(Sesuai SBU - Rabu, 10 Juli 2013)
14:1 Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri.
14:2 Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi orang yang sesat jalannya, menghina Dia.
14:3 Di dalam mulut orang bodoh ada rotan untuk punggungnya, tetapi orang bijak dipelihara oleh bibirnya.
14:4 Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada gandum, tetapi dengan kekuatan sapi banyaklah hasil.
14:5 Saksi yang setia tidak berbohong, tetapi siapa menyembur-nyemburkan kebohongan, adalah saksi dusta.
14:6 Si pencemooh mencari hikmat, tetapi sia-sia, sedangkan bagi orang berpengertian, pengetahuan mudah diperoleh.
14:7 Jauhilah orang bebal, karena pengetahuan tidak kaudapati dari bibirnya.
14:8 Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya.
14:9 Orang bodoh mencemoohkan korban tebusan, tetapi orang jujur saling menunjukkan kebaikan.
14:10 Hati mengenal kepedihannya sendiri, dan orang lain tidak dapat turut merasakan kesenangannya.
Pengantar Kitab Amsal
Judul
Dalam kitab orang Yahudi diberi judul “Mishele Shelomo” artinya Amsal Salomo (1:1). Amsal memperoleh nama dari isinya, yakni pepatah atau peribahasa yang menyampaikan kebenaran dengan cara perbandingan. Kata ‘amsal’ (Ibrani: masyal) artinya melambangkan, menyerupai, misal, perumpamaan, dan juga dapat berarti paralel, serupa atau perbandingan.
Tema
Hidup takut akan Tuhan. Kitab Amsal digolongkan kitab hikmat. Amsal adalah pengajaran moral dan spiritual tentang bagaimana sikap hidup setiap hari. Amsal merupakan ucapan hikmat dari guru-guru yang mengetahui hukum Allah dan ingin menerapkan prinsip-prinsipnya pada segala aspek.
Penulis/Penulisan
1. Salomo. Nama Salomo disebutkan sebagai penulis pasal 1 – 24 (1:1, 10:1) dan juga pasal 25 – 29 yang dikumpulkan Hizkia (25:1). Dia adalah seorang yang luar biasa kebijaksanaannya (I Raj. 3:9, 4:29-34). Alkitab mencatat bahwa Salomo menggubah 3000 amsal dan 1005 nyanyian. Tentang amsal yang dikumpulkan Hizkia, itu terjadi pada masa ia memulihkan pelayanan Bait Suci (II Taw. 29:25-30).
2. Orang-orang Bijak, disebutkan sebagai pengarang (22:17, 24:23). Sepert umumnya bangsa-bangsa Timur, Israel masa PL yang dipimpin oleh Hakim maupun Raja, pelayanan mereka didukung oleh Imam, Nabi, Pemimpin Suku, Ahli Sejarah, Penyanyi dan Orang bijak. Orang bijak bertugas menasihati raja dalam segala hal yang dibutuhkannya. Pada zaman nabi Yeremia, orang bijak itu mempunyai kedudukan yang sejajar dengan Imam dan Nabi, ketiganya sebagai saluran pengetahuan dari Allah (Yer.18:18).
3. Agur, penulis pasal 30. Dia adalah anak dari Yake dari Masa. Masa adalah sebuah suku orang Arab, keturunan Abraham dari cabang Ismael (Kej. 25:12-14, bnd. Kel. 17:1-7). Memang suku-suku Timur terkenal dalam hal hikmat, hanya tidak melebihi hikmat Salomo (I Raj. 4:30).
4. Lemuel, penulis pasal 31:1-9. Lemuel adalah raja Masa. Amsal singkat ini adalah nasihat yang bijaksana dari ibunya untuk mempersiapkan dia menjadi raja yang bijaksana.
5. Anonim, untuk pasal 31:10-31 yang merupakan sebuah puisi akrostik (menurut abjad), tentang karakteristik isteri yang cakap.
Dari Amsal 25:1, jelaslah bahwa kitab Amsal tidak mungkin dikumpulkan menjadi satu sebelum masa raja Hizkia (715 – 686 SM). Kemungkinan besar kitab Amsal disunting selama pemerintahan Hizkia, walaupun kebanyakan isinya sudah jauh lebih tua. Yang diketahui adalah bahwa kitab Amsal sudah menjadi tetap dalam bentuknya yang sekarang ini, sebelum zaman Ben Sira (seorang ahli sejarah Yahudi) yang menulis kira-kira tahun 180 SM.
Tujuan
Tujuan umum dari seluruh amsal adalah hiduplah takut akan Tuhan. Hilangnya rasa takut akan Tuhan menuju kepada kebebalan hidup tanpa kendali. Jadi tujuan Amsal adalah memberi petunjuk bagaimana melakoni hidup yang sukses dengan memberikan ilustrasi, baik secara positif maupun negatif.
Tujuan khusus yang mengacu pada kitab ini ditunjukkan pada awal kitab ini di Ams 1:2-6 (1:2 untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna, 1:3 untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, 1:4 untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda -- 1:5 baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan -- 1:6 untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak.)
