Warna dasar : Putih
Lambang/Logo : Lingkaran segi tiga/triquetra
Warna lambangnya : Merah
Arti : Simbol ini merupakan simbol mula-mula dari ketritunggalan. Tiga buah lekukan yang tidak terputus. Pada pusat dari ketiga lekukan itu terbentuklah sebuah segitiga yang merupakan simbol warisan Tritunggal.
Karunia-karunia Roh Kudus
1. Jenis-jenis karunia Roh dan artinya.
2. Tujuan mengapa karunia-karunia Roh itu diberikan.
3. Bagaimana cara untuk memperoleh karunia-karunia Roh itu.
4. Durasi (jangka waktu berlakunya karunia Roh itu).
1. Jenis-jenis Karunia Roh Kudus dan Artinya
Berdasarkan 1 Korintus 12:7-11, kita dapat mengetahui adanya sembilan jenis karunia Roh Kudus yaitu:
1. Berkata-kata dengan hikmat.
Kata hikmat adalah Sofias dalam bahasa Yunani yang berarti hikmat atau kecerdasan. Hikmat yang demikian inilah yang diminta Salomo dari Allah sehingga dia mampu untuk menyelesaikan perkara dua orang perempuan sundal yang memperebutkan seorang anak (1Raja-raja 3:16-28). Yesus menubuatkan tentang penderitaan dan penganiayaan yang akan menimpa murid-muridNya sehingga Dia berkata Apabila kamu diperhadapkan kepada pemimpin-pemimpin jangan kuatir sebab Roh Kudus yang akan mengatakan perkataan-perkataan yang akan kamu ucapkan (Matius 10:28). Pada masa infansi gereja itu tentu hikmat atau kecerdasan untuk mengarahkan gereja itu sangat dibutuhkan terlebih apabila dilihat dari sisi para penolak-penolak kekristenan yaitu orang-orang Yahudi dan kafir. Tanpa mendapat hikmat dari Allah maka para rasul tidak akan dapat memberikan solusi pada masalah yang dihadapi oleh Jemaat abad pertama yaitu adanya sikap pandang rupa dalam memberikan kebajikan kepada janda-janda dengan melalaikan janda-janda keturunan Gerika (Kisah rasul 6).
2. Berkata-kata dengan Pengetahuan.
Kata pengetahuan dalam hal ini berasal dari kata Gnoseos (bahasa Yunani) yang dapat berarti pengetahuan atau mengingat-ingat. Roh Kudus memberikan kemampuan bagi orang percaya untuk mengingat perkara-perkara yang telah dikatakan oleh Yesus pada saat bersama-sama dengan mereka. Hal itu sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh Yesus yang akan dilakukan Roh Kudus apabila Roh Kudus turun (Yohanes 14:26) “...... ialah akan mengajarkan kepadamu segala perkara itu dan akan mengingatkan kamu segala sesuatu yang Aku sudah katakan kepadamu.” Allah tidak ingin agar FirmanNya itu dilupakan begitu saja melainkan Dia menginginkan agar firmanNya itu tetap disimpan didalam hati setiap orang yang percaya (Kolose 3:16-17).
3. Karunia untuk Menyembuhkan.
Dalam Kisah Rasul 3, Lukas menuliskan penyembuhan seorang timpang yang dilakukan Petrus dan Yohanes pada pintu gerbang Bait Allah yang bernama Pintu Elok. Dalam ayat 6 Petrus berkata agar didalam nama Yesus orang tersebut dapat berjalan. Selanjutnya didalam ayat 7 dikatakan seketika (segera) itu juga dia berjalan dan tidak hanya itu saja melainkan dia juga meloncat sebagai tanda bahwa dia sembuh total. Petrus tidak harus teriak-teriak didalam nama Yesus lalu kelumpuhan itu berangsur-angsur pulih seperti yang dilakukan semua orang-orang yang mengatakan dirinya dapat melakukan penyembuhan. Karunia penyembuhan bukan semata-mata bertujuan untuk menyembuhkan orang-orang sakit. Karena jikalau demikian Paulus selayaknya telah menyembuhkan Teropimus yang ditinggalkan dalam keadaan sakit di Miletus (2 Timotius 4:20). Mengapa dia tidak menyembuhkan padahal dia dapat menyembuhkan bermacam-macam penyakit? Karena karunia penyembuhan itu bukan menjadi tanda kepada orang percaya melainkan kepada orang yang tidak percaya.
4. Karunia Iman.
Karunia iman ini ditujukan kepada cara bagaimana seseorang itu percaya yaitu dengan mendengarkan firman Allah (Roma10:17) tentunya firman yang disampaikan langsung oleh Roh Kudus terhadap seseorang. Dalam tulisannya Paulus berkata “Roh Kudus berkata” (1 Timotius 4:1 ; Ibrani 3:7). Ini berarti bahwa adakalanya Roh Kudus berbicara langsung terhadap seseorang Kristen yang menjadikan iman orang itu semakin bertambah.
5. Karunia Mengadakan Mujizat.
Dalam teks ini kata mujizat berasal dari kata Yunani yaitu Dunaneon yang berarti kuasa atau kekuatan. Kata dunaneon ini biasanya ditujukan kepada ledakan yang maha dasyat tetapi juga ditujukan kepada suatu tindakan yang maha menakjubkan karena bersifat diluar kekuatan normal (supranatural). Kekuatan yang demikian hanya dimiliki oleh Allah. Nikodemus percaya kepada Sabda Kristus sesudah dia melihat mujizat (Yohanes 3:1, 2). Simon tukang sihir juga percaya kepada Pilipus sesudah dia melihat mujizat (Kisah Rasul 8:13).
