“Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita” (Galatia 4:26).
Ada sebuah iklan di televisi yang menanyai cita-cita anak kecil. Anak pertama ditanya, "Kalau besar mau jadi apa?" Menjadi dokter! Anak yang kedua ditanyai, "Kalau besar mau jadi apa?" Menjadi insinyur! Anak yang ketiga ditanyai, "Kalau besar menjadi apa?" Menjadi pilot! Anak yang ke empat ditanya, "Kalau besar mau jadi apa?" Dengan lucunya, sambil menunjukkan giginya yang ompong ia menjawab, "Mau menjadi presiden!" Dan ketika anak yang terakhir ditanyai, "Kalau besar mau jadi apa?" Anak ini menjawab mau seperti ibunya. Inilah cita-cita anak kecil.
Sementara menyaksikan acara tersebut, saya teringat masa kecil saya. Ketika saya ditanyai, "Kalau besar mau jadi apa?" Saya menjawab, "Menjadi pengelana sampai ke ujung dunia!" Sebab saya pikir kalau sudah mengelilingi dunia, tujuan hidup saya sudah tercapai.
Ternyata tujuan utama orang benar yang sesungguhnya bukan menjadi dokter, insinyur, pilot bahkan presiden sekalipun. Tetapi tujuan kita sesungguhnya adalah Yerusalem Surgawi (Yerusalem Baru).
Rasul Paulus mengibaratkan Hagar sebagai Gunung Sinai di tanah Arab, dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang (Gal. 4:25). Dan Sara adalah Yerusalem surgawi atau yang sering disebut Yerusalem Baru. Dan tujuan kita sesungguhnya adalah kota Yerusalem baru, seperti Alkitab katakan, “Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru” (Why. 3:12).
Hidup ini seperti suatu perjalanan. Kita sedang menapaki setapak demi setapak. Langkah awal sangat penting, akan tetapi langkah awal tidak akan sempurna tanpa ada langkah akhir yang baik. Kita sudah memulai langkah awal yang sangat baik yaitu menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ini adalah langkah awal menuju Yerusalem surgawi. Sebab tanpa percaya Yesus tak seorang pun sampai ke kota kudus Allah. Tetapi dalam perjalanan ini kita masih menghadapi banyak rintangan-rintangan. Kadang-kadang ada jalan licin dan terjal yang harus kita lewati. Tetapi kalau kita bersama Tuhan, kita pasti bisa melewati rintangan-rintangan itu. Kita harus berkata seperti Daud, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku” (Mzm. 23:4).
Renungan:
Kita boleh memiliki cita-cita menjadi apa saja. Jadi dokter, insinyur, pilot, bahkan menjadi presiden sekalipun. Tetapi jangan lupa jadikan tujuan akhir kita adalah Yerusalem Baru.
Tidak ada yang lebih indah dalam hidup ini selain masuk ke kota Yerusalem Baru.
ITT ~ 15-8-2009