(Sesuai SBU - Rabu 14 Agustus 2013)
2:25 Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya.
2:26 Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat?
2:27 Jika demikian, maka orang yang tak bersunat, tetapi yang melakukan hukum Taurat, akan menghakimi kamu yang mempunyai hukum tertulis dan sunat, tetapi yang melanggar hukum Taurat.
2:28 Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah.
2:29 Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
Yahudi sejati dan Sunat sejati
LATAR BELAKANG
Surat Roma ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat Kristus di kota Roma. Secara umum disetujui bahwa “duri dalam daging” Paulus adalah mata yang kabur, sehingga ia tidak secara fisik menuliskan sendiri surat ini, namun ia menggunakan tenaga penulis, Tertius (Roma 16:22).
Kemungkinan waktu penulisan kitab Roma adalah tahun 56-58 Masehi. Surat ini adalah salah satu dari sedikit kitab di Perjanjian baru yang dapat dilacak tanggal penulisannya dengan cukup akurat. Hal ini dilakukan dengan membandingkan Kis.20:2 dst. dengan Roma 15:17 dst. Kitab Roma kemungkinan besar ditulis di kota Korintus menjelang akhir perjalanan Paulus yang ke tiga, tepat sebelum ia berangkat ke Yerusalem.
Kemungkinan lain secara kronologis dari tulisan-tulisan Paulus menurut F. F. Bruce dan Murray Harris dengan sedikit penyesuaian adalah:
Surat ini sampai ke Roma diantar oleh Febe (Roma 16:1-2). Surat ini adalah surat terpanjang yang ditulis oleh Rasul Paulus dan dengan kandungan teologis yang amat penting dan mendalam.
Struktur surat Roma pasal 2 :
Roma 2:1-16
1-5 : Kritik terhadap superioritas.
6-11 : Penghakiman atas perbuatan.
12-16 : Aplikasinya (Yahudi gagal, Yunani gagal).
Tanda-tanda perjanjian (Taurat & Sunat) memang tidak dapat diabaikan, oleh karena itu Paulus menjelaskan posisi Taurat (17-24) dan Sunat (25-29) bukanlah keistimewaan rohani.
Roma 2:17-29
17-20 : Asumsi keistimewaan.
21-22 : Kecaman terhadap asumsi.
23-24 : Mereka bermegah terhadap Taurat, tapi justru melanggar Taurat.
25-29 : Ketidakbergunaan sunat.
Sunat
Kej.17:10-14 adalah dasar dari Hukum Taurat sehingga seluruh kaum Yahudi memegang teguh tradisi ini. Tradisi ini sedemikian teguhnya, sehingga ketika akhirnya mereka menjadi pengikut Kristus, maka orang-orang percaya Non-Yahudi pun dituntut harus melaksanakan sunat. Hal ini menjadi kunci pertikaian antara Yahudi dan Non Yahudi, Paulus dan kaum pengikut Kristus Yahudi.
URAIAN
Bacaan kita hari ini, adalah penggalan dari perikop Alkitab LAI: Hukum Taurat dan sunat tidak menyelamatkan orang Yahudi - yang mencakup Roma 2:17-29.
Sebelum masuk ke Roma 2:25-29, mari lihat sejenak ke ayat sebelumnya pada perikop di atas Roma 2:17-24.
1. Keyakinan yang berlebihan dari ketaatan beragama (Roma 2:17-20)
- Bermegah karena garis keturunan.
- Bermegah karena Hukum Allah/Taurat.
- Bermegah karena punya Allah yang memilih mereka.
- Bermegah karena menjadi bangsa pilihan Allah.
2. Pencemaran berbungkus ketaatan (Roma 2:21-24)
- Kemunafikan
- Menghina Allah dengan dosa melawan hukum Taurat sendiri.
- Mempermalukan Nama Allah bagi bangsa lain dengan perbuatan dosa itu.
Maka pada bacaan hari ini, kita dapat menguraikan ke dalam:
3. Sunat Sejati
Roma 2:25
2:25 Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya.
Kaum Yahudi beranggapan bahwa keselamatan mereka terjadi hanya karena tanda lahiriah, yaitu sunat, Para Rabbi Yahudi bahkan mengajarkan bahwa Abraham akan menunggu pintu neraka dan akan mencegah kaum bersunat untuk masuk neraka!