6. Karunia bernubuat.
Dalam teks ini kata bernubuat adalah Propheteia yang berarti; 1. Menyatakan hal-hal yang pasti akan terjadi pada hari yang akan datang. 2. Ditujukan untuk mengajar. Dalam teks ini arti bernubuat cenderung ditujukan kepada tindakan seseorang yang mengajarkan firman Allah sesuai dengan apa yang dinyatakan Roh Kudus kepadanya. Hal itu dengan jelas digambarkan Paulus dalam 1 Korintus 4:4, 29-31.
7. Karunia untuk Membedakan Roh.
Karunia seperti ini ditujukan kepada karunia yang dimiliki seseorang untuk membedakan pengajaran. Dalam 1 Yohanes 4:1, 2 Yohanes menasehatkan orang Kristen abad pertama untuk menguji roh (pengajaran), tentu mereka harus mendapat karunia Roh agar dapat melakukannya.
8. Karunia Bahasa Roh.
Ditujukan kepada kemampuan seseorang berbicara dalam bahasa asing yang tidak pernah dipelajari sebelumnya. Hal itu dikaruniakan Roh Kudus kepada orang-orang tertentu agar pemberitaan injil itu tidak terkendala hanya karena bahasa. Contoh yang tepat untuk ini terdapat pada Kisah Rasul 2:1-8.
9. Karunia untuk mengartikan Bahasa Roh.
Ditujukan kepada karunia yang dimiliki seseorang untuk mengartikan maksud firman Allah yang disampaikan oleh seseorang yang mendapatkan karunia bahasa Roh dan bukan berarti menterjemahkan.
2. Tujuan Karunia Roh Kudus
Karunia-Karunia Roh Kudus diberikan oleh Roh Kudus dengan tujuan tertentu, dan tujuan itu dapat dibagi dalam tiga bagian besar yaitu:
1. Untuk meneguhkan firman Allah.
Objek pemberitaan firman Allah yang memerlukan karunia Roh ini adalah orang-orang yang tidak percaya. Jikalau mereka sudah melihat sesuatu yang menakjubkan diluar dari kemampuan manusia (kekuatan supranatural) maka umumnya mereka akan percaya. Nikodemus percaya kepada Yesus Kristus sesudah melihat mujizat yang dilakukan oleh Yesus (Yohanes 3:1, 2). Dalam Markus 16:15-20 Yesus menyuruh murid-muridNya untuk memberitakan Injil. Yesus mengetahui bahwa pemberitaan itu akan kurang mendapat respon apabila tidak disertai tanda-tanda ajaib, Itulah sebabnya dalam ayat 20 dikatakan bahwa tanda-tanda ajaib itu meneguhkan pemberitaan mereka. Hasil yang pertama dari pemberitaan yang disertai dengan mujizat terdapat dalam Kisah Rasul 2:1-41, yaitu dibaptiskannya kira-kira 3000 orang yang percaya setelah mereka melihat mujizat Allah.
2. Bertujuan untuk meneguhkan Sidang Jemaat (1 Korintus 14:2).
Paulus berkata dalam Roma 10:17 bahwa iman itu timbul oleh sebab mendengar Firman Allah yang dilakukan Allah dengan memberikan karunia Roh Kudus yaitu bernubuat (mengajar) firman Allah. Sebagai hasil pengajaran itu Sidang Jemaat akan semakin teguh didalam iman. Sebaliknya jikalau Roh Kudus tidak memberikan karunia bernubuat kepada seseorang dari anggota jemaat, maka pengajaranpun tidak ada dan sebagai akibatnya iman atau keyakinan Jemaat itupun jadi rapuh dan mengarah kepada gaya hidup duniawi serta mengikuti ajaran-ajaran yang kontradiksi dengan firman Allah.
3. Bertujuan untuk meneguhkan individu.
Allah sangat peduli terhadap perorangan maupun kelompok. Untuk meneguhkan iman seseorang itu Roh Kudus mengaruniakan: Iman - tentu melalui perkataan yang dikatakan langsung oleh Roh Kudus itu kepada yang bersangkutan. Paulus mendengar Roh Kudus berbicara kepadanya secara langsung, 1 Timotius 4:1, “.... Roh Kudus berkata dengan jelasnya ....” Hal ini tentu akan menjadi nilai plus bagi seseorang yang mengalami hal yang demikian yang kemudian akan menjadikan imannya semakin kuat.
