Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Friday, May 12, 2006

Mazmur 116:12-19


116:12 Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?
116:13 Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN,
116:14 akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya.
116:15 Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
116:16 Ya TUHAN, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan! Engkau telah membuka ikatan-ikatanku!
116:17 Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama TUHAN,
116:18 akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya,
116:19 di pelataran rumah TUHAN, di tengah-tengahmu, ya Yerusalem! Haleluya!

“Bersyukur”

Allah pasti mempertahankan milik-Nya. Mazmur ini dibuka dengan ungkapan pemazmur, “Aku mengasihi Tuhan”. Kasih pemazmur ini merupakan respons terhadap kasih Allah yang telah menyendengkan telinga-Nya kepadanya (ayat 2). Ungkapan ini didasari pada pengalamannya dibebaskan dari bahaya maut. Memang tidak disebutkan oleh apa bahaya maut itu disebabkan, tetapi ia merasa sudah tertangkap oleh sang maut (ayat 3). Pemazmur menuturkan bagaimana ia mengalami krisis iman ketika tenggelam dalam penderitaannya. Tidak ada seorang pun yang menolong. Sendiri dalam penderitaan melahirkan kekecewaan yang dalam (ayat 11). Namun, keadaan itu tidak menggoyahkan kepercayaannya kepada Tuhan (ayat 10). Wajar bila pemazmur rindu untuk membalas segala kebaikan Allah. Ia akan mengangkat piala keselamatan, menyerukan nama-Nya (ayat 13), membayar nazarnya di depan umat Allah (ayat 14,18); mempersembahkan kurban syukur kepada Allah. Arti nya, ia ingin hidupnya selalu memuliakan Allah.

Dari pengalaman iman pemazmur bersama Allah ini, kita belajar tiga hal.

Pertama, hakikat hidup kita adalah karunia Tuhan semata-mata, dan bernilai kekal.
Kedua, hidup kita berharga di mata-Nya. Hal ini makin membuat kita menghayati kehadiran dan keberadaan Allah yang mempedulikan keberadaan umat-Nya. Bahkan tidak akan dibiarkan-Nya kematian menjemput mereka sebelum waktunya (ayat 15).
Ketiga, kebaikan Allah yang juga bernilai kekal itu diresponi dengan sikap paling mulia, yaitu mengabdi sebagai hamba-Nya, makin mengasihi-Nya untuk selama-selamanya.

Mari kita Renungkan: Allah mengizinkan kita mengalami “krisis iman” agar kita menyadari dan makin menghayati kasih setia Allah dalam hidup kita.

Tiga dimensi waktu.

Orang Kristen hidup dalam tiga dimensi waktu yaitu masa kini, masa lalu, dan masa depan, sesuai dengan ungkapan pemazmur di pasal ini. Pada masa kini ia mengasihi Allah (1), pada masa lalu: "Ia mendengarkan suaraku" (2), dan di masa depan "seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya" (3).

Pemazmur sendiri hidup dalam tiga dimensi: setelah doanya terjawab (masa lalu), dia mengasihi Allah (masa kini), dan dengan permohonan doa-doanya, ia melanjutkan hidup masa depannya.

Dalam Mazmur ini, dimensi yang ke tiga merupakan tindakan konkrit, karena kasih karunia Allah sudah dilimpahkan kepada manusia (ay. 2, 13, 17). Bahkan di ayat 13, bila dilihat berdasarkan perspektif Perjanjian Baru tentang cawan Yesus, ini bermakna bagi setiap Kristen yang sudah menerima kasih karunia bahwa "mengangkat cawan keselamatan" berarti
(a) bukti ia berserah dan percaya sepenuhnya kepada-Nya;
(b) taat kepada-Nya dalam segala situasi;
(c) memelihara persekutuan dengan-Nya; dan
(d) tetap berpengharapan akan bersekutu dengan-Nya.

Empat hal itu adalah ungkapan "aku mengasihi Tuhan" (ay. 1). Bila Mazmur ini ditempatkan dalam kehidupan Kristen, maka tiga dimensi waktu yang berkesinambungan itu hanya akan berakhir ketika Bapa memanggil kita pulang.

Illustrasi Garam & Telaga.

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..", ujar Pak tua itu.