Paulus menekankan bahwa sunat tiada berguna bila hukum Taurat dilanggar.
Roma 2:26-29a
2:26 Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat?
2:27 Jika demikian, maka orang yang tak bersunat, tetapi yang melakukan hukum Taurat, akan menghakimi kamu yang mempunyai hukum tertulis dan sunat, tetapi yang melanggar hukum Taurat.
2:28 Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah.
2:29 Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah.
Paulus kemudian melanjutkan dengan memaparkan bahwa bila seseorang hidup benar di hadapan Allah dengan ketulusan, maka mereka akan berkenan dihadapanNYA lebih daripada kepada kaum bersunat/Yahudi yang hidup seperti pada point 1 dan 2 di atas.
Lebih dari itu untuk kita ketahui; Bangsa Yahudi percaya bahwa orang benar akan menghakimi orang fasik (1Kor 6:2). Mereka selalu menempatkan diri mereka sendiri sebagai orang benar, yang akan menghakimi, sedangkan bangsa lain sebagai orang fasik.
Pandangan Paulus disini berakar dari ajaran Yesus (Mat 12:41-42 = 12:41 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus! 12:42 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!; juga Luk 11:31-32).
Konsep itu juga dipakai oleh Paulus untuk membalikkan keadaan kaum Yahudi. Bagaimana kalau mereka yang dihakimi oleh kaum tidak bersunat?
Sunat dalam hati, bukanlah konsep baru oleh Paulus. Perjanjian Lama berkali-kali menekankan perlunya sunat secara rohani (Ulangan 10:16 Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.; Yeremia 4:4 Sunatlah dirimu bagi TUHAN, dan jauhkanlah kulit khatan hatimu, hai orang Yehuda dan penduduk Yerusalem, supaya jangan murka-Ku mengamuk seperti api, dan menyala-nyala dengan tidak ada yang memadamkan, oleh karena perbuatan-perbuatanmu yang jahat!").
Roma 2:29b
29b Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
Allah tidak melihat sesuatu secara eksternal atau kelihatan saja. Perbuatan memang menjadi kriteria penghakiman Allah (ayat 6-11), tetapi perbuatan tersebut terkait dengan hati manusia yang paling dalam (Roma 2:16). Penekanan pada aspek batiniah disini merupakan kritikan keras terhadap sikap Bangsa Yahudi yang cenderung mengagungkan hal-hal yang lahiriah, misalnya hukum Taurat yang tertulis, sunat, kebangsaan, dll.
PENERAPAN
Kali ini, penulis tidak akan membuat suatu kesimpulan, tetapi menawarkan suatu terobosan kontroversial dengan me-reformulasi dan menulis ulang Roma 2:25-29 dalam konteks kehidupan pengikut Kristus sekarang ini. (kata sunat diganti dengan baptis)
"Baptisan memang ada gunanya, jika engkau mentaati Ajaran Kristus; tetapi jika engkau melanggar Ajaran Kristus, maka baptisanmu tidak ada lagi gunanya. Jadi jika orang yang belum dibaptis memperhatikan dan melakukan Ajaran Kristus, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah dibaptis?"
"Jika demikian, maka orang yang belum dibaptis, tetapi yang melakukan Ajaran Kristus, akan menghakimi kamu yang mempunyai Alkitab dan baptisan, tetapi yang melanggar Ajaran Kristus.
Sebab yang disebut Orang Kristen bukanlah orang yang lahiriah Kristen atau lahir dari orangtua dan keluarga yang sudah Kristen, dan yang disebut baptis, bukanlah baptisan yang dilangsungkan secara lahiriah saja". "Tetapi orang Kristen sejati ialah dia yang tidak nampak kekristenannya dan baptisan ialah baptis di dalam hati, secara rohani, bukan secara lahiriah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah."
Rasul Paulus mengkritik dengan keras kaum Yahudi, dan kritikan tersebut masih tetap relevan bagi kita sebagai pengikut Kristus yang dalam perkembangan dan praktek keagamaannya dari hari ke hari, semakin mendekati sikap kaum Yahudi, yang hanya mementingkan lahiriah daripada batiniah!
ITT - Jakarta, Rabu 24 Juli 2013.