1:1 Dari Yudas, hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus, kepada mereka, yang terpanggil, yang dikasihi dalam Allah Bapa, dan yang dipelihara untuk Yesus Kristus.
1:2 Rahmat, damai sejahtera dan kasih kiranya melimpahi kamu.
1:3 Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus.
1:4 Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.
PENULIS SURAT
Penulis memperkenalkan dirinya sebagai ‘Yudas, hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus yang juga adalah saudara Yesus (Lukas 6:16, KPR 1:13, Mat.13:55, Mark. 6:3). Memang ada pertanyaan yang muncul ketika memastikan bahwa penulis surat ini adalah Rasul Yudas saudara Rasul Yakobus yang juga adalah saudara Yesus. Pertanyaan itu adalah: Mengapa Yudas tidak menyebut dirinya Rasul dan saudara Yesus melainkan hamba Yesus Kristus? Jawabannya: hampir setiap rasul yang menulis dalam PB menyebut dirinya sebagai ‘hamba Yesus Kristus’ (misalnya. Paulus dalam Roma 1:1, Fil. 1:1, Titus 1:1). Bahkan Rasul Yakobus yang adalah saudara Yudas dan juga saudara Yesus, menyebut dirinya demikian (Yakobus 1:1).
TEMA/TUJUAN SURAT
Tema: Hadapi Guru-Guru “kristen” Palsu dan Para Pengikut “kristen” Palsu. Surat ini merupakan peringatan kepada gereja kristen terhadap kehadiran ajaran dan para pengajar sesat yang menyusup ke dalam gereja (ayat 3-4).
TAHUN PENULISAN: 60-65 AD
EKSPOSISI
I. MAKNA MENJADI SEORANG KRISTEN (ayat 1,2)
Dari cara Yudas memperkenalkan dirinya kita mendapati 2 hal penting yang menyingkapkan pribadinya:
Pertama, Yudas adalah seorang yang puas dengan tempatnya yang ‘kedua’. Ia hampir2 tidak seterkenal Yakobus, dan ia puas untuk dikenal sebagai saudara Yakobus. Posisinya mirip dengan Andreas, yang tidak seterkenal saudaranya, Simon Petrus. Mereka bisa saja marah, iri, dengki dengan saudara2 mereka yang terkenal itu, namun mereka sangat menyadari anugerah Tuhan sehingga mereka dengan senang menerima kedudukan yang kedua.
Kedua, satu-satunya gelar kehormatan yang mau ia gunakan adalah “hamba Yesus Kristus”. Bahasa Yunani yang digunakan untuk kata hamba disini adalah ‘doulos’ yang berarti ‘budak’, suatu kata yang lebih rendah dari kata hamba. Dengan kata lain ia hendak mengatakan bahwa kemuliaan terbesar dalam hidup ini adalah kehidupan yang senantiasa melayani Yesus.
Itulah sebabnya dalam bagian ini, ia menggunakan 3 kata untuk melukiskan siapakah orang2 kristen itu:
a. Orang2 kristen adalah mereka yang dipanggil oleh Allah. Ia menggunakan kata “kalein” yang memiliki 3 arti luas: pertama, memangil seseorang kepada suatu jabatan, kepada suatu kewajiban, dan kepada suatu tanggungjawab. Setiap orang Kristen dipanggil kepada suatu jabatan, kewajiban dan tanggungjawab untuk melayani Kristus. Kedua, memanggil seseorang kepada suatu pesta atau festival. Orang Kristen adalah orang yang dipanggil pada kegembiraan memenuhi undangan Allah. Ketiga, memanggil seseorang ke pengadilan. Orang Kristen pada akhirnya akan dipanggil menghadap tahta pengadilan Kristus untuk mempertanggunjawabkan kehidupan imannya.
b. Orang2 kristen adalah mereka yang dikasihi Allah. Allah memanggil seorang Kristen untuk dikasih-Nya dan untuk mengasihi Dia. Bila seseorang dipanggil kepada suatu tugas, maka tugas itu bukanlah beban melainkan sebuah kehormatan. Bila seseorang dipanggil pada pelayanan, maka itu adalah persekutuan bukan kekuasaan. Bila kita dipanggil ke tahta pengadilan Kristus, itu bukanlah lagi hukuman melainkan kasih dan keadilannya yang akan kita terima.
c. Orang2 kristen adalah mereka yang dipelihara Allah. Seorang Kristen tidak pernah dibiarkan sendirian oleh Allah. Kristus senantiasa mengawal kehidupannya dan menjadi teman seperjalanan.