Susunan Kitab
1. Pasal 1:1-7 = Pendahuluan
2. Pasal 1:8-9:18 = Ajaran tentang hikmat
3. Pasal 10:1–22:16 = Kumpulan amsal Salomo yang pertama
4. Pasal 22:17–24:34 = Perkataan-perkataan orang bijak
5. Pasal 25 – 29 = Kumpulan amsal Salomo yang kedua
6. Pasal 30 = Perkataan-perkataan Agur
7. Pasal 31:1-9 = Perkataan-perkataan Ibu Lemuel
8. Pasal 31:10-31 = Lampiran: Isteri yang cakap
2. Pasal 1:8-9:18 = Ajaran tentang hikmat
3. Pasal 10:1–22:16 = Kumpulan amsal Salomo yang pertama
4. Pasal 22:17–24:34 = Perkataan-perkataan orang bijak
5. Pasal 25 – 29 = Kumpulan amsal Salomo yang kedua
6. Pasal 30 = Perkataan-perkataan Agur
7. Pasal 31:1-9 = Perkataan-perkataan Ibu Lemuel
8. Pasal 31:10-31 = Lampiran: Isteri yang cakap
Eksposisi/Uraian Amsal 14:1-10
14:1 Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri.
Apa yang dibutuhkan seorang perempuan untuk menjadi istri yang baik? Jawabnya adalah kebijakan. Kebijakan itu sendiri mempunyai 2 hal utama:
1. Kebijakan itu dilahirkan dari cinta kasih yang murni. Cinta kasih kepada Tuhan maupun suami sebagai kepala rumah tangga. Tanpa cinta kasih yang murni, tidak akan pernah ada rasa hormat (yang adalah fondasi utama dalam membangun rumah tangga) -- kepada kepala rumah tangga.
2. Kebijakan itu sendiri melahirkan keuletan dan ketekunan dalam membangun rumah tangga dan lingkungan sosial yang sehat. Keruntuhan akan menimpa apabila perempuan hanya hidup untuk memuaskan keinginannya, penampilannya, demi untuk kebanggaan semu dan penyombongan diri.
Amsal 12:4 Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya.
Lebih lanjut dapat kita lihat di Amsal 31:10-31.
14:2 Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi orang yang sesat jalannya, menghina Dia.
Alkisah seorang raja mencari pengawas kebun kerajaan dengan cara yang unik. Tiap pelamar diberikan sekantong biji untuk ditanam selama waktu tertentu. Seorang pemuda ikut mendaftar dengan semangat. Biji dari raja ditanamnya hati-hati, disiramnya tiap hari. Namun, betapa sedih hatinya melihat biji itu tak kunjung tumbuh. Ketika tiba batas waktu untuk melapor ke istana, ia melihat orang-orang membawa tanaman yang indah-indah. Setengah menangis ia mohon ampun pada raja, karena biji itu tidak mau tumbuh sekalipun ia telah merawatnya tiap hari. Raja menepuk pundaknya dan berkata, “Semua biji yang kuberikan sebenarnya sudah dipanggang, jadi tidak mungkin tumbuh. Entah dari mana tanaman-tanaman yang mereka bawa. Terima kasih sudah membawa kejujuranmu. Hari ini juga kamu resmi menjadi pengawas kebun kerajaanku.”
Kejujuran tak hanya menunjukkan ketulusan hati, tetapi juga sikap yang menghormati orang lain. Karena hormat, kita tidak mau menipu orang itu. Lebih dari menghormati sesama, Amsal di atas berkata bahwa sikap yang jujur menghormati Tuhan sendiri.
Ketika seseorang berdusta, ia sebenarnya sedang menghina Tuhan Yang Mahatahu. Memang bersikap jujur di tengah dunia yang sarat ketidakjujuran bisa dipandang sebagai suatu kebodohan di mata manusia. Namun tidak di mata Tuhan.
Ketika diperhadapkan pada pilihan untuk jujur atau tidak, ingatlah bahwa kita tidak saja sedang berurusan dengan manusia, tetapi juga dengan Tuhan. Manusia tidak serbatahu, tetapi Tuhan tahu apakah kita sedang menghormati-Nya atau tidak.
Tuhan Yesus mengajarkan hal ini dengan sudut pandang "Kasih" di Yoh 14:15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.
14:3 Di dalam mulut orang bodoh ada rotan untuk punggungnya, tetapi orang bijak dipelihara oleh bibirnya.
Arogansi/kesombongan akan senantiasa memaksa kita untuk mengomentari sikap orang lain dengan kasar, dan ini tidak dikehendaki Tuhan.
1 Sam 2:3 Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena TUHAN itu Allah yang mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji
Kristus Yesus sendiri berkata di Mat 12:37 Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.
14:4 Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada gandum, tetapi dengan kekuatan sapi banyaklah hasil.