3. Cara Untuk Menerima Karunia Roh Kudus
Dalam Alkitab Perjanjian Baru kita mendapat informasi bahwa ada dua cara untuk menerima karunia-karunia Roh itu. Yang pertama adalah melalui baptisan Roh Kudus. Sebelum kenaikanNya ke surga, Yesus telah berpesan kepada rasul-rasul itu agar tidak meninggalkan Yerusalem karena mereka akan menerima janji Allah, dimana Yohanes membaptiskan dengan air tetapi mereka akan dibaptis dengan Roh Kudus (Lukas 4:48; Matius 3:11; Kisah Rasul 1:4, 5). Selanjutnya dalam Kisah Rasul pasal dua dinyatakan bahwa pada hari raya Pentakosta yang pertama sesudah kebangkitan Kristus, rasul-rasul dipenuhi dengan Roh Kudus yang memenuhi tempat mereka berhimpun yang turun menyerupai lidah api. Sebagai hasilnya rasul-rasul penuh dengan Roh Kudus (baptisan Roh Kudus) dan mendapat salah satu karunia Roh yaitu berkata-kata dalam bahasa lain. Hal yang sama juga dialami oleh keluarga Kornelius. Ketika Petrus menyampaikan Firman Allah, Roh Kudus turun ke atas sekalian orang yang mendengar (Kornelius dan kaum keluarganya) (Kisah Rasul 10:24), persis seperti yang terjadi pada Kisah Rasul 2:1-4. "Dapatkah seorang menegahkan air itu daripada membaptiskan orang yang sudah menerima Roh Kudus sama seperti kami ini?" (Kisah Rasul 10:47). Sebagai konsekuensi kejadian tersebut, keluarga Kornelius berbicara di dalam berbagai-bagai bahasa sehingga orang-orang yang datang dengan Petrus-pun heran dan berkata bahwa Allah-pun mencurahkan RohNya kepada orang kafir yang juga adalah penggenapan nubuatannya di dalam Yoel 2:28-30.
Kemudian cara yang ke-dua adalah dengan penumpangan tangan rasul. Orang-orang yang mendapat tumpangan tangan rasul akan mendapat karunia Roh Kudus. Tentu penumpangan itu bukan atas kemauan rasul itu sendiri melainkan Roh Kudus, “Tetapi sekaliannya itu dikerjakan oleh Roh yang Satu itu juga dengan membahagi-bahagi kepada masing-masing, sebagaimana kehendak-Nya” (1 Korintus 12:11).
Contohnya: (1) Kisah Rasul 6:1-5, salah satu dari tujuh saudara yang dipilih itu melakukan tanda-tanda mujizat di Samaria sebagai konsekuensi tumpangan tangan rasul. (2) Kisah Rasul 19:1-7, orang Kristen di Efesus mendapat tumpangan tangan dari Paulus dan mereka bernubuat dan berkata-kata dalam berbagai bahasa.
Orang-orang yang mendapat tumpangan tangan rasul tidak dapat menumpangkan tangan ke atas orang lain sehingga orang tersebut mendapat karunia Roh. Hal itu menjadi penyebab sehingga Petrus dan Yohanes harus turun ke Samaria untuk menumpangkan tangan ke atas orang-orang yang telah dibaptis pada waktu mendengarkan khotbah Pilipus yaitu salah seorang diantara tujuh orang yang mendapat tumpangan tangan dari rasul pada Kisah Rasul 6. Sesudah semua rasul dan orang-orang yang mendapat tumpangan tangan dari rasul meninggal, maka karunia-karunia Roh berhenti.
4. Jangka waktu (durasi) berlakunya Karunia Roh Kudus
Satu hal yang perlu kita ingat bila kita berbicara tentang masa berlakunya karunia-karunia Roh Kudus yaitu bahwa Allah selalu merencanakan pekerjaanNya dengan teratur. Maksudnya ialah bahwa dalam pekerjaanNya Dia telah menetapkan; (1) Kapan pekerjaan itu dimulai; (2) Bagaimana memulai; (3) Apa yang dibutuhkan (diperlukan) untuk memulai dan menindak-lanjuti; (4) Berapa dan apa harga yang harus dibayar; (5) Berapa-lama pekerjaan itu akan berlangsung. Semua hal-hal di atas dapat dikaji dengan jelas dan nyata di dalam penciptaan alam semesta, dimulai pada hari pertama dan berakhir pada hari ke-enam, selanjutnya kesinambungan kehidupan di dalam alam semesta terjadi secara alami. Contoh yang lain adalah dalam pemberian hukum. Pada mulanya Allah memberikan hukumNya kepada kepala-kepala keluarga yang dikenal dengan zaman Bapa-bapa (zaman Patriakh). Zaman (periode) ini berakhir pada zaman Yakub (hukum tersebut mengikat non Yahudi ketika Allah memberikan hukum Taurat bagi orang Yahudi melalui Musa) di gunung Sinai. Hukum inilah yang dilakukan oleh Kornelius (Kisah Rasul 10) sehingga doa dan amal serta rasa takutnya kepada Allah diperkenankan Allah. Dalam hal ini pada waktu Allah memberikan hukumNya kepada bangsa Israel (Yahudi) maka non Yahudi diikat oleh hukum yang diberikan pada zaman Bapa-bapa, tetapi ini hanya untuk periode tertentu, yang kita tahu bahwa kedua hukum itu berakhir pada waktu Yesus disalibkan (Efesus 2:15, 16) dan kemudian lahirlah hukum yang baru yaitu hukum Kristus (Galatia 3:27, 28; 1 Korintus 9:28, “.... aku takluk dibawah hukum Kristus ....”).
