(Sesuai SBU - Rabu, 20 November 2013)
8:4 Dengarlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini
8:5 dan berpikir: "Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu,
8:6 supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?"
8:7 TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: "Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka!
8:8 Tidakkah akan gemetar bumi karena hal itu, sehingga setiap penduduknya berkabung? Tidakkah itu seluruhnya akan naik seperti sungai Nil, diombang-ambingkan dan surut seperti sungai Mesir?
PENGANTAR
Kitab Amos ditulis oleh nabi Amos. Amos, salah seorang peternak domba yang berasal dari Tekoa (1:1), sebelah tenggara Betlehem, adalah nabi pertama dalam Alkitab yang pesannya dicatat secara terperinci. Ia berasal dari sebuah kota di Yehuda/Kerajaan Selatan, tetapi ia berkhotbah kepada orang-orang Israel di Kerajaan Utara sekitar pertengahan abad ke-8 SM (7:12-13). Kitab Amos hanya memberikan petunjuk historis bahwa Amos melayani pada masa pemerintahan Raja Yerobeam di Israel dan Raja Uzia di Yehuda (1:1).
Pada masa itu banyak orang hidup makmur, ibadah dipentingkan, dan negeri Israel nampaknya damai. Tapi Amos melihat bahwa yang mengecap kemakmuran hanyalah para hartawan yang memperkaya diri dengan hasil penindasan dan ketidakadilan terhadap orang miskin. Orang menjalankan ibadah dengan hati yang tidak tulus, dan keadaan damai hanya tampak dari luar. Dengan berani dan penuh semangat, Amos menyampaikan pesan bahwa Tuhan akan menghukum bangsa Israel. Amos menyerukan agar keadilan "mengalir seperti air". Ia berkata, "Mungkin Tuhan akan mengasihani orang-orang yang tersisa dari bangsa Israel" (5:15).
Secara rinci keadaan Israel (secara khusus di Kerajaan Utara) dapat kita ketahui dari kitab Amos sbb:
1. Situasi Politik.
Masa pemerintahan Raja Yerobeam II merupakan masa kemakmuran bagi Israel, demikian pula dengan apa yang dialami Yehuda pada masa pemerintahan Raja Uzia. Israel dan Yehuda dapat menaklukkan negara-negara tetangga dan memperluas daerah perbatasan mereka melampaui batas yang ada pada zaman Salomo (bdk. 2 Raja 14:25; 2Taw.26:6-8). Kekuasaan besar Mesir dan Asyur pada saat itu lebih tertarik dengan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar mereka, sehingga daerah Palestina bebas dari dominasi luar.
Dengan kondisi teritorial yang semakin luas serta kebebasan dari dominasi asing membuat Israel dan Yehuda hanyut dalam perdagangan internasional serta pajak-pajak yang dihasilkan dari perdagangan tersebut. Bukti-bukti arkeologi menunjukkan kemakmuran Samaria pada periode tersebut. Dengan kata lain, pada masa itu Israel dan Yehuda berada pada puncak kemakmuran secara politik dan ekonomi.
Iklim semacam itu mendorong kemunculan optimisme publik yang berlebihan tentang prospek bangsa itu pada masa mendatang. Mereka meyakini bahwa bangsa Israel masih akan terus berkembang dalam segala aspek. Tidak heran ketika Amos dan Hosea memberikan evaluasi yang berbeda dengan optimisme tersebut, mereka langsung menolak berita tersebut.
2. Situasi Sosial & Ekonomi.
Kesuksesan militer dan politik pada gilirannya melahirkan orang-orang yang kuat secara ekonomi dan sosial. Perdagangan meningkat tajam (8:5a), bahkan berskala internasional (3:9). Pembangunan gedung-gedung makin berkembang (3:15). Jumlah rumah semakin banyak (3:15b; 5:11; 6:8) dan perabotan pun semakin bervariasi (3:10, 12b,15b;6:4a). Pengembangbiakan pohon anggur dan ternak meningkat untuk mencukupi permintaan pelanggan (5:11b; 6:4b) karena kehausan pelampiasan akan pesta-pesta (4:1;6:4,6). Mereka menyalahgunakan kekuasaan dan kekayaan mereka untuk menindas mereka yang miskin dan lemah. Ketidakadilan dapat ditemui di mana-mana dengan mudah (5:7, 15, 24; 6:12). Praktek penipuan dalam berbisnis semakin menguntungkan (8:5b). Perbudakan karena utang yang belum terbayar semakin beragam bentuknya (2:6;8:6). Orang-orang yang kurang mampu secara sosial dieksploitasi (2:7a; 4:1;8:4) Hak-hak mereka ditindas melalui intimidasi para saksi dan hakim (2:7a;5:10,12). Situasi seperti inilah yang menjadi fokus pemberitaan Amos.
