Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Thursday, February 13, 2020

Curhat: Memberi

Penulis: Artikel ini saya tulis dari curhatan seorang sahabat.
Kehidupannya cukup sejahtera, … Ia berasal dari keluarga orang berada dan sepertinya sudah berada dari kecil :D
Ia dan keluarganya yang berkecukupan itu, rupanya berkecukupan juga di dalam kehidupan imannya sebagai pengikut Kristus.
Ia rajin ke gereja, dan walaupun kurang aktif di berbagai kegiatan pelkat misalnya … ia tetap hadir kalau sempat di hampir seluruh kegiatan peribadahan.

Curhatannya sederhana, yaitu tentang Hal Memberi  dan implikasinya dalam kehidupan berjemaatnya.
Karena ia orangnya periang dan spontan, gaya Tulisan saya ikut-ikutan spontan juga. Apa yang saya tulis lebih banyak menyalin apa yang ia celotehkan dari bincang-bincang kita.

Kita mulai,
------------------------

Bung, saya hidupnya cukup luar biasa.
Diberkati Tuhan dengan sepasang anak-anak yang ganteng dan cantik, istri yang tetap cantik serta kami berempat cukup sehat dan berlimpah secara material.

Tapi saya bukan orang yang pelit lho, karena saya diberikan keluarga dan pekerjaan yang baik, istri saya juga bekerja dengan posisi hanya sedikit di bawah saya, maka dengan kelimpahan itu, kami sering berbagi berkat dengan gereja.
Kami sadar, uang berpeluang menjauhkan kami dari Tuhan, sehingga kami lebih memilih memberi dan berbagi supaya lebih mendekatkan kami ke Tuhan. Jadi bagi kami lebih baik buang uang dengan menyumbang, daripada jadi hamba dan tawanan uang ..... lagipula dapat sukacita lihat hasil sumbangan kita kan? 

Tapi itu lewat proses lho, banyak kali kehendak memberi atau menyumbang itu hilang oleh keduniaan yang ingin punya ini itu, dan banyak hal lain, yang akhirnya jadi cicilan tak berkeputusan dan melelahkan, karena sudah senang duluan dengan barang baru, tapi kesal kemudian kalau cicilan belum lunas barangnya sudah rusak … dll dsb. Dan karena sudah kapok lewati proses itu, maka kami sepakat beralih dan berganti mindset. 

Tapi punya uang dan sering menyumbang dalam jemaat juga bukan pengalaman yang menyenangkan. Banyak ketidak-sukacitaan terjadi dengan niat tulus ini yang kami alami.
Jadi saya ceritakanlah ketidak-sukacitaan ini supaya jangan salah kaprah soal wajah saya yang cemberut melihat banyak hal di jemaat; seperti beberapa hal ini. Oh ya, ini perspektif saya … orang lain pasti lain lagi, jadi tidak perlu meng-generalisasi dan baper serta kesal ke saya, Kesal ke penulisnya? bolehlah … hehehehe

 #1 - Please deh, perhatiannya ke saya, bukan ke sumbangan saya

Soal finansial, investasi, dll memang jadi perhatian saya karena menyangkut pekerjaan dan bisnis. Tapi ingat bung, saya juga seorang ayah, seorang suami, seorang atasan dengan banyak karyawan, seorang penduduk di perumahan yang ingin bersosialisasi dan bahkan seorang jemaat di gereja ……

Jadi tolong, ….,
Mempunyai banyak uang, bukan berarti tidak punya masalah.
Pasti banyak yang tidak tahu,  anak-anak saya bermasalah karena mereka jadi gadget & game freak yang berlebihan, banyak masalah dengan keluarga yang sering berantem karena hal-hal remeh, dan banyak lagi hal lain yang membuat saya pusing ….

So please……
Kalau berhubungan dengan saya, jangan hanya karena butuh sumbangan ini itu, jangan hanya kalau perlu tiket pesawat, atau seragam, atau soal pastori, soal … ah banyaklah …..
Perlakukan saya sama dengan jemaat lain, yang butuh bimbingan dan dikuatkan Firman Tuhan. Niscaya yang kecil-kecil soal sumbang sambang itu pasti beres.

#2 - Berikan saya dan jemaat, Firman Tuhan untuk membantu kami memberi yang terbaik bagi persekutuan orang percaya

Terkadang saya mendengar khotbah tentang "memberi" di gereja maupun ibadah rumah tangga,  konotasinya menggugah jemaat untuk memberi karena gereja perlu dana, untuk ini, untuk itu dll dsb.
Usul saja ..... Bagaimana kalau diubah?