Hukum Taurat sudah berakhir dan tidak lagi mengikat manusia, dimulai pada hari Pentakosta yang pertama sesudah kebangkitan Kristus (hukum Taurat itu hanya bersifat sementara, Galatia 3:23-25). Jikalau hukum Taurat itu masih mengikat dan dapat menyelamatkan manusia, mengapa Paulus yang dahulu disebut Saul meninggalkan ritual-ritual yang diperintahkan di dalam hukum Taurat dan dibaptiskan untuk jalan keampunan dosa yang tidak pernah diperintahkan didalam hukum Taurat? Karena periode hukum Taurat dan prinsip yang diberikan pada zaman Bapa-bapa sudah berakhir maka siapa saja yang mencoba untuk mendapatkan (mencari) keselamatan melalui salah satu hukum tersebut tidak mendapat bagian di dalam pengorbanan Kristus (Galatia 4:4, 5; Kisah Rasul 17:30).
Rasul-rasul dan Sidang jemaat bertangung-jawab untuk memberitakan Injil itu yang merupakan kuasa Allah untuk menyelamatkan manusia (Efesus 3:10; Kisah Rasul 8:3, 4; Roma 1:16). Yesus mengetahui batas kemampuan murid-muridNya dalam mengemban misi ini, yaitu kemampuan untuk mengingat segala perkataan yang dikatakan Yesus dan juga ketidak-yakinan orang-orang yang mendengarkan pengajaran Injil itu. Untuk mengantisipasi hal ini Yesus berjanji bahwa Bapa akan mengutus Roh Kudus untuk mengajarkan dan mengingatkan segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Yesus kepada mereka (Yohanes 14:26), tentu dengan memberikan karunia-karunia Roh. Tetapi sistim itu hanya bersifat temporer (sementara). Paulus berkata di dalam 1 Korintus 13:8-10 bahwa:
1. Kasih tiada berkesudahan tetapi nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti dan pengetahuan akan lenyap.
2. Tiga jenis karunia Roh di atas merupakan wakil dari enam karunia Roh lainnya yang di dalam istilah Theologia disebut Sinokdoke. Hal itu berarti jikalau satu saja berakhir dari karunia Roh itu, maka yang lainpun ikut berakhir.
3. Paulus menyatakan alasan mengapa karunia-karunia Roh itu berlaku - yaitu karena pengetahuan mereka tidak lengkap dan nubuat (pengajaran) mereka tidak sempurna. Paulus mengatakan ke dua hal di atas tidak sempurna adalah karena ditujukan kepada metode untuk mendapatkan pengetahuan dan untuk usaha menyampaikan pengajaran - dimana mereka tergantung dengan ilham atau karunia Roh Kudus itu. Sekalipun mereka berhasrat untuk memberitakan tetapi jikalau mereka tidak mendapat ilham, maka mereka tidak berbuat apa-apa, “.... Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya” (1 Korintus 12:11). Dan di dalam 1 Korintus 14:1-31 dengan jelas Paulus mengatakan kepada kita bahwa karunia itu diberikan kepada seseorang tentu sesuai dengan keinginan dan kualitas kehidupan rohani seseorang.
4. Paulus mengatakan waktu berakhirnya karunia Roh itu yaitu apabila yang sempurna itu tiba. Kata sempurna di dalam teksnya di dalam bahasa Yunani yaitu to teleion - yaitu sebuah kata benda yang berjenis kelamin netral. Alkitab berada di dalam jenis kelamin yang sama, jadi kemungkinannya adalah apabila kitab itu sudah sempurna atau sudah lengkap dan tertulis yang dapat dipakai sebagai kanon pengajaran dan prilaku (aksi) maka karunia-karunia Roh Kudus itu tidak lagi berlaku. Barang siapa yang mengaku bahwa dia mendapat salah satu karunia Roh itu, maka dia hanya berupaya untuk menipu orang (2 Tesalonika 2:8, pengajar palsu datang dengan tanda-tanda mujizat palsu), yang harus berteriak-teriak sampai parau agar orang lumpuh bisa perlahan-lahan berdiri lalu lumpuh lagi yang sangat berbeda dengan mujizat Allah lewat Petrus hambaNya (Kisah Rasul 3:1-8). Petrus hanya berbicara serta menegakkan dia berdiri dan yang lumpuh itupun berdirilah dan meloncat-loncat pada saat Petrus berkata berdiri dan tidak lumpuh lagi serta mengikut Petrus dan Yohanes.
Kesimpulan
Sebelum bayi berjalan dengan kedua kakinya, dia merangkak dengan bantuan ke-dua tangannya. Tetapi apabila dia sehat dan bertumbuh dengan baik jadilah dia balita. Dia tidak mempergunakan tangannya lagi untuk merangkak melainkan dengan gagahnya dia berlari kian kemari dengan kedua kakinya. Roh Kudus menjadi pembimbing bagi orang Kristen pada abad pertama pada masa infansi gereja itu dengan cara melengkapi gereja itu dengan berbagai-bagai karunia sesuai dengan yang Dia inginkan. Walau demikian Roh Kudus dalam waktu yang bersamaan juga mengilhami orang-orang tertentu untuk menuliskan firman Allah yang selanjutnya akan dipakaiNya sebagai sarana untuk membimbing orang Kristen. Karunia-karunia Roh Kudus hanya bersifat temporer dan bukan untuk selama-lamanya, yang berakhir ketika firman Allah itu sudah tertulis dengan sempurnanya dan orang-orang yang mendapat tumpangan rasul itu meninggal dunia.
Pustaka acuan:
1. Barclay M. Newman Jr., Kamus Yunani-Indonesia, P.T. BPK. Gunung Mulia
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi II 1991, Balai Pustaka.