"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah kesamping. Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. "Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?". "Segar.", sahut tamunya. "Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi. "Tidak", jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. "Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.
"Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Membuat Telaga itu hanya satu cara: Bersyukur !!!

Kesimpulan dari Mazmur ini hanya satu, yaitu; Hakikat hidup orang percaya adalah "Bersyukur".

Klimaks.

Hidup kita merupakan pemberian Allah bagi kita, Apa yang kita lakukan dalam hidup adalah pemberian kita bagi Allah (ULANGI)

ITT - 12 mei 2006

Friday, March 17, 2006

Lukas 19:11-27


19:11 Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan.
19:12 Maka Ia berkata: "Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali.
19:13 Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali.
19:14 Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.
19:15 Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing.
19:16 Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina.
19:17 Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.
19:18 Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina.
19:19 Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota.
19:20 Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan.
19:21 Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur.
19:22 Katanya kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku adalah orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku tabur.
19:23 Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya.
19:24 Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh mina itu.
19:25 Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai sepuluh mina.
19:26 Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.
19:27 Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku."

“Tanggungjawab”

Kalau ada orang yang bertanya kepada kita,"Yakinkah Anda Allah mengasihi kita?" Tanpa berpikir panjang kita tentu akan menjawab, 'Yakin sekali'. Tetapi, coba kalau pertanyaannya begini, 'Yakinkah Anda Allah percaya kepada Anda?' Nah, apakah Anda juga akan menjawab, "Yakin sekali?"

Keraguan kita menjawab akan berbanding langsung dengan aspek tanggung jawab kita sebagai pengikut Kristus. Apakah kita sudah memikul tanggung jawab dan melaksanakan tanggung jawab itu?

Untuk memahami perumpamaan uang mina ini mari kita baca ayat 11 secara teliti, inilah sebenarnya maksud Tuhan Yesus menjabarkan perumpamaan mina ini. (Jabarkan sedikit mengenai Zakheus).

Dalam Lukas 19:11-27, Perumpamaan Tentang Uang Mina. Dikisahkan tentang seorang bangsawan yang berangkat ke negeri jauh. Ia memberikan 10 uang mina (1 mina sama dengan 100 dinar, upah pekerja harian selama 100 hari) kepada hamba-hambanya. Sekembali dari perjalannya, bangsawan ini meminta pertanggungjawaban para hambanya. Orang pertama dan kedua berhasil melipat gandakan uang itu. Tetapi orang ketiga tidak menghasilkan apa-apa karena menyimpan uang itu dalam sapu tangan.

Perumpamaan ini sejajar dengan perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14-30. Intinya adalah, bahwa kita harus mempergunakan dan mengembangkan apa yang sudah Tuhan percayakan kepada kita dengan penuh tanggung jawab; entah itu waktu, uang, kemampuan, atau apa saja. Sebab kalau tidak, Tuhan bisa menarik kembali apa yang sudah dipercayakan-Nya itu.

Seringkali kita mengeluh, bahwa yang kita miliki tidak sebanyak yang orang lain miliki. Padahal sebenarnya yang menjadi soal bukan berapa banyaknya, tetapi bagaimana kita mempergunakannya. Memiliki sedikit kalau itu dipakai dengan penuh tanggung jawab kepada Tuhan, pasti akan menghasilkan perkara yang besar. Dalam Alkitab kita melihat, tidak jarang Tuhan memakai orang-orang sederhana untuk melaksanakan pekerjaanNya; misalnya para gembala, para nelayan, anak kecil yang mempunyai lima roti dan dua ikan.

1. TUHAN YESUS AKAN DATANG KEMBALI SEBAGAI RAJA

Bangsawan yang meninggalkan negerinya untuk dinobatkan sebagai raja mempercayai hambanya dengan meninggalkan 10 mina, dengan satu tujuan agar nilai hartanya tidak menyusut.
Bangsawan itu juga menguji akan kesetiaan daripada hamba-hambanya. Ay.15. Para hambanya mendapat ujian apakah mereka masih juga melayani dan mentaati akan perintahnya meskipun ia tidak hidup bersama mereka. Dapatkah mereka mengelolakan uangnya? Kalau mereka tak melakukannya dengan setia tatkala ia tidak hidup bersama mereka, maka kesetiaan dan kejujuran mereka sangat diragukan.
Lukas 19:12 mengumpamakan dengan jelas, bahwa Yesus akan datang kembali sebagai raja. Saat datang sebagai raja, Ia meminta pertanggungjawaban tugas dari para hambaNya (Lukas 19:15).