3. Situasi Keagamaan.
Masalah utama pada zaman Amos adalah penyembahan berhala (2:8; 5:5, 26; 7:9-13; 8:14). Walaupun mereka tetap menjalankan ibadah kepada TUHAN (4:4-5; 5:21-26), maupun memelihara Sabat (8:5), tetapi hidup mereka secara keseluruhan bertentangan dengan keagamaan mereka. Mereka tidak memperhatikan keadilan (2:7-8). Kemabukan menjadi sesuatu yang umum, bahkan di kalangan para wanita (4:1; bdk.2:8). Semua ini membuat TUHAN muak dengan semua ibadah mereka (5:23-25).
TUJUAN
Kitab Amos ditulis untuk menegur bangsa Israel yang meletakkan kepercayaan diri mereka pada tempat yang salah. Status sebagai keturunan Yakub, ibadah eksternal yang masih berlangsung dan kesuksesan dalam segala hal telah membuat mereka merasa aman.
Mereka tidak percaya bahwa malapetaka akan didatangkan oleh TUHAN atas mereka. Hari TUHAN menurut mereka adalah hari kemenangan, padahal hari itu justru menjadi kekelaman bagi mereka (5:18, 20).
Di tengah situasi seperti ini mereka diperingatkan untuk bertobat. Mereka perlu diingatkan bahwa hukuman TUHAN berlangsung adil atas semua bangsa, baik bangsa pilihan maupun bangsa kafir (Amos 1-2). Jika mereka tidak mau bertobat, maka TUHAN akan mendatangkan hukuman. Mereka yang menjadikan teman sebangsanya budak akan menjadi budak di negeri asing (9:4). Ayah dan anak yang sama-sama berzinah dengan pelacur (2:7-8) akan menyaksikan isteri mereka dijadikan pelacur dan anak-anak mereka mati oleh pedang (7:17). Mereka yang menindas orang miskin (2:7; 4:1) akan ditindas (2:13).
STRUKTUR
1. Judul 1:1
2. Pendahuluan 1:2
3. Hukuman atas negara-negara tetangga Israel 1:3 - 2:5
4. Hukuman atas Israel 2:6 - 6:14
5. Lima penglihatan 7:1 - 9:10
a. Penglihatan pertama: belalang 7:1-3
b. Penglihatan kedua: api 7:4-6
c. Penglihatan ketiga: tali sipat 7:7-9
d. Amos dan Amazia 7:10-17
e. Penglihatan keempat: bakul dengan buah-buahan 8:1-2
f. Pernyataan penghukuman 8:3-14 ===> bagian bacaan kita pekan ini.
g. Penglihatan kelima: Tuhan dekat mezbah 9:1-6
h. Pernyataan penghukuman 9:7-10
6. Dua janji keselamatan 9:11-15
a. Pemulihan kemah Daud 9:11-12
b. Kembalinya kemakmuran 9:13-15
Dari uraian di atas, maka segera tampak bahwa tema teologis yang dominan dalam Kitab Amos adalah tentang keadilan TUHAN. Allah melakukan penghakiman-Nya tanpa memandang bulu. Baik bangsa kafir maupun umat-Nya sendiri akan dihakimi sesuai perbuatan mereka. Tidak ada satu bangsa pun yang kebal dari hukuman (Am 1-2). Di samping itu, keadilan ditempatkan Allah sebagai prioritas hidup yang melebihi upacara keagamaan secara eksternal (5:24).