3. Kurt Aland, Matthew Black, The Greek New Testament, edisi III, 1983, United Bible Sociaties
Warna lambangnya : Merah
Arti : Simbol ini merupakan simbol mula-mula dari ketritunggalan. Tiga buah lekukan yang tidak terputus. Pada pusat dari ketiga lekukan itu terbentuklah sebuah segitiga yang merupakan simbol warisan Tritunggal.
Karunia-karunia Roh Kudus
1. Jenis-jenis karunia Roh dan artinya.
2. Tujuan mengapa karunia-karunia Roh itu diberikan.
3. Bagaimana cara untuk memperoleh karunia-karunia Roh itu.
4. Durasi (jangka waktu berlakunya karunia Roh itu).
1. Jenis-jenis Karunia Roh Kudus dan Artinya
Berdasarkan 1 Korintus 12:7-11, kita dapat mengetahui adanya sembilan jenis karunia Roh Kudus yaitu:
1. Berkata-kata dengan hikmat.
Kata hikmat adalah Sofias dalam bahasa Yunani yang berarti hikmat atau kecerdasan. Hikmat yang demikian inilah yang diminta Salomo dari Allah sehingga dia mampu untuk menyelesaikan perkara dua orang perempuan sundal yang memperebutkan seorang anak (1Raja-raja 3:16-28). Yesus menubuatkan tentang penderitaan dan penganiayaan yang akan menimpa murid-muridNya sehingga Dia berkata Apabila kamu diperhadapkan kepada pemimpin-pemimpin jangan kuatir sebab Roh Kudus yang akan mengatakan perkataan-perkataan yang akan kamu ucapkan (Matius 10:28). Pada masa infansi gereja itu tentu hikmat atau kecerdasan untuk mengarahkan gereja itu sangat dibutuhkan terlebih apabila dilihat dari sisi para penolak-penolak kekristenan yaitu orang-orang Yahudi dan kafir. Tanpa mendapat hikmat dari Allah maka para rasul tidak akan dapat memberikan solusi pada masalah yang dihadapi oleh Jemaat abad pertama yaitu adanya sikap pandang rupa dalam memberikan kebajikan kepada janda-janda dengan melalaikan janda-janda keturunan Gerika (Kisah rasul 6).
2. Berkata-kata dengan Pengetahuan.
Kata pengetahuan dalam hal ini berasal dari kata Gnoseos (bahasa Yunani) yang dapat berarti pengetahuan atau mengingat-ingat. Roh Kudus memberikan kemampuan bagi orang percaya untuk mengingat perkara-perkara yang telah dikatakan oleh Yesus pada saat bersama-sama dengan mereka. Hal itu sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh Yesus yang akan dilakukan Roh Kudus apabila Roh Kudus turun (Yohanes 14:26) “...... ialah akan mengajarkan kepadamu segala perkara itu dan akan mengingatkan kamu segala sesuatu yang Aku sudah katakan kepadamu.” Allah tidak ingin agar FirmanNya itu dilupakan begitu saja melainkan Dia menginginkan agar firmanNya itu tetap disimpan didalam hati setiap orang yang percaya (Kolose 3:16-17).
3. Karunia untuk Menyembuhkan.
Dalam Kisah Rasul 3, Lukas menuliskan penyembuhan seorang timpang yang dilakukan Petrus dan Yohanes pada pintu gerbang Bait Allah yang bernama Pintu Elok. Dalam ayat 6 Petrus berkata agar didalam nama Yesus orang tersebut dapat berjalan. Selanjutnya didalam ayat 7 dikatakan seketika (segera) itu juga dia berjalan dan tidak hanya itu saja melainkan dia juga meloncat sebagai tanda bahwa dia sembuh total. Petrus tidak harus teriak-teriak didalam nama Yesus lalu kelumpuhan itu berangsur-angsur pulih seperti yang dilakukan semua orang-orang yang mengatakan dirinya dapat melakukan penyembuhan. Karunia penyembuhan bukan semata-mata bertujuan untuk menyembuhkan orang-orang sakit. Karena jikalau demikian Paulus selayaknya telah menyembuhkan Teropimus yang ditinggalkan dalam keadaan sakit di Miletus (2 Timotius 4:20). Mengapa dia tidak menyembuhkan padahal dia dapat menyembuhkan bermacam-macam penyakit? Karena karunia penyembuhan itu bukan menjadi tanda kepada orang percaya melainkan kepada orang yang tidak percaya.
4. Karunia Iman.
Karunia iman ini ditujukan kepada cara bagaimana seseorang itu percaya yaitu dengan mendengarkan firman Allah (Roma10:17) tentunya firman yang disampaikan langsung oleh Roh Kudus terhadap seseorang. Dalam tulisannya Paulus berkata “Roh Kudus berkata” (1 Timotius 4:1 ; Ibrani 3:7). Ini berarti bahwa adakalanya Roh Kudus berbicara langsung terhadap seseorang Kristen yang menjadikan iman orang itu semakin bertambah.
5. Karunia Mengadakan Mujizat.
Dalam teks ini kata mujizat berasal dari kata Yunani yaitu Dunaneon yang berarti kuasa atau kekuatan. Kata dunaneon ini biasanya ditujukan kepada ledakan yang maha dasyat tetapi juga ditujukan kepada suatu tindakan yang maha menakjubkan karena bersifat diluar kekuatan normal (supranatural). Kekuatan yang demikian hanya dimiliki oleh Allah. Nikodemus percaya kepada Sabda Kristus sesudah dia melihat mujizat (Yohanes 3:1, 2). Simon tukang sihir juga percaya kepada Pilipus sesudah dia melihat mujizat (Kisah Rasul 8:13).