Berkhotbahlah tentang pandangan Firman Tuhan perihal uang dan "memberi". Apa yang Tuhan Yesus inginkan bagi kita? Jadi bukan minta ke jemaat, tapi buat jemaat mengerti bagaimana kalau punya uang …. sedikit, lebih, atau berlimpah …. dan bagaimana implementasinya dalam kehidupan berjemaat. Sehingga kami memberi yang terbaik, bukan kami memberi kalau gereja perlu ini itu, atau pendeta perlu sesuatu, atau pribadi-pribadi tertentu perlu uang.
Seluruh jemaat memberi yang terbaik pasti lebih banyak hasilnya daripada hanya beberapa jemaat yang dianggap mampu yg memberi.

#3 - Memberi ke luar jemaat atau gereja itu tidak tepat ???

Terkadang, di gereja …. kita ditekankan bahwa persepuluhan wajib ke gereja ini, sumbangan sebaiknya ke jemaat tempat kita jadi jemaat dll dsb yang senada dengan itu. Seakan-akan kita diarahkan supaya menjadi manusia yang baik dan suka memberi, tapi hanya buat jemaat dan gereja kita. 

Maaf  kata kalau ada yang beranggapan, bahwa sepertinya gereja yang demikian ini takut kalau sumbangan bisa berkurang ke gereja, kalau jemaat yang mampu ini memberi ke luar gereja.

Saya sendiri dan beberapa teman yang lain, suka memberi …. kadang ke sumbangan musibah bencana alam (soalnya di gereja jarang buka kotak atau rekening untuk sumbangan seperti ini … adanya sumbangan internal saja), atau bahkan pembangunan tempat ibadah umat lain, beragama lain pula.

Jadi, please …. jangan jadikan kami jemaat yang suka memberi tapi terbatas. Tapi jadikan kami jemaat yang suka memberi ke "siapa saja, dimana saja dan kapan saja" …. maaf, kalau tidak salah Tuhan Yesus ajarkan itu … karena Beliau melayani bukan hanya di kota asalnya atau melayani umat Yahudi saja, .... bahkan kaum kafir versi Yahudi pun merasakan pelayanan-NYA bukan?

Ada juga kadang-kadang khotbah yang maaf, sepertinya menakut-nakuti kita bahwa kalau tidak memberi persepuluhan akan kena murka atau berkatnya diambil. Saya yakin TUHAN tidak sejahat itu ... bukankah anak-anak tanpa persepuluhan juga diberkati, bahkan umat non Kristen pun dipelihara bukan?

#4 - Uang dan harta saya tidak membuat saya bebas masalah, demikian juga uang dan harta gereja tidak menyelesaikan masalah Gereja

Banyak kali saya saksikan, gereja terperangkap ke masalah keuangan yang gereja sendiri buat. Contohnya;

Gereja ingin gedung bagus, buat panitia bangun gereja bagus, sudah jadi, … lalu terbentur masalah maintenance gedung gereja yang mahal.

Ingin pakai AC supaya nyaman, buat panitia ,,, AC sukses terpasang, lalu bingung karena biaya listrik menanjak tajam.

Ingin buat gereja atau ruang pertemuan bertingkat, terus pasang eskalator atau lift supaya nyaman bagi orangtua dan ramah disabilitas, tapi akhirnya terbentur masalah pemeliharaan lift dan biaya listrik yang tinggi, serta tambah gaji orang untuk awasi fasilitas megah itu.

Ingin pastori mewah, bangun megah untuk supaya Hamba Tuhan nyaman, biaya listrik, asisten rumah tangga, maintenance dan PBB naik drastis …..

Hehehehe jadi mirip istri saya yang ingin mobil baru tapi mengeluh bayar pajak dan cicilannya tidak boleh kurangi uang belanjanya.

Kelihatan kan?
Uang tidak pernah menyelesaikan masalah, justru ada masalah baru dan itu seperti lingkaran yang kembali lagi ke situ-situ juga.

Sebaiknya sih upayakan supaya biasa-biasa saja, tapi output nya yang diusahakan dibuat lebih luar biasa. Jadi bangun saja dulu pemberitaan Firman yang megah, khotbah yang punya kualitas tinggi, tapi mudah dimengerti dan dilaksanakan/dipraktekkan seluruh kalangan jemaat serta pelayanan kasih yang nyata dan menyentuh jemaat secara langsung.
Jemaat pasti akan bertumbuh pesat dalam Firman dan praktek Firman Tuhan bertumbuh lebih pesat lagi bukan?