Untuk direnungkan:
1. Bagaimanakah cara kita memandang diri kita pada saat ini dihadapan Kristus?
2. Bagaimana kita memandang orang yang “lebih” dari kita?
3. Apakah tiga arti menjadi Kristen telah sungguh2 kita alami pada saat ini?
II. PERTAHANKANLAH DAN MURNIKANLAH IMANMU! (ayat 3)
Yudas menyadari betul tugasnya sebagai penjaga kawanan domba Allah. Ketika ia melihat bahaya penyusupan ajaran sesat yang mengancam kehidupan iman umat percaya, ia tidak tinggal diam. Ia mengingatkan umat Tuhan untuk senantiasa menjaga iman mereka. Dalam ayat ini kita dapat menemukan kebenaran2 khusus mengenai iman yang kita pegang:
(i) Iman adalah sesuatu yang diberikan kepada kita. Kepercayaan kita kepada Kristus bukanlah merupakan sesuatu yang kita temukan atau usahakan sendiri, melainkan pemberian-Nya sebagai karunia bagi kita.
(ii) Iman adalah sesuatu yang sekali dan untuk selama-lamanya diberikan pada kita. Iman Kristen mengandung kualitas yang tidak berubah-ubah dari dulu sampai selamanya; yakni: Kristus datang kedalam dunia dan mati untuk membawa keselamatan bagi manusia berdosa yang percaya pada-Nya.
(iii) Iman Kristen adalah sesuatu yang dipercayakan kepada umat Allah yang sudah dikuduskan. Artinya: iman Kristen bukanlah hak milik dari seseorang, tetapi hak milik gereja. Ia datang ke dalam gereja, dipeliharakan dalam gereja, dan dipahami dalam gereja.
(iv) Iman Kristen adalah sesuatu yang harus dipertahankan. Setiap orang Kristen harus siap sedia membela imannya. Sangat menarik bahwa Yudas menggunakan kata “epagonizesthai” untuk kata membela/memperjuangkan iman dalam ayat ini. Kata Yunani ini mengandung akar kata dalam bahasa Inggris “agony” yang berarti kesengsaraan. Hal ini berarti setiap orang percaya diajak untuk senantiasa membela imannya meskipun harga yang harus dibayar untuk itu sangat mahal.
Untuk kita renungkan:
1. Iman Kristen tidak dapat dikompromikan dengan “kebenaran2 iman yang lain”.
2. Sudah seberapa jauhkah iman kristen telah menjadi nyata dalam kehidupan keluarga, pekerjaan, studi, lingkungan, dan pelayanan?
III. WASPADALAH TERHADAP PARA PENYESAT (ayat 4)
Ayat 4 merupakan peringatan yang sangat penting kepada gereja termasuk gereja Tuhan pada masa kini, agar waspada terhadap bahaya yang muncul dari dalam gereja itu sendiri. Gereja telah mengalami banyak penderitaan yang diakibatkan oleh orang2 tertentu yang menyusup masuk ke tengah2 umat Allah. Yudas menggunakan kata Yunani “pareisduein” untuk orang2 ini. Kata ini memiliki 2 arti: pertama, suatu upaya dari seorang pembela yang pintar yang mencoba untuk mempengaruhi pikiran hakim dan para juri dalam pengadilan. Kedua, menunjuk kepada seseorang yang sebenarnya telah terbuang secara hukum dalam suatu negeri, namun kemudian dengan diam2 menyelusup masuk kembali ke negeri yang telah membuangya itu. Catatan: paling sedikit ada 5 “guru” yang berpengaruh luas dalam kehidupan gereja pada zaman itu:
1. Simon dari Samaria (KPR 8:9-24) menyatakan diri sebagai titisan ilahi.
2. Menander (murid Simon dari Samaria), yang menjadi “guru” di Antiokhia.
3. Saturnius (“guru” di Antiokhia).
4. Cerinthus (“guru” di Asia kecil).
5. Marcion dari Pontus (pengusaha sukses perkapalan di Syria yang mengajarkan bahwa Allah dan Yesus itu tidak sempurna).
Yudas mengemukakan 2 karakteristik mereka:
1. Menyalahgunakan kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu. Sangat menarik bahwa Yudas menggunakan kata Yunani “aselges” (terjemahan LAI: melampiaskan hawa nafsu) memiliki pengertian ‘ketidaksopanan yang menyolok’. Dalam tata bahasa Yunani kata ini merupakan kata yang suram dan mengerikan. Hal ini berarti bahwa para penyesat ini adalah orang2 yang sama sekali tidak merasa malu untuk menunjukkan ketidaksopanan mereka, bahkan didepan umum. Mereka tidak lagi menghormati hukum atau aturan norma yang seharusnya ada dalam diri seorang kristiani. Mereka berbuat demikian karena mereka yakin anugerah Allah amat besar untuk menutupi banyak dosa. Makin banyak berdosa, makin banyak anugerah Allah yang akan di terima. Ini adalah bentuk pemahaman terhadap kasih karunia Allah yang bahkan orang paling gila sekalipun tidak pernah memiliki cara pandang demikian (atau lebih gila dari pada orang gila).
2. Menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita Yesus Kristus. Orang2 ini menyangkal keunikan dari pada Kristus. (1) mereka menyangkali keilahian-Nya: Yesus itu hanya nampak mempunyai tubuh, tetapi sebenarnya hanya sejenis hantu roh yang menyerupai manusia. (2) Yesus hanyalah salah satu dari tahap menuju kepada kesempurnaan yang tertinggi, yakni Allah (Bandingkan dengan Yohanes 14:6 !).
Yudas memperingatkan jemaat Tuhan terhadap beberapa contoh aktifitas orang2 semacam ini dalam kelanjutan suratnya di Alkitab:
- Ayat 5 (contoh dalam kehidupan Israel): ketidaktaatan dan tidak adanya rasa syukur atas kasih karunia Allah yang menyelamatkan bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir yang dinyatakan dengan sikap memberontak baik terhadap Allah maupun kepada para hamba-Nya (Musa dan Harun).
- Ayat 6 (contoh dalam kehidupan para malaikat yang jatuh): Malaikat adalah para pelayan Allah. Akan tetapi sebagian dari mereka (yakni 1/3 dari jumlah malaikat) di bawah pimpinan Lucifer (Bintang Timur, Putera Fajar), salah seorang malaikat utama, telah jatuh karena memberontak kepada kuasa Allah. Ia ingin menduduki tempat Allah (baca Yesaya 14:12-15).
- Ayat 7 (contoh dalam kehidupan masyarakat kafir zaman Abraham): Akibat mempraktekkan cara hidup seksual yang melanggar kodrat (praktek homoseksual), kota Sodom dan Gomora beserta seluruh isinya dihanguskan oleh Tuhan.
- Ayat 8, 9 (contoh di seputar peristiwa setelah kematian Musa): Iblis mengklaim bahwa jasad Musa adalah miliknya! Alasannya: Musa itu berdosa dan pernah membunuh. Dan karena itu jasadnya menjadi hak milik Iblis. Untuk hal ini, iblis tidak segan berselisih dan bertengkar dengan ‘mantan’ rekannya, Mikhael dan dengan begitu berani menentang Michael malaikat utama Allah yang mulia.
- Ayat 10 (contoh dalam kehidupan Kain, Bileam, dan Korah): Bagi orang Yahudi, Kain adalah seorang yang tidak percaya dan materialistis. Ia tidak percaya kepada Allah dan menolak norma2 yang berlaku. Ia melakukan segala sesuatu persis seperti yang ia kehendaki sendiri. Sedangkan Bileam adalah seorang yang rela berbuat dosa untuk mendapat keuntungan (Bilangan 22) dan bahkan ia juga rela menjadi jahat luarbiasa dengan mengajar orang lain berbuat dosa (Bilangan 25). Sementara Korah (Bilangan 16:1-35), adalah seorang pemberontak yang menginginkan hak kepemimpinan atas umat Israel. Ia menentang penahbisan anak2 Harun dan suku Lewi sebagai imam bangsa Israel.
Manifestasinya dalam zaman ini:
1. Kehidupan yang terperangkap dalam akibat buruk kehidupan yang serba glamour, hedonistic, mengumbar sensualitas dan seksualitas. Contoh: jangan heran penyanyi atau bintang film yang notabene Kristen dan memakai kalung salib besar di leher atau di telinga tidak segan2 seronok dan beradegan memalukan! Alkitab sebagai buku hukum iman sudah tidak lagi menjadi acuan.
