Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Friday, March 9, 2007

Roma 11:17-23


11:17 Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah,
11:18 janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu.
11:19 Mungkin kamu akan berkata: ada cabang-cabang yang dipatahkan, supaya aku dicangkokkan di antaranya sebagai tunas.
11:20 Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman. Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah!
11:21 Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu.
11:22 Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga.
11:23 Tetapi mereka pun akan dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali.

Uraian

a. Surat Roma ditulis oleh Rasul Paulus, sekitar tahun 57 M. Surat ini ditulis dari Korintus kepada Jemaat Kristus di Roma, dengan tujuan mempersiapkan jalan bagi pelayanan di Roma dan rencana perjalanan ke Spanyol.
Tujuan khusus yang dapat dipelajari dari Kitab Roma ini adalah:
(1) Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.
(2) Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi ( mis. Rom 2:1-29; 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36).

b. Metafora tentang cabang yang patah kemudian dicangkokkan kembali, yaitu bangsa Israel, dan tunas liar yang dicangkokkan pada cabang yang telah dipatahkan itu, yakni bangsa nonIsrael, menunjukkan kemurahan Tuhan kepada semua bangsa (16-20). Bangsa-bangsa itu mendapat kesempatan untuk terus hidup dalam pohon anugerah-Nya. Oleh karena itu, Rasul Paulus berkata tidak ada alasan untuk bermegah baik bagi bangsa Israel maupun bagi bangsa nonIsrael (21-24). Yang patut menerima pujian hanyalah Tuhan yang memberi kesempatan dan anugerah untuk bangsa-bangsa, yang seharusnya mati dan binasa, namun sekarang beroleh hidup yang baru dalam Dia.

c. Saya mengajak kita untuk mendalami ayat 20. Dipatahkan dan dicangkok atau di cacakkan karena apa? Karena IMAN !!! Dan peringatan untuk JANGAN SOMBONG tetapi TAKUTLAH. Takut siapa? Takut kepada Allah.

Sebagian orang bereaksi negatif terhadap kata takut akan Tuhan. Tuhan menurut kita adalah Tuhan yang penuh kasih, baik dan lembut - dan itu memang benar. Kita menganggap sebagai pengikut Yesus, dosa yang mengikat kita telah dipatahkan - dan itu juga benar. Lalu untuk apa lagi kita perlu takut akan Tuhan yang penuh kasih itu? Bukankan kita selalu diampuni?

Dalam kehidupan ini seringkali kita menghadapi ketakutan. Ketakutan yang tidak beralasan seringkali menyerang hidup orang sebesar 80% dan 20% ketakutan yang beralasan. Takut akan Tuhan ada dua macam pemakaian kalimat bahasa Inggris yaitu:

Afraid of God -- Takut akan Tuhan karena kita berbuat dosa.

Fear of God -- Takut akan Tuhan karena kita menghormati Tuhan dan melakukan segala perintah-perintah Tuhan.

Pada saat ini kita akan membahas bagaimana mengembangkan rasa Takut akan Tuhan.

Apa Arti Takut Akan Tuhan?

Ada banyak diantara kita yang takut akan banyak hal seperti takut akan ketinggian, takut akan keramaian, takut berada di dalam lift, atau juga takut akan serangga. Sebagian bahkan membutuhkan terapi untuk mengatasinya. Takut akan Tuhan bukanlah seperti itu. Pengertian takut akan Tuhan menjadi jelas jika kita mengerti siapa dan seperti apa Tuhan itu.

Secara Alkitabiah, takut akan Tuhan berbicara tentang kekuatan, kebesaran, otoritas dan kekudusan Tuhan. Takut akan Tuhan adalah wujud ketakutan yang sehat. Artinya kita menghormati Dia, patuh dalam penghakimanNya atas dosa-dosa kita, berpegang pada Dia, mengenali Dia sebagai Tuhan yang absolut dan memuliakanNya. Takut akan Tuhan akan membawa kita lebih dekat pada Tuhan- bukan menjauh dariNya.

Mengapa Tuhan Menghendaki Kita Untuk Takut PadaNya?

Salomo berkata, takut akan Tuhan dan patuh padaNya adalah kewajiban setiap orang. Ams 1:7 dan Ams 9:10 mengajarkan bahwa takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan dan awal dari hikmat. Saat kita takut akan Tuhan, berserah dan memuliakanNya, kita sebenarnya menunjukkan bahwa kita mengenal Dia. Antara yang diciptakan dengan Sang Pencipta. Takut akan Tuhan menunjukkan bahwa kita menanggapi Tuhan dengan sungguh-sungguh dan kita berkeinginan untuk terus menyenangkanNya dengan segala perbuatan dan perkataan. Bahwa kita mendasarkan semuanya pada Tuhan, setiap waktu, setiap saat. Sehingga dengan demikian kita berkenan di hadapanNya dalam menghadapi tahta pengadilan Kristus.

Takut Akan Tuhan Mempersiapkan Kita

Begitu banyak orang yang tidak mengerti pentingnya hidup dengan rasa takut akan Tuhan yang wajar. Ada orang-orang yang terlihat religius, setidaknya mereka ke gereja setiap minggu. Ada pula yang mengaku percaya akan Tuhan tetapi sehari-harinya memberikan Tuhan waktu yang terlalu sedikit. Walaupun mereka mengaku percaya, tetapi mereka hidup selayaknya orang-orang yang tidak percaya. Itu sebabnya Alkitab penuh dengan peringatan untuk takut akan Tuhan.

Seringkali kita lupa akan Tuhan, mudah bagi kita untuk terfokus pada pemikiran kita sendiri dalam kehidupan dan menjadi lupa akan tujuan utama Tuhan memberikan kita kehidupan. Dia menginginkan kesetiaan kita, kasih kita, kebersekutuan kita dan puji-pujian kita. Sesungguhnya, tujuan kita yang terutama adalah untuk mempererat hubungan kita dengan Tuhan. Dengan rasa takut akan Tuhan dan berpegang pada perintah-perintahNya, kita akan berani dan siap menghadapi hari penghakiman untuk kemudian masuk dalam kehidupan kekal bersamaNya di surga.

d. Kesimpulan
Jika sekarang kita yang tadinya kafir boleh menjadi umat Allah, tentu kita justru harus bersyukur dan bukan takabur. Ingat bahwa kita tadinya tidak ambil bagian dalam perjanjian Israel. Kita tadinya bukan umat, tetapi kini beroleh semua warisan ajaib itu.

Renungkan: Kita adalah tunas liar yang dicangkokkan pada pohon anugerah-Nya. Apa yang kita terima adalah anugerah. Jadi kita harus bersyukur dengan hidup Takut Akan Tuhan.

ITT - 9 Maret 2007