KONTEKS BACAAN
Bacaan kita pekan ini termasuk ke dalam 5 penglihatan Nabi Amos mengenai apa yang akan terjadi bagi Israel di kemudian hari bila mereka tidak bertobat, hal mana penglihatan Nabi Amos ini membangkitkan kemarahan Amazia, imam di Betel yang melaporkan Amos kepada Raja Yerobeam dengan tuduhan persepakatan melawan raja (7:10-11).
Perhatikan struktur lebih rinci dari pasal 8 ini:
Amos 8:1-2 = Penglihatan keempat: bakul dengan buah-buahan
Amos 8:3 = Pernyataan Penghukuman
Amos 8:4-6 = Dosa bangsa Israel
Amos 8:7-10 = Ratapan penderitaan
Amos 8:11-14 = TUHAN berdiam diri
Jadi bagian bacaan kita pekan ini mempelajari tentang salah satu dosa Israel yang diingatkan Nabi Amos supaya mereka bertobat, bila tidak ingin ada ratapan penderitaan dan akhirnya TUHAN seakan-akan berdiam diri dan tidak memperdulikan mereka sama sekali.
URAIAN
Amos 8:4-6
8:4 Dengarlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini 8:5 dan berpikir: "Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, 8:6 supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?"
- Ayat 4 adalah merupakan penekanan terhadap apa yang Nabi Amos serukan di Amos 5:11 (Sebab itu, karena kamu menginjak-injak orang yang lemah dan mengambil pajak gandum dari padanya, -- sekalipun kamu telah mendirikan rumah-rumah dari batu pahat, kamu tidak akan mendiaminya; sekalipun kamu telah membuat kebun anggur yang indah, kamu tidak akan minum anggurnya.)
Sebagaimana kita ketahui, hukum Israel yang diberikan TUHAN menghendaki umat Israel untuk membuka tangan lebar-lebar bagi kaum miskin di Ul.15-7-11 - bandingkan Maz.72:12-13.
- Dalam ayat 5 dikemukakan bahwa sebegitu jauhnya umat Israel melenceng dari hukum di atas, sehingga mereka juga berlaku munafik, dan menempatkan ibadah mereka, sabat mereka hanya sebagai hiasan/polesan semata padahal adalah suatu kejahatan besar berdagang dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal dan berbuat curang dengan neraca palsu! (Im.19:36; Ul.25:14-15). Perbuatan itu jelas melanggar hukum ke 8 dari 10 perintah TUHAN; Jangan mencuri! yang pelaksanaannya tercatat di Imamat 19:35-36; Ulangan 25:13-16 - bandingkan dengan Ams.11:1; Ams.20:10,23; Yeh.45:10-12.
Catatan:
* Bulan baru dan sabat adalah hari-hari yang dikuduskan buat TUHAN. Jadi tujuan utamanya bukan untuk berhenti dari bekerja, tetapi menguduskan dan mengkhususkan satu waktu khusus untuk TUHAN.
* Efa adalah ukuran takaran/isi barang bukan cair, sebesar kurang lebih 36 liter. Untuk barang cair digunakan bat yang besarnya sama dengan efa.
* Syikal adalah ukuran timbangan sebesar 11,4 gram. Biasanya dipakai untuk ukuran jumlah uang.
- Ayat 6 merupakan penekanan atas teguran TUHAN terhadap Israel di Amos 2:6 (2:6 Beginilah firman TUHAN: "Karena tiga perbuatan jahat Israel, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena mereka menjual orang benar karena uang dan orang miskin karena sepasang kasut;) - bahkan memperdagangkan barang yang sudah rusak/terigu rongsokan.
Amos 8:7-8
Amos 8:7 TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: "Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka! 8:8 Tidakkah akan gemetar bumi karena hal itu, sehingga setiap penduduknya berkabung? Tidakkah itu seluruhnya akan naik seperti sungai Nil, diombang-ambingkan dan surut seperti sungai Mesir?