6. Karunia bernubuat.
Dalam teks ini kata bernubuat adalah Propheteia yang berarti; 1. Menyatakan hal-hal yang pasti akan terjadi pada hari yang akan datang. 2. Ditujukan untuk mengajar. Dalam teks ini arti bernubuat cenderung ditujukan kepada tindakan seseorang yang mengajarkan firman Allah sesuai dengan apa yang dinyatakan Roh Kudus kepadanya. Hal itu dengan jelas digambarkan Paulus dalam 1 Korintus 4:4, 29-31.
7. Karunia untuk Membedakan Roh.
Karunia seperti ini ditujukan kepada karunia yang dimiliki seseorang untuk membedakan pengajaran. Dalam 1 Yohanes 4:1, 2 Yohanes menasehatkan orang Kristen abad pertama untuk menguji roh (pengajaran), tentu mereka harus mendapat karunia Roh agar dapat melakukannya.
8. Karunia Bahasa Roh.
Ditujukan kepada kemampuan seseorang berbicara dalam bahasa asing yang tidak pernah dipelajari sebelumnya. Hal itu dikaruniakan Roh Kudus kepada orang-orang tertentu agar pemberitaan injil itu tidak terkendala hanya karena bahasa. Contoh yang tepat untuk ini terdapat pada Kisah Rasul 2:1-8.
9. Karunia untuk mengartikan Bahasa Roh.
Ditujukan kepada karunia yang dimiliki seseorang untuk mengartikan maksud firman Allah yang disampaikan oleh seseorang yang mendapatkan karunia bahasa Roh dan bukan berarti menterjemahkan.
2. Tujuan Karunia Roh Kudus
Karunia-Karunia Roh Kudus diberikan oleh Roh Kudus dengan tujuan tertentu, dan tujuan itu dapat dibagi dalam tiga bagian besar yaitu:
1. Untuk meneguhkan firman Allah.
Objek pemberitaan firman Allah yang memerlukan karunia Roh ini adalah orang-orang yang tidak percaya. Jikalau mereka sudah melihat sesuatu yang menakjubkan diluar dari kemampuan manusia (kekuatan supranatural) maka umumnya mereka akan percaya. Nikodemus percaya kepada Yesus Kristus sesudah melihat mujizat yang dilakukan oleh Yesus (Yohanes 3:1, 2). Dalam Markus 16:15-20 Yesus menyuruh murid-muridNya untuk memberitakan Injil. Yesus mengetahui bahwa pemberitaan itu akan kurang mendapat respon apabila tidak disertai tanda-tanda ajaib, Itulah sebabnya dalam ayat 20 dikatakan bahwa tanda-tanda ajaib itu meneguhkan pemberitaan mereka. Hasil yang pertama dari pemberitaan yang disertai dengan mujizat terdapat dalam Kisah Rasul 2:1-41, yaitu dibaptiskannya kira-kira 3000 orang yang percaya setelah mereka melihat mujizat Allah.
2. Bertujuan untuk meneguhkan Sidang Jemaat (1 Korintus 14:2).
Paulus berkata dalam Roma 10:17 bahwa iman itu timbul oleh sebab mendengar Firman Allah yang dilakukan Allah dengan memberikan karunia Roh Kudus yaitu bernubuat (mengajar) firman Allah. Sebagai hasil pengajaran itu Sidang Jemaat akan semakin teguh didalam iman. Sebaliknya jikalau Roh Kudus tidak memberikan karunia bernubuat kepada seseorang dari anggota jemaat, maka pengajaranpun tidak ada dan sebagai akibatnya iman atau keyakinan Jemaat itupun jadi rapuh dan mengarah kepada gaya hidup duniawi serta mengikuti ajaran-ajaran yang kontradiksi dengan firman Allah.
3. Bertujuan untuk meneguhkan individu.
Allah sangat peduli terhadap perorangan maupun kelompok. Untuk meneguhkan iman seseorang itu Roh Kudus mengaruniakan: Iman - tentu melalui perkataan yang dikatakan langsung oleh Roh Kudus itu kepada yang bersangkutan. Paulus mendengar Roh Kudus berbicara kepadanya secara langsung, 1 Timotius 4:1, “.... Roh Kudus berkata dengan jelasnya ....” Hal ini tentu akan menjadi nilai plus bagi seseorang yang mengalami hal yang demikian yang kemudian akan menjadikan imannya semakin kuat.