2. Hancurnya fondasi iman yang benar melalui penyangkalan terhadap kebenaran2 etika hidup kristiani: Jangan heran kalau di gereja2 tertentu memberkati pernikahan para homoseksual, gay, dan lesbian (cf. Belanda, dan negara bagian Massachussets di USA!).
3. Sikap yang meremehkan gereja dan memandang rendah jabatan2 gerejawi yang ada.
4. Kehidupan Kristen yang menolak penggembalaan gerejawi. Membiarkan hidup berjalan seolah tanpa agama.
5. Sikap yang tidak bertanggungjawab terhadap kehadiran gereja di tengah dunia. Jangan heran jikalau gereja sudah tidak lagi mendatangkan keuntungan, maka gedung2nya yang semula ditahbiskan dalam nama Allah Tritunggal itu pada akhirnya menjadi kafe2, diskotik, toko, bahkan supermarket!
6. Sikap malas untuk belajar kebenaran Alkitab.
Untuk kita renungkan:
1. Tanpa kelahiran baru mustahil seseorang mengenal iman yang benar. Periksalah diri kita dan pastikan bahwa kita telah dilahir-barukan dalam Kristus.
2. Menaruh iman pada kekuatan logika, panca indera dan keinginan tubuh jasmani, materi adalah pintu masuk yang paling lemah yang dapat menggiring kepada kesesatan. Jadi berhati-hatilah!
IV. MENGHADAPI PARA PENYESAT DAN KORBAN2 MEREKA (ayat 17-23)
a. Selalu mengingat peringatan2 yang diberikan oleh Alkitab (17-18).
b. Meningkatkan kepekaan rohani terhadap manifestasi2 yang terlihat dalam kehidupan orang2 ini (ayat 19).
c. Sementara itu sebagai pengikut Kristus, kita harus terus berupaya membangun diri di atas iman yang benar (ayat 20).
d. Menguasai diri dalam segala pengharapan (ayat 21).
e. Menjadi pendamping rohani bagi mereka yang masih lemah (ayat 22). Biasanya orang2 yang baru percaya atau lambat dalam memahami kebenaran iman Kristen adalah mereka yang paling mudah untuk disesatkan.
f. Beritakan kebenaran, hiburkan, nasehati, kuatkan, ajak dan doakan mereka senantiasa. Mungkin ini akan membosankan dan melelahkan bahkan bias tanpa hasil, tetapi inilah makna n kristiani kita.
IV. BERKAT BAGI UMAT YANG SUNGGUH BERIMAN (AYAT 24-25).
Kesimpulan:
Bagaimana memberi kesimpulan praktis supaya jemaat mendapat gambaran jika sewaktu-waktu dikunjungi/bertemu penyesat?
1. Memperlengkapi diri dengan pengajaran yang benar dan sehat (ikuti proses pembelajaran dalam jemaat - jemaat harus menyediakan proses pembelajaran). Kalau di GBI ada SOM/KOM (Sekolah/Kehidupan Orentasi Melayani), maka di GPIB ada dan harus diadakan Pembinaan Warga jemaat secara berkelanjutan dan reguler. Kita harus melihat pentingnya pembelajaran secara sistematis (Ef 4:12-15). para perangkat pelayanan dan jemaat harus/wajib mengisi diri dengan pengetahuan dan pengertian alkitab serta penafsiran alkitab yang baik, benar dan pantas.
2. Menguji setiap roh dengan cara melihat buahnya (1 Yoh 4:1).
3. Jangan meninggalkan persekutuan-persekutuan orang percaya, masuk dalam komunitas kecil, di GPIB Bethania Makassar dikenal dengan K3 (Ibr 10:25).
4. TOLAK tegas semua pengajaran sesat, tetapi terima orangnya dengan kasih Kristus. Ingatlah bahwa kita semua perlu mendengar Injil yang benar dan kita adalah saksi-saksi Kristus. Allah menghendaki semua orang bertobat dan diselamatkan (1 Tim 2:4; 2 Ptr 3:9), bahkan para penyesat.
5. Bagi yang merasa belum memiliki kemampuan untuk berdiskusi dengan pengajar sesat, JANGAN memberi kesempatan diskusi. Tetapi tetaplah bersikap santun (1 Ptr 3:15).
ITT – 11 Juni 2010 – Ibadah PKB SP3 di Bpk.J.Manuhutu