- Untuk ke 3 kalinya dalam Kitab Amos, kata "TUHAN telah bersumpah" muncul. Sebelumnya didahului di Amos 4:2 dan 6:8. Hal ini cukup mengerikan, karena jelas menekankan bahwa TUHAN tidak akan pernah melupakan dosa-dosa Israel! dan dosa tersebut terjadi karena perilaku arogan keturunan Yakub itu yang tidak mengindahkan hukum TUHAN dan menindas kaum miskin. Jelas, mereka telah melupakan apa yang TUHAN firmankan pada mereka untuk tahu diri, bahwa mereka dahulu juga dilepaskan TUHAN dari Mesir sebagai orang asing yang tertindas (Kel.22:21) dan ketika mereka telah mendiami tanah yang berlimpah susu dan madu sesuai janji TUHAN, maka merekapun lupa segalanya dan tidak lagi mengindahkan Hukum TUHAN! Lebih mengerikan lagi, karena sumpah tersebut menyebutkan bahwa IA tidak akan melupakan perbuatan dosa Israel!
- Sungai Nil dipakai Nabi Amos sebagai analogi/perlambang akan TUHAN. Sebagaimana TUHAN yang penuh kasih dan penuh kekuatan yang dahsyat, demikian pula sungai Nil adalah sumber kemakmuran karena aliran sungai tersebut menjadi sumber kehidupan dan kemakmuran, akan tetapi juga dapat merupakan sumber malapetaka kalau sungai tersebut meluap dan membanjiri, menghanyutkan dan membunuh penduduk sekitarnya!
APLIKASI
1. Mengecilkan efa, membesarkan syikal dan neraca palsu adalah bentuk lain dari mencuri. Dan mencuri menyengsarakan orang lain, merampas hak orang lain dan menyusahkan ciptaan TUHAN. Kristus Yesus menekankan hal ini sebagai bagian dalam mengasihi sesama (Mat.18:18-19; bandingkan Rom.13:9).
2. Kemunafikan seperti pada masa Nabi Amos merasuk sampai ke dalam ibadah mereka, yang dilaksanakan hanya sebagai rutinitas dan ingin cepat-cepat dilewati untuk kembali melakukan hal mencuri di atas. Kita bisa belajar bahwa ibadah sejati tidak dapat dibatasi pada aktivitas keagamaan di gereja atau ibadah rutin lain saja. Ibadah sejati mencakup keseluruhan hidup umat Allah (bandingkan Rom 12:1). Ibadah sejati memperhatikan orang lemah dan yang membutuhkan (bandingkan Yak 1:27). Ibadah dalam arti yang komprehensif seperti inilah yang lebih dicari TUHAN. Tanpa semuanya ini, ibadah kita justru akan menjadi beban bagi TUHAN (Amos 5:21-23) dan kita sendiri akan berada dalam hukuman ilahi (bandingkan 1Kor 11:22, 30).
3. Keadilan TUHAN adalah mutlak. IA berdaulat dan menguasai kehidupan kita semua, sebagaimana Israel dan suku bangsa lain. Atas keadilan dan kemurahan hati-NYA bukan saja berkat yang sanggup IA senantiasa berikan, namun hukuman-NYA juga mampu menimpa kita, sebagai pribadi dan bahkan bangsa - bila kita melanggar perintah-NYA. Waspadailah itu!
Bercermin kepada keadaan Israel di masa Nabi Amos, dan memposisikan situasi dan kondisi kita di Indonesia sekarang ini, seruan Nabi Amos seakan-akan ditujukan kepada kita. Mengapa? Mari buka mata dan lihat di sekeliling kita, dan niscaya kita akan terkejut merasakan bahwa di mana-mana tempat begitu banyak kecurangan dan ketidak-perdulian terhadap orang yang miskin. Munculnya berbagai kasus korupsi membuktikan hal ini, melonjaknya harga-harga dengan tidak lagi mengingat kesusahan yang ditimbulkan oleh rakyat, keadilan yang begitu sulit diperoleh dan kemunafikan oleh pejabat di berbagai bidang usaha maupun pemerintah begitu mencolok - bahkan menggejala pula pemakaian ibadah-ibadah oleh orang percaya untuk memperoleh keuntungan pribadi! - semua hal-hal di atas merupakan suatu duplikasi atas apa yang ditegur oleh Nabi Amos.
Mari berhenti mengharapkan terus Kasih TUHAN untuk diluputkan dari petaka kalau terus berbuat dosa, dengan mulai aktif menghentikan semua perbuatan dosa itu sendiri!
ITT - Jakarta, Rabu 13 November 2013.