3. Cara Untuk Menerima Karunia Roh Kudus
Dalam Alkitab Perjanjian Baru kita mendapat informasi bahwa ada dua cara untuk menerima karunia-karunia Roh itu. Yang pertama adalah melalui baptisan Roh Kudus. Sebelum kenaikanNya ke surga, Yesus telah berpesan kepada rasul-rasul itu agar tidak meninggalkan Yerusalem karena mereka akan menerima janji Allah, dimana Yohanes membaptiskan dengan air tetapi mereka akan dibaptis dengan Roh Kudus (Lukas 4:48; Matius 3:11; Kisah Rasul 1:4, 5). Selanjutnya dalam Kisah Rasul pasal dua dinyatakan bahwa pada hari raya Pentakosta yang pertama sesudah kebangkitan Kristus, rasul-rasul dipenuhi dengan Roh Kudus yang memenuhi tempat mereka berhimpun yang turun menyerupai lidah api. Sebagai hasilnya rasul-rasul penuh dengan Roh Kudus (baptisan Roh Kudus) dan mendapat salah satu karunia Roh yaitu berkata-kata dalam bahasa lain. Hal yang sama juga dialami oleh keluarga Kornelius. Ketika Petrus menyampaikan Firman Allah, Roh Kudus turun ke atas sekalian orang yang mendengar (Kornelius dan kaum keluarganya) (Kisah Rasul 10:24), persis seperti yang terjadi pada Kisah Rasul 2:1-4. "Dapatkah seorang menegahkan air itu daripada membaptiskan orang yang sudah menerima Roh Kudus sama seperti kami ini?" (Kisah Rasul 10:47). Sebagai konsekuensi kejadian tersebut, keluarga Kornelius berbicara di dalam berbagai-bagai bahasa sehingga orang-orang yang datang dengan Petrus-pun heran dan berkata bahwa Allah-pun mencurahkan RohNya kepada orang kafir yang juga adalah penggenapan nubuatannya di dalam Yoel 2:28-30.
Kemudian cara yang ke-dua adalah dengan penumpangan tangan rasul. Orang-orang yang mendapat tumpangan tangan rasul akan mendapat karunia Roh Kudus. Tentu penumpangan itu bukan atas kemauan rasul itu sendiri melainkan Roh Kudus, “Tetapi sekaliannya itu dikerjakan oleh Roh yang Satu itu juga dengan membahagi-bahagi kepada masing-masing, sebagaimana kehendak-Nya” (1 Korintus 12:11).
Contohnya: (1) Kisah Rasul 6:1-5, salah satu dari tujuh saudara yang dipilih itu melakukan tanda-tanda mujizat di Samaria sebagai konsekuensi tumpangan tangan rasul. (2) Kisah Rasul 19:1-7, orang Kristen di Efesus mendapat tumpangan tangan dari Paulus dan mereka bernubuat dan berkata-kata dalam berbagai bahasa.
Orang-orang yang mendapat tumpangan tangan rasul tidak dapat menumpangkan tangan ke atas orang lain sehingga orang tersebut mendapat karunia Roh. Hal itu menjadi penyebab sehingga Petrus dan Yohanes harus turun ke Samaria untuk menumpangkan tangan ke atas orang-orang yang telah dibaptis pada waktu mendengarkan khotbah Pilipus yaitu salah seorang diantara tujuh orang yang mendapat tumpangan tangan dari rasul pada Kisah Rasul 6. Sesudah semua rasul dan orang-orang yang mendapat tumpangan tangan dari rasul meninggal, maka karunia-karunia Roh berhenti.
4. Jangka waktu (durasi) berlakunya Karunia Roh Kudus
Satu hal yang perlu kita ingat bila kita berbicara tentang masa berlakunya karunia-karunia Roh Kudus yaitu bahwa Allah selalu merencanakan pekerjaanNya dengan teratur. Maksudnya ialah bahwa dalam pekerjaanNya Dia telah menetapkan; (1) Kapan pekerjaan itu dimulai; (2) Bagaimana memulai; (3) Apa yang dibutuhkan (diperlukan) untuk memulai dan menindak-lanjuti; (4) Berapa dan apa harga yang harus dibayar; (5) Berapa-lama pekerjaan itu akan berlangsung. Semua hal-hal di atas dapat dikaji dengan jelas dan nyata di dalam penciptaan alam semesta, dimulai pada hari pertama dan berakhir pada hari ke-enam, selanjutnya kesinambungan kehidupan di dalam alam semesta terjadi secara alami. Contoh yang lain adalah dalam pemberian hukum. Pada mulanya Allah memberikan hukumNya kepada kepala-kepala keluarga yang dikenal dengan zaman Bapa-bapa (zaman Patriakh). Zaman (periode) ini berakhir pada zaman Yakub (hukum tersebut mengikat non Yahudi ketika Allah memberikan hukum Taurat bagi orang Yahudi melalui Musa) di gunung Sinai. Hukum inilah yang dilakukan oleh Kornelius (Kisah Rasul 10) sehingga doa dan amal serta rasa takutnya kepada Allah diperkenankan Allah. Dalam hal ini pada waktu Allah memberikan hukumNya kepada bangsa Israel (Yahudi) maka non Yahudi diikat oleh hukum yang diberikan pada zaman Bapa-bapa, tetapi ini hanya untuk periode tertentu, yang kita tahu bahwa kedua hukum itu berakhir pada waktu Yesus disalibkan (Efesus 2:15, 16) dan kemudian lahirlah hukum yang baru yaitu hukum Kristus (Galatia 3:27, 28; 1 Korintus 9:28, “.... aku takluk dibawah hukum Kristus ....”).
Hukum Taurat sudah berakhir dan tidak lagi mengikat manusia, dimulai pada hari Pentakosta yang pertama sesudah kebangkitan Kristus (hukum Taurat itu hanya bersifat sementara, Galatia 3:23-25). Jikalau hukum Taurat itu masih mengikat dan dapat menyelamatkan manusia, mengapa Paulus yang dahulu disebut Saul meninggalkan ritual-ritual yang diperintahkan di dalam hukum Taurat dan dibaptiskan untuk jalan keampunan dosa yang tidak pernah diperintahkan didalam hukum Taurat? Karena periode hukum Taurat dan prinsip yang diberikan pada zaman Bapa-bapa sudah berakhir maka siapa saja yang mencoba untuk mendapatkan (mencari) keselamatan melalui salah satu hukum tersebut tidak mendapat bagian di dalam pengorbanan Kristus (Galatia 4:4, 5; Kisah Rasul 17:30).