2. MEREKA YANG BERUPAYA BAGI DIA AKAN MENERIMA UPAH

Lukas 19:16-17. Hamba yang bertanggungjawab berhasil mengembangkan 1 mina jadi 10 mina, ia diberi upah untuk kuasai 10 kota dalam Kerajaan. Lukas 19:18-19. Yang lainnya bisa kembangkan 1 mina jadi 5 mina, ia diberi upah untuk kuasai 5 kota dalam Kerajaan.

Bangsawan itu memberi pahala bagi mereka yang setia dan jujur melakukan tugas mereka. Ay. 17, 19. Pahala yang ia berikan kepada hambanya adalah sejajar dengan beban tanggung jawab dan hasil pekerjaan yang mereka lakukan.

Yesus mengumumkan Dia akan memberikan upah kepada setiap pribadi individu atas cara hidup mereka selama di bumi. Sebagai contoh, dalam Wahyu 22:12 Dia berkata, 'Aku akan memberi kepada setiap orang sebanding dengan apa yang dia telah lakukan.'

Lagipula, Dia menegaskan ini dalam Matius 16:27 ketika Dia berkata, 'Karena Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa dengan para malaikatNya, dan Dia kemudian akan memberikan upah kepada setiap orang sehubungan dengan apa yang telah dikerjakannya.'

3. MEREKA YANG LALAI AKAN DIHUKUM

Matius 25:28,30. Hamba yang tidak berguna akan dirampasi & dihukum.

Mungkin kita punya talenta waktu, tapi tak mampu melayani jemaat, pakailah talenta waktu itu untuk doa syafaat! Mereka yang punya talenta kepemimpinan, bisa berikan talenta itu pada Allah dengan bersedia jadi gembala. Yang punya talenta kekayaan, bisa berikan itu pada Allah untuk membiayai pekerjaan Tuhan. Apapun talenta kita, semuanya untuk Allah, bukan untuk diri sendiri. Jika kita kembalikan pada Allah, kita diberkati. Jika tidak mau akan dirampasi & dihukum.

KLIMAKS

Kerajaan Allah adalah keadaan dimana hidup kita menjadikan Yesus sebagai Raja. Kita akan berupaya untuk mengembangkan talenta & mina yang Ia percayakan pada kita demi kebesaran & kemuliaanNya.

Waktunya akan tiba untuk kita mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita di hadapan Hakim yang Adil.

Inti: Ayat 26; Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.

Apa yang diberi? Berkat – Apa yang diambil? Berkat, .... sehingga menjadi "Tidak mendapat berkat"

Hidup kita merupakan pemberian ALLAH bagi kita, Apa yang kita lakukan dalam hidup adalah pemberian kita bagi ALLAH (ULANGI)

AMIN

ITT – 17 Maret 2006

Saturday, February 4, 2006

Matius 17:1-13

Yesus Dimuliakan di atas Gunung

17:1 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja.
17:2 Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.
17:3 Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.
17:4 Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
17:5 Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."
17:6 Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan.
17:7 Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: "Berdirilah, jangan takut!"
17:8 Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri.
17:9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."
17:10 Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?"
17:11 Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu
17:12 dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka."
17:13 Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.

PERUBAHAN RUPA MELALUI DOA

"Yesus membawa Petrus, Yohanes, dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung dan berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan" (Luk 9:28-29). Perubahan rupa adalah suatu gambaran tentang keadaan-Nya kelak dalam Kerajaan-Nya yang akan datang. Tidak pelak lagi perubahan rupa itu merupakan suatu pengalaman penuh sukacita yang memperkuat manusia Yesus menghadapi kematian-Nya yang semakin dekat. Perubahan rupa diberikan untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Allah, dan suatu jaminan atas kebangkitan-Nya dan Kerajaan-Nya yang akan datang serta membuktikan keunggulan Yesus dari Musa dan Elia, seperti ditunjukkan dalam kesaksian Petrus yang diberikan dalam 2Petrus 1:16-18.

