2:19 Berkatalah penduduk kota itu kepada Elisa: "Cobalah lihat! Letaknya kota ini baik, seperti tuanku lihat, tetapi airnya tidak baik dan di negeri ini sering ada keguguran bayi."
2:20 Jawabnya: "Ambillah sebuah pinggan baru bagiku dan taruhlah garam ke dalamnya." Maka mereka membawa pinggan itu kepadanya.
2:21 Kemudian pergilah ia ke mata air mereka dan melemparkan garam itu ke dalamnya serta berkata: "Beginilah firman TUHAN: Telah Kusehatkan air ini, maka tidak akan terjadi lagi olehnya kematian atau keguguran bayi."
2:22 Demikianlah air itu menjadi sehat sampai hari ini sesuai dengan firman yang telah disampaikan Elisa.
Mujizat penyehatan air (ay 19-22).
1) Ini terjadi di kota Yerikho.
Kata-kata ‘kota itu’ dalam ay 19 menunjuk pada kota Yerikho yang dibicarakan dalam ay 18nya.
Kota ini dihancurkan dan dikutuk pada jaman Yosua (Yos 6:26 = Pada waktu itu bersumpahlah Yosua, katanya: "Terkutuklah di hadapan TUHAN orang yang bangkit untuk membangun kembali kota Yerikho ini; dengan membayarkan nyawa anaknya yang sulung ia akan meletakkan dasar kota itu dan dengan membayarkan nyawa anaknya yang bungsu ia akan memasang pintu gerbangnya!"), tetapi lalu dibangun kembali oleh Hiel pada jaman Ahab, dengan mengorbankan anak sulung dan anak bungsunya (1Raja 16:34 = Pada zamannya itu Hiel, orang Betel, membangun kembali Yerikho. Dengan membayarkan nyawa Abiram, anaknya yang sulung, ia meletakkan dasar kota itu, dan dengan membayarkan nyawa Segub, anaknya yang bungsu, ia memasang pintu gerbangnya, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Yosua bin Nun.).
Selanjutnya ay 19 mengatakan: ‘Letaknya kota ini baik’.
Kota ini terletak pada suatu dataran yang luas, yang dilalui sebuah sungai, banyak pohon kormanya (Ul 34:3 = ….. lembah Yerikho, kota pohon korma itu …..).
2) Problem di kota Yerikho itu.
Ay 19: ‘airnya tidak baik dan di negeri ini sering ada keguguran bayi’.
Jadi problem kota Yerikho pada saat itu adalah air yang jelek, yang mengakibatkan tanah yang tandus dan tak berbuah dan bahkan menyebabkan kematian.
3) Cara Elisa menyehatkan air di kota Yerikho (ay 20-22).
a) Elisa melemparkan garam ke mata air, dan airnya lalu menjadi sehat (ay 20-21). Garam seharusnya justru merusak air dan tanah. Ia sengaja menggunakan garam untuk menunjukkan bahwa semua itu merupakan mujizat dari Tuhan. Bandingkan dengan Yesus yang menyembuhkan mata orang buta dengan tanah dan air liur (Yoh 9:6), padahal sebetulnya orang yang tidak butapun akan ‘menjadi buta’ kalau matanya diberi tanah.
b) Dari ay 22 terlihat bahwa yang dihasilkan bukan hanya manfaat yang bersifat sementara tetapi manfaat yang menetap (Demikianlah air itu menjadi sehat sampai hari ini sesuai dengan firman yang telah disampaikan Elisa).
Konteks Masa Kini
Alkitab menyebut orang percaya, antara lain, sebagai garam dunia (Matius 5:13). Bercakupan dunia – dengan kata lain, orang percaya tidak boleh puas hanya dengan berkutat dalam habitat rohaninya, namun mesti berani melangkah ke luar dan memberi dampak pada dunia sekitarnya.
Garam memiliki sejumlah karakteristik yang menggambarkan bagaimana seharusnya pengaruh umat percaya terhadap kehidupan dunia sekitarnya.
Garam biasanya digunakan sebagai penyedap rasa. = Orang percaya seharusnya menegakkan kesadaran moral, sehingga dalam aspek kehidupan, dapat dirasakan adanya pengaruh dari cara-cara Allah.
Misalnya, bila digunakan untuk menggarami buah anggur, garam membuat buah itu terasa manis. = Orang percaya seharusnya dapat pula memaniskan kepahitan hati orang-orang yang merasa berdukacita, tertindas dan tersingkir.
Garam dapat digunakan untuk mematikan rumput-rumput liar yang tumbuh pada retakan jalan setapak. = Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di lingkungan sekitar kita seharusnya dapat dilenyapkan oleh pengaruh umat Tuhan.
Garam dapat melembutkan es. = Kita seharusnya dapat “mencairkan” kebekuan hati orang-orang yang mengeraskan diri dan menentang kebenaran Allah.
Dan garam dapat mengawetkan makanan atau membuatnya tidak segera membusuk. = Orang-orang Kristen seharusnya juga mempunyai pengaruh yang melindungi lingkungan tepat ia berada dari kemerosotan dan kebejatan moral.
Kesimpulan:
Dari bacaan di atas yang mengisahkan mujizat pertama yang dilakukan nabi Elisa, kita boleh menyimpulkan bahwa:
1. Tuhan senantiasa menyertai nabi yang menyuarakan perintahNya, demikian pula Tuhan menyertai kita sebagai orang percaya yang telah diselamatkan Kristus.
Penyertaan Tuhan menyebabkan Nabi Elisa dapat menyelesaikan persoalan dimana ia berada, demikian pula, dimanapun kita berada, dengan pertolongan Tuhan, kita pasti dapat menyelesaikan berbagai problem kehidupan yang muncul dalam kehidupan kita, khususnya sebagai Imam dalam rumah-tangga kita masing-masing.
2. Cara nabi Elisa menyelesaikan persoalan, adalah dengan cara Allah, bukan dengan cara manusia, dengan demikian, sebagai pengikut Kristus, kita juga harus menyelesaikan masalah kehidupan kita atau di sekitar kita dengan cara Kristus, bukan dengan cara kita, lakukanlah cara Kristus, dan kita akan menuai mujizat!
3. Jadilah Garam Dunia dan mulailah dengan dunia dimana kita berada, yaitu rumah-tangga kita, niscaya dengan mulai melakukan hal-hal kecil dari konteks yang paling kecil maka seperti dikatakan dalam Matius 25:21: Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu – maka kita akan dapat melakukan perkara-perkara besar dan menetap seperti yang nabi Elisa lakukan. – AMIN.
ITT - 7 maret 2008 - Khotbah pada Ibadah BPK-PKB SP4 di Bpk.Nangkah