Rasul-rasul dan Sidang jemaat bertangung-jawab untuk memberitakan Injil itu yang merupakan kuasa Allah untuk menyelamatkan manusia (Efesus 3:10; Kisah Rasul 8:3, 4; Roma 1:16). Yesus mengetahui batas kemampuan murid-muridNya dalam mengemban misi ini, yaitu kemampuan untuk mengingat segala perkataan yang dikatakan Yesus dan juga ketidak-yakinan orang-orang yang mendengarkan pengajaran Injil itu. Untuk mengantisipasi hal ini Yesus berjanji bahwa Bapa akan mengutus Roh Kudus untuk mengajarkan dan mengingatkan segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Yesus kepada mereka (Yohanes 14:26), tentu dengan memberikan karunia-karunia Roh. Tetapi sistim itu hanya bersifat temporer (sementara). Paulus berkata di dalam 1 Korintus 13:8-10 bahwa:
1. Kasih tiada berkesudahan tetapi nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti dan pengetahuan akan lenyap.
2. Tiga jenis karunia Roh di atas merupakan wakil dari enam karunia Roh lainnya yang di dalam istilah Theologia disebut Sinokdoke. Hal itu berarti jikalau satu saja berakhir dari karunia Roh itu, maka yang lainpun ikut berakhir.
3. Paulus menyatakan alasan mengapa karunia-karunia Roh itu berlaku - yaitu karena pengetahuan mereka tidak lengkap dan nubuat (pengajaran) mereka tidak sempurna. Paulus mengatakan ke dua hal di atas tidak sempurna adalah karena ditujukan kepada metode untuk mendapatkan pengetahuan dan untuk usaha menyampaikan pengajaran - dimana mereka tergantung dengan ilham atau karunia Roh Kudus itu. Sekalipun mereka berhasrat untuk memberitakan tetapi jikalau mereka tidak mendapat ilham, maka mereka tidak berbuat apa-apa, “.... Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya” (1 Korintus 12:11). Dan di dalam 1 Korintus 14:1-31 dengan jelas Paulus mengatakan kepada kita bahwa karunia itu diberikan kepada seseorang tentu sesuai dengan keinginan dan kualitas kehidupan rohani seseorang.
4. Paulus mengatakan waktu berakhirnya karunia Roh itu yaitu apabila yang sempurna itu tiba. Kata sempurna di dalam teksnya di dalam bahasa Yunani yaitu to teleion - yaitu sebuah kata benda yang berjenis kelamin netral. Alkitab berada di dalam jenis kelamin yang sama, jadi kemungkinannya adalah apabila kitab itu sudah sempurna atau sudah lengkap dan tertulis yang dapat dipakai sebagai kanon pengajaran dan prilaku (aksi) maka karunia-karunia Roh Kudus itu tidak lagi berlaku. Barang siapa yang mengaku bahwa dia mendapat salah satu karunia Roh itu, maka dia hanya berupaya untuk menipu orang (2 Tesalonika 2:8, pengajar palsu datang dengan tanda-tanda mujizat palsu), yang harus berteriak-teriak sampai parau agar orang lumpuh bisa perlahan-lahan berdiri lalu lumpuh lagi yang sangat berbeda dengan mujizat Allah lewat Petrus hambaNya (Kisah Rasul 3:1-8). Petrus hanya berbicara serta menegakkan dia berdiri dan yang lumpuh itupun berdirilah dan meloncat-loncat pada saat Petrus berkata berdiri dan tidak lumpuh lagi serta mengikut Petrus dan Yohanes.
Kesimpulan
Sebelum bayi berjalan dengan kedua kakinya, dia merangkak dengan bantuan ke-dua tangannya. Tetapi apabila dia sehat dan bertumbuh dengan baik jadilah dia balita. Dia tidak mempergunakan tangannya lagi untuk merangkak melainkan dengan gagahnya dia berlari kian kemari dengan kedua kakinya. Roh Kudus menjadi pembimbing bagi orang Kristen pada abad pertama pada masa infansi gereja itu dengan cara melengkapi gereja itu dengan berbagai-bagai karunia sesuai dengan yang Dia inginkan. Walau demikian Roh Kudus dalam waktu yang bersamaan juga mengilhami orang-orang tertentu untuk menuliskan firman Allah yang selanjutnya akan dipakaiNya sebagai sarana untuk membimbing orang Kristen. Karunia-karunia Roh Kudus hanya bersifat temporer dan bukan untuk selama-lamanya, yang berakhir ketika firman Allah itu sudah tertulis dengan sempurnanya dan orang-orang yang mendapat tumpangan rasul itu meninggal dunia.
Pustaka acuan:
1. Barclay M. Newman Jr., Kamus Yunani-Indonesia, P.T. BPK. Gunung Mulia
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi II 1991, Balai Pustaka.
3. Kurt Aland, Matthew Black, The Greek New Testament, edisi III, 1983, United Bible Sociaties
ITT - Sabtu, 30 Mei 2010