita beriman, kita mesti berbuat baik, bukan masuk ke dalam kategori PEMBENARAN kita. Tidak ada PERBUATAN APA-APA yang dapat membuat kita memasuki Perjanjian Anugerah Allah. Mulai dari Adam, Abraham, Musa, sampai Perjanjian Baru, Allah lah yang MENCARI manusia dan MENETAPKAN PERJANJIAN bagi manusia. Manusia harus MEMBERI DIRI untuk masuk ke dalam Perjanjian Anugerah itu.
Dari Iman kepada Iman. Merupakan suatu proses perjalanan hidup orang percaya. Karena orang percaya SUDAH DIBENARKAN, maka dia AKAN hidup oleh IMAN, dan AKAN hidup berdasarkan IMAN. Sekali saja dalam hidupnya mengandalkan kekuatan perbuatannya sendiri, maka ia berdosa terhadap KEBENARAN ALLAH. Paradoksnya adalah : Orang Benar akan hidup oleh Iman, dan Orang beriman menunjukkan dia Orang yang DIBENARKAN.
Tetapi kemudian kita bertanya, apakah iman orang kristen adalah iman yang “asal percaya” atau “pokoknya beriman”? Disinilah kesulitan mendefinisikan iman. Kalau kita katakan : Hanya percaya maka engkau selamat, maka berarti kita bisa percaya saja, lalu berbuat dosa seenaknya. Toh, kita tetap selamat. Disisi lain, kalau kita mendefinisikan Iman terlalu rumit, maka apakah tidak akan menyelewengkan ajaran iman dari Alkitab? Jelas, Alkitab menekankan bahwa PERCAYA merupakan syarat menerima Karunia Hidup Kekal. HANYA PERCAYA. Tetapi jelas juga, Alkitab mengingatkan bahwa bukan Iman yang kosong atau mati, tetapi Iman yang didalamnya terdapat sesuatu yang dapat dinilai.
Yakobus 2 :22-24 : Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.” Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.
Jelas kalau kita membaca Yakobus, iman yang ditekankan adalah iman yang hidup. Karena kita Beriman, maka Perbuatan kita Akan……….Itulah dalil dasar dari Yakobus, karena dia jelas mengalamatkan suratnya kepada orang yang percaya. Ketika Abraham disebut Orang Beriman, ia bukan hanya beriman dengan TIDAK MENUNJUKKAN PERBUATAN, tetapi Imannya ditunjukkan dengan perbuatan Mempersembahkan Anaknya, Ishak. Tetapi kebenaran ini tidak bisa dipahami begitu saja secara gamblang, dalam arti tidak bisa kita katakan sebaliknya : Kalau Anda TIDAK MENUNJUKKAN PERBUATAN anda, maka anda bukan Orang BERIMAN. Seandainya point ini terlalu ditekankan, maka kita akan menjadi Legalisme dan akan menilai orang hanya dari perbuatannya.
Rasul Paulus ketika menekankan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan karena melakukan Hukum Taurat, mempunyai dasar yang berbeda dalam menjelaskan iman kristen. Penekanan Rasul Paulus adalah Kebenaran Allah yang telah dinyatakan dalam Kristus sebagai pengganti kita, HANYA bisa melalui Iman diterima. Bukan dengan melakukan ini dan itu. Hukum Taurat adalah petunjuk bahwa kita butuh Kebenaran Allah, sedangkan Iman Kristen adalah Penerimaan atas penerimaan Allah terhadap kita. TIDAK ADA yang bisa ditambahkan dalam Kebenaran Allah ini lagi. Yang harus dilakukan adalah PERCAYA.
R.C Sproul dalam bukunya FAITH ALONE menjelaskan bahwa iman kristen terdapat 3 elemen penting :
1. Notitia : Iman melibatkan pengetahuan. Bagaimana kita bisa beriman, kalau kita tidak mengenal Siapa yang kita imani? Jadi, ungkapan :”Tidak menjadi masalah apa yang kamu percayai, sepanjang kamu tulus mempercayainya”, jelas bertentangan dengan Iman Kristen.
2. Assensus : Iman adalah persetujuan. Kita menyetujui bahwa kita tidak bisa Benar jika mengandalkan diri kita. Kita assent proporsi Yesus mati di kayu salib sebagai suatu Kebenaran yang menyelamatkan.
3. Fiducia : iman adalah suatu Kehendak yang akan berefek kepada tindakan. Fiducia berarti kecenderungan positif dari jiwa atau pikiran pada suatu objek.
Dalam Firman Tuhan, Ibrani 11: 1-3 : Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.
Jadi, apakah Iman Kristen itu sederhana? Ya, Only Faith ( Sola Fide ). Tetapi apakah Iman Kristen itu Sembarangan dan Asal-asal? Tidak, karena iman Kristen adalah Iman yang dipimpin oleh Roh Tuhan, Iman yang menghasilkan ketaatan, Iman yang melahirkan kasih. Lalu, apakah Iman dan Perbuatan Baik bertentangan? Tidak. Kenapa mesti dipertentangkan suatu Hubungan Sebab-Akibat?
Karena kita Beriman, maka…………….Akhirnya kita akan didapati Setia ( Beriman). Itulah pengharapan terbesar kita. From Faith to Faith. Dan yang akan memimpin adalah Allah sendiri.
Iman yang Benar (Sola Fide) berlandaskan kepada konsep Anugerah (Sola Gratia). Sola Fide dan Sola Gratia harus berlandaskan Wahyu Khusus dalam Alkitab (Sola Scriptura). Sola Scriptura menyaksikan hanya Kristus (Sola Christos). Semuanya Rencana Keselamatan adalah untuk Soli Deo Gloria.
ITT - 01 Mei 2010