Oh ya satu lagi, kurangilah buat kegiatan seremonial yg memerlukan banyak dana, padahal intinya hanya ibadah dan (maaf) makan-makan. Salah satu contohnya, sudah ada ibadah natal, natal jemaat, natal sektor dll .. kenapa dana sebanyak itu (pakai aksi masak, jualan sehabis IHM dll) tidak dikumpulkan saja, lalu dipakai membantu natal di panti asuhan atau jemaat-jemaat yang berkekurangan. Cobain deh ... pasti ada sukacita besar di hati kita semua.

Maafkan kalau menggurui ya.

#5 - Perlakukan kami sama dengan semua jemaat  .... penulis: (mirip di point 1 di atas, …. beda versi dan ditekankan kembali rupanya)

Sepertinya ini yang terakhir …..
Tapi ini yang membuat risih dan perasaan tidak enak, walaupun awalnya sih bangga.

Intinya, perlakukanlah kami sekeluarga sama dengan seluruh jemaat, … jadi jangan karena kami sering memberikan donasi, kami diperlakukan istimewa. Contohnya;

Ibadah di rumah kami selalu dipimpin KMJ bahkan kalau jadwalnya sama dengan jemaat lain, jadi tukaran dengan KMJ …. Katanya tidak enak kalau di rumah saya Diaken yg pimpin … duh jadi nggak enak sama majelis saya, dikiranya saya yang minta kan?

Tempat duduk di gereja seperti jadi milik pribadi kami, karena selalu disambut dan diantar ke bangku yang sama deret tengah paling depan, padahal saya selalu ingin duduk di kerumunan belakang, karena sering ngantuk kalau khotbahnya  (maaf) monoton hahahahah.

Saya dan istri harus jadi majelis, PHMJ atau pengurus pelkat, bendahara pula …. duh please deh, jadi jemaat biasa pun kami tetap sama, lagipula kalau kami berdua sibuk, siapa yang jaga anak-anak? Ada kami saja mereka bandelnya minta ampun deh.

Anak-anak kami dapat perhatian ekstra, sampai mereka kesal karena temannya tidak demikian, dan mereka merasa lain sendiri dan berbeda dengan yang lain. Kata anak saya yg tua dan sangat kritis: "Huh, cari muka" .... maafkan dia ya.

Saya dan istri yang tidak biasa nyanyi atau baca not angka sekalipun, malah dipaksa ikut paduan suara …. padahal suaraku fals dan kadang menipu dengan pura-pura buka mulut tanpa suara hehehehe, istriku bilang Opa & Oma Manado yang sudah tua itu lebih bagus menyanyi dari dia dan saya hahahahaha

Kalau ada jemaat resepsi HUT atau Nikah di gedung, saya selalu diminta duduk dekat KMJ dan PJ di meja terdepan. Duh … padahal saya ingin duduk dekat pintu karena ingin merokok ke luar.

Sektor saya, jadi pusat perhatian kalau Natal Jemaat, kan katanya ada orang punya di situ ….. duh .. padahal saya ingin liburan natal ke luar kota, sedang rumah saya sudah di booking setiap tahun buat Natal Jemaat. asem nggak …. ?

Kalau HUT, semua tahu karena didoakan di gereja…. keluarga kami selalu dikunjungi, padahal kalau Opa Ambon yang di lorong belakang rumah kami, dilewatkan begitu saja …. Jadi nggak enak sama Opa itu. Terpaksa saya yang kunjungi beliau hahaha.

Dan banyak lagi perlakuan KMJ, PJ, para majelis, pegawai kantor sampai koster yang buat saya risih …. belum lagi ada sekelompok jemaat yang bikin group sendiri yang anggap saya berseberangan karena dianggap dekat sama KMJ dan PHMJ yang tidak sejalan dengan mereka.

Duh bergereja, berjemaat, berdonasi kok jadi punya musuh malah .....

Demikianlah, ....

Saya harap pesan ini bisa diterima dengan baik. Saya tetap seperti saya apa adanya, kalau punya lebih saya berbagi … kalau pas-pasan tetap berbagi, dan kalau kekurangan pun masih bisa berbagi Firman Tuhan, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita dalam keadaan apapun, dimanapun dan di setiap saat. Hehehehe Tapi jangan juga sampai karena sudah keburu kesal jadi malas berbagi.

Mohon maaf kalau ada yang tersinggung dan saya tidak bermaksud menyombongkan apa yang saya punya dan yang saya berikan. Sama sekali tidak bermaksud demikian.

Penulis: Selesai, .... Demikianlah kura-kura (lho kok jadi kayak seword.com ya? =)) … AMIN


ITT - Jakarta, 13 Februari 2020