Perubahan rupa terjadi "Ketika Ia sedang berdoa". Kita tidak tahu apa yang dikatakan-Nya dalam doa itu. Pasti doa itu adalah pujian kepada Allah atas karya keselamatan yang akan diselesaikan di kayu salib dan tentang kebangkitan.
Sementara kita mendaki bukit doa, kehidupan kita dapat diubah dan diperindah. Dari bukit itu kita memperoleh pemandangan Allah atas kehidupan dan keadaan-keadaan kita. Dari tempat tinggi yang menguntungkan itu kita dapat menilai kehidupan dan pekerjaan kita dengan tepat. Beberapa hal yang dulu kita pikir berarti, akan tampak tak berarti, dan sebaliknya. Rencana-rencana kita, pekerjaan- pekerjaan kita, kekuatiran-kekuatiran kita, kesedihan- kesedihan kita, perhatian-perhatian kita, dan kesukacitaan kita dapat dilihat dari sudut pandangan yang benar dari bukit doa itu. Kita memandang segala sesuatu dari sudut pandangan Allah.

Betapa luar biasanya hak istimewa yang diberikan kepada murid-murid ini. Mereka sungguh-sungguh melihat Yesus berubah rupa dihadapan mata mereka. Mereka melihat Yesus dalam kemanusiaan-Nya dan dalam kemuliaan surgawi-Nya. Seluruh tubuh-Nya menunjukkan kemuliaan ilahi-Nya. Mereka melihat Raja dalam kemulian-Nya dari bukit doa yang kudus itu, dari mana dengan iman, kita juga dapat melihat Dia dalam kemuliaan-Nya.

Setelah Petrus mengukakan pernyataannya yang sembrono itu (ayat 33), Allah berbicara dari surga, kata-Nya, "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia".

1. Pengalaman supranatural adalah anugerah.

Tidak semua orang mengalami pengalaman supranatural, karena pengalaman supranatural adalah anugerah. Pengalaman ini dialami oleh beberapa orang tertentu bukan berdasarkan siapakah mereka di hadapan Tuhan, namun semata-mata berdasarkan anugerah-Nya. Tuhan memiliki tujuan khusus bagi orang-orang yang mengalaminya. Ada yang mengalaminya sehingga ia percaya kepada Kristus, ada yang mengalaminya sehingga kehidupannya berubah, ada pula yang mengalaminya sehinga ia mendapatkan visi yang jelas dari Allah, ada pula yang mengalaminya sehingga mendapatkan kekuatan dalam pergumulan yang berat. Namun pengalaman supranatural bukan satu-satunya cara Allah untuk menyatakan diri kepada manusia.

Ketiga murid Yesus: Petrus, Yakobus, dan Yohanes mengalami pengalaman supranatural bukan karena mereka lebih baik dari yang lain, semata-mata karena ketiganya diperkenankan Yesus untuk menyaksikan kemuliaan-Nya. Ia mengajak mereka naik ke gunung yang tinggi, supaya pengalaman itu hanya dialami oleh mereka berempat. Di sana mereka menyaksikan kemuliaan wajah dan pakaian Yesus bagai matahari dan terang, menandakan betapa berkilaunya sehingga mereka tak sanggup menatap secara kasat mata. Di sana pun hadir Elia yang mewakili nabi dan Musa yang mewakili Taurat. Pengalaman ini membuat mereka begitu bahagia, sehingga mereka tidak mau kembali kepada realita yang penuh penderitaan (ayat 16:24), maka Petrus menawarkan 3 kemah untuk Yesus, Elia, dan Musa. Tiba-tiba awan yang terang menaungi mereka dan terdengar pernyataan Illahi tentang Yesus, Anak Allah. Puncak penyataan Illahi ini membuat ketiga murid tersungkur dan sangat ketakutan, sehingga mereka tidak sanggup lagi menyaksikan peristiwa selanjutnya.

Pengalaman supranatural bersifat sesaat dan setiap orang yang mengalaminya harus kembali kepada realita, karena pengalaman supranatural tidak bertujuan meninabobokan seseorang, tetapi memberikan dasar kebenaran bagi seseorang untuk hidup dalam realita. Pengalaman supranatutal ini pun bukan untuk dipublikasikan (ayat 9), sehingga orang yang mengalaminya tidak menjadi sombong rohani.