Lembu dan sapi penting bagi pertanian di saat itu. Sudah tentu bukan hal yang mudah untuk memelihara lembu sapi itu dan menjaganya tetap sehat dan kuat untuk bekerja. Bukankah kandang sapi yang bersih pertanda bahwa tidak ada sapi di dalamnya? Tidak ada sapi berarti produktivitas menurun drastis dan akhirnya produksi berkurang ... yang berakibat kelaparan.
Amsal ini memaparkan bahwa hasil yang baik akan diperoleh hanya dengan kerja keras, ketekunan dan keuletan.
14:5 Saksi yang setia tidak berbohong, tetapi siapa menyembur-nyemburkan kebohongan, adalah saksi dusta.
Berbohong adalah suatu perbuatan dosa yang tidak disenangi Tuhan. Berbohong sehingga mengakibatkan orang lain menderita atas kebohongan kita, menimbulkan efek berlipat-ganda atas dosa itu sendiri. Apalagi dilakukan dalam konteks kesaksian, di hadapan pengadilan, yang adalah di hadapan Tuhan sendiri. Coba kita dalami dan uraikan dosa itu; bohong - menuduh orang/fitnah - bersumpah palsu mempertahankan kebohongan dst. Bukankah bohong akan beranak dusta?
Ulangan 19:16-21 mengatur tentang saksi dusta dan dengan tegas dinyatakan: Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. (Ul 19:19b).
Tuhan Yesus menegaskannya dalam Mat 19:18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta
14:6 Si pencemooh mencari hikmat, tetapi sia-sia, sedangkan bagi orang berpengertian, pengetahuan mudah diperoleh.
Bila mencari hikmat kita kiaskan dengan kata "belajar", maka bagaimana mungkin seseorang bisa belajar bila ia menganggap dirinya sudah pintar dan hanya mencemooh (mengejek dan mencela)? Hanya bila seseorang merendahkan diri dan menganggap dirinya kurang, maka ia bisa diajar dan belajar.
Bagi orang berhikmat, betapa mudahnya pengetahuan diperoleh dalam kehidupan ini, tapi tidak demikian bagi seseorang yang hanya kerjanya hanya sibuk mencemooh.
14:7 Jauhilah orang bebal, karena pengetahuan tidak kaudapati dari bibirnya.
Melanjutkan uraian di ayat sebelumnya di atas; bagaimana seorang bebal dapat menghasilkan pengetahuan, sementara ia sendiri tidak pernah belajar? Menjauhi orang bebal adalah pilihan satu-satunya, karena mendebat mereka hanya menghasilkan kerugian bagi kita. Apalagi berteman dengan mereka, yang hanya akan menghasilkan pindahnya kebebalan mereka menjadi karakter diri kita.
14:8 Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya.
Ayat ini menerangkan prinsip umum orang berhikmat. Ia akan dengan hati-hati menjatuhkan pilihan dengan pertimbangan yang matang sebelum melangkah dalam kehidupannya, begitu pula langkah dalam memutuskan bila menghadapi permasalahan hidup. Sebaliknya orang bebal akan terlambat sadar dan terkejut bila ternyata langkah yang ia percayai benar ternyata fatal.
Bandingkan dengan Ams.14:12 Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.
Sudah tentu melibatkan Tuhan dalam setiap pengambilan keputusan adalah hal yang wajib dilakukan sebagai orang percaya (Yak 4:13- 16 = 4:13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", 4:14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. 4:15 Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." 4:16 Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.)
14:9 Orang bodoh mencemoohkan korban tebusan, tetapi orang jujur saling menunjukkan kebaikan.
Untuk lebih mengerti amsal ini, baca terjemahan Alkitab BIS (Ams.14:9 BIS: Orang bodoh tidak peduli apakah dosanya diampuni atau tidak; orang baik ingin diampuni dosanya)
Kebodohan dan kebebalan menutupi pikiran mereka sehingga mencemoohkan ibadah. Mengapa demikian? bisa jadi karena ibadah tersebutpun dijalankan oleh mereka sendiri dengan tidak bersungguh-sungguh, sehingga merekapun akhirnya tidak percaya dan mencemooh ibadah itu.
Hal itu diperingatkan oleh Nabi Yesaya. Baca Yesaya 1:10-17:
1:10 Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! 1:11 "Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. 1:12 Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku? 1:13 Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan. 1:14 Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya. 1:15 Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah. 1:16 Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, 1:17 belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!.
14:10 Hati mengenal kepedihannya sendiri, dan orang lain tidak dapat turut merasakan kesenangannya.
Hargailah kesedihan orang lain. Kesedihan yang dalam akan mengungkung seseorang sedemikian rupa sehingga ia tidak dapat berkata-kata. Sehingga, adakalanya dalam keadaan seperti itu, yang diperlukan adalah kehadiran kita untuk mendukung kesedihan itu, tanpa berkata-kata apapun ... Adakalanya hadir dengan keheningan membiarkan air mata rekan kita yang bersedih bercucuran tanpa bertanya apapun, sudah lebih dari cukup, dibanding kita menuntut penjelasan atas apa kesedihannya itu. Demikian pula untuk suka cita. (Roma 12:15 Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!)
ITT - Jakarta, Kamis 4 Juli 2013