Renungkan: Betapa indahnya kesaksian seorang yang mengalami pengalaman supranatural, yang tidak berfokus kepada kesombongan rohaninya, tetapi kepada kemuliaan Yesus Sang Mesias.

2. Janji Tuhan

Musa, Elia dan Yesus. Dalam tradisi Perjanjian Lama, umat Tuhan percaya bahwa tokoh Musa dan Elia termasuk tokoh yang sangat penting. Musa adalah nabi yang menerima hukum Tuhan, dan Elia adalah nabi besar yang memperbarui komitmen umat pada hukum Tuhan. Setelah peristiwa pengakuan Petrus, di atas gunung Hermon, Allah menyuarakan kembali bahwa Tuhan Yesus adalah Anak-Nya yang dikasihi-Nya dan meneguhkan kepercayaan para murid. Kristen kini sebenarnya lebih beruntung dari para murid dulu. Yesus sekarang sudah kembali dalam kemuliaan-Nya. Kita mengalami kemuliaan-Nya tiap saat, asal hati kita peka dan terbuka.

Janji-Nya digenapi. Kebenaran bahwa Elia akan datang sebelum Mesias datang, sesungguhnya sudah digenapi Allah. Elia yang dimaksud bukan Elia yang sudah mati. Yohanes Pembaptislah yang dimaksud Allah sebagai pendahulu datangnya Mesias. Janji Allah pasti dan teguh! Apa yang Allah telah katakan, Ia pun akan menggenapinya. Ini sesuai dengan sifat Allah. Allah adalah setia, patut dipercaya. Kristen tidak perlu meragukan janji-janji Allah yang dinyatakan oleh-Nya di dalam Alkitab. Percaya, patuh, dan taat adalah sikap yang benar seorang anggota keluarga Allah.

Ajakan: Ajar kami untuk selalu mempercayai janji-janji-Mu

3. Bukti Kemesiasan Kristus.

Tidak mudah menjadi murid Yesus dan tidak mudah menyangkal diri untuk sepenuh hati memikul salib yang dibebankan oleh-Nya. Kadang bisa timbul keraguan, apakah kehendak-Nya memang yang benar dan yang terbaik.

Para murid baru saja menerima pelajaran keras, yaitu mengakui Yesus sebagai Mesias berarti siap menerima konsekuensi menderita demi Dia. Maka para murid memerlukan penguatan. Peristiwa Yesus dimuliakan bukan hanya penting untuk meneguhkan misi-Nya, tetapi juga untuk membuka mata rohani murid-murid-Nya bahwa Dia memang Mesias yang dipilih Allah. Apa makna Yesus dimuliakan itu?

Pertama, Yesus adalah Mesias yang sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Musa mewakili Hukum Taurat yang sejak awal menjanjikan seorang Nabi yang akan datang untuk mengajarkan kebenaran sejati (Lih. Ul.18:18-19). Elia mewakili para nabi yang mengarahkan hati umat Israel untuk mengantisipasi datangnya Sang Mesias (ayat 2-3). Tuhan Yesus sendiri menerangkan bahwa Yohanes berperan sebagai Nabi Elia mempersiapkan orang banyak untuk menyongsong kedatangan diri-Nya (ayat 11-13). Kedua, Allah Bapa menyatakan perkenan-Nya atas diri Yesus berupa awan hadirat dan suara restu-Nya. Bapa memerintahkan murid-murid, yang diwakili oleh ketiga murid terdekat untuk mempercayai Yesus dan pemberitaan-Nya (ayat 5).

Tanda-tanda kemuliaan Allah apakah yang boleh menguatkan gereja masa kini? Pertama, pertobatan yang terjadi ketika gereja mewartakan kebenaran Injil. Kedua, orang-orang yang percaya dan diubahkan oleh pemberitaan firman Tuhan bahwa Yesus memang satu-satunya Juruselamat manusia. Semua itu menjadi bukti bahwa apa yang dipercayai gereja adalah benar. Sekaligus menjadi penguat gereja untuk tetap setia walaupun di tengah-tengah penganiayaan.

Renungkan: Mukjizat terbesar adalah pertobatan. Itu bukti Yesus adalah Mesias.

ITT - 4 Februari 2006