Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Friday, January 29, 2010

Tunjukkan dengan Perbuatan

"Orang lebih dahulu dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat," Anda bisa mempercayai pernyataan ini atau tidak, tetapi itulah kenyataannya. Jika Anda saat ini memiliki anak maka Anda akan melihatnya. Tidak peduli apa yang Anda perintahkan supaya dilakukan oleh anak-anak Anda, kecenderungan alami mereka adalah mengikuti apa yang mereka lihat Anda kerjakan.

Bagi sebagian besar orang, jika mereka melihat bahwa Anda bersikap positif, dapat dipercaya, dan mempunyai kualitas-kualitas mengagumkan, mereka akan mencari Anda sebagai pengaruh dalam kehidupan mereka. Saat Anda bertemu dengan orang-orang yang belum mengenal Anda, pada mulanya Anda pasti belum mempunyai pengaruh pada mereka. Orang-orang ini belum bisa melihat kualitas yang Anda di dalam diri, namun hal itu tidak akan berlangsung lama.

Pada saat berinteraksi dan mereka melihat segala tindakan Anda yang membangun kehidupan mereka maka disitulah Anda mendapatkan kepercayaan. Kepercayaan inilah yang sebenarnya membuat Anda memiliki pengaruh terhadap orang-orang di sekitar Anda. Oleh karena itu, jagalah kepercayaan yang mereka berikan dengan cara hidup benar di hadapan Tuhan.

"Dengan kata-kata saja seorang hamba tidak dapat diajari, sebab walaupun ia mengerti, namun ia tidak mengindahkannya."

Keteladanan yang Anda tampilkan melalui perbuatan memiliki pengaruh sangat besar dibandingkan perkataan yang indah dan enak didengar.

From Leadership John C.Maxwell

Friday, January 1, 2010

Melangkah Bersama Tuhan Memasuki Tahun yang Baru


Bersyukur kita sudah menginjakkan kaki kita masuk dalam Tahun Baru. Banyak orang pada akhir tahun berusaha mencari tahu atau mempredeksi apa yang bakal terjadi pada tahun depan. Baik melalui metode yang bersifat mistik melalui berbagai macam ramalan paranormal, atau dengan metode iptek yang canggih termasuk media cetak dan media elektronik. Tuhan memang tidak pernah memberi tahu kepada kita apa yang bakal terjadi besok, minggu depan, bulan depan atau tahun depan.

Ada 2 maksud Tuhan tidak memberi tahu kepada kita apa yang bakal terjadi:
1. Agar kita dapat menikmati segala anugerah yang Tuhan siapkan di depan kita dan terbebas dari segala macam kekuatiran yang tidak perlu.
2. Agar kita belajar selalu beriman dalam setiap langkah hidup kita.

Jika Tuhan menunjukkan semua yang bakal terjadi baik yang baik, maupun yang buruk, maka kita pasti dipenuhi kekuatiran dan tidak dapat menikmati apa yang ada di depan kita. Contoh: jika kita tahu bulan depan akan beroleh keuntungan yang besar dalam bisnis, tiga bulan lagi kedudukan kita akan naik, tahun depan keluarga kita akan bertambah seorang anak yang pintar, tentu kita akan sangat suka cita, tetapi bagaimana jika kita tahu kalau lima tahun lagi kita akan menderita sakit kanker yang ganas? Tentunya semua berkat yang kita terima itu tidak ada artinya sama sekali bukan? Tuhan tidak menghendaki kita terus dilanda kekuatiran, tepat seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus: “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat.6:34). Di samping itu Tuhan juga mengajar agar kita selalu memiliki iman untuk menapaki jalan di depan dengan satu keyakinan setiap langkah Tuhan selalu menyertai kita, tepat seperti Pemazmur berkata: “ TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya (Mazmur 37:23-24).

Ketika bangsa Israel siap untuk masuk negeri Kanaan, Tuhan mengajar mereka terlebih dahulu dengan 3 macam pelajaran rohani:

1. Iman
Alkitab menegaskan: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr.11:1) Ketika bangsa Israel akan masuk negeri Kanaan yakni negeri perjanjian Tuhan yang penuh dengan susu dan madunya, Yosua berkata: “Sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu” Mereka harus melewati jalan yang sama sekali belum pernah dilalui, oleh sebab itu, mereka harus sepenuhnya bersandar pada Tuhan, demikian juga halnya dengan kita ketika memasuki tahun ini. Apa yang bakal terjadi dalam tahun ini, kita tidak tahu, tetapi hal itu tidak membuat kita berkecil hati, karena semuanya sudah Tuhan atur dengan sempurna demi kebaikan kita. Tuhan tidak putus-putusnya mengajarkan pelajaran iman kepada umat-Nya Israel, karena pengalaman menunjukkan bahwa walaupun Tuhan tidak pernah berhenti menyatakan perbuatan-Nya yang besar dan ajaib selama 40 tahun di padang gurun, namun mereka tetap bersungut-sungut dan bimbang ketika menghadapi kesulitan. Sekarang mereka siap masuk ke dalam negeri perjanjian, tetapi bukan berarti akan bebas sama sekali dari segala kesulitan, sebaliknya kesulitan demi kesulitan tetap siap menghadang mereka. Bukan saja kesulitan alam ketika menyeberang sungai Yordan, juga masih banyak musuh yang menanti mereka, pada hal bangsa Israel tidak memiliki pengalaman sama sekali untuk menghadapinya. Satu2nya cara yang paling tepat ialah selalu dengan iman bersandar sepenuhnya kepada Tuhan.

Ketika kita akan meninggalkan tahun yang telah lewat, dalam kilas balik kita akan mengingat ingat pimpinan dan anugerah Tuhan sepanjang satu tahun yang memberi kekuatan kepada kita untuk melewatinya, tetapi apakah pelajaran rohani yang penting ini menyebabkan kita makin mengenal Tuhan dan makin bersandar kepada-Nya? Apakah iman kita makin hari makin kuat, tambah tahun tambah kuat? Apakah kita tetap setia mengikut Tuhan dengan memelihara hubungan kita kepada-Nya setia waktu? Kalau sungguh jujur, kenyataannya pasti tidak demikian bukan? Sering kali justru sebaliknya: berapa besarpun mujizat yang pernah kita alami dengan pertolongan Tuhan, akan begitu cepat kita lupakan ketika kita menghadapi jalan buntu atau kesulitan yang besar yang sedang berada di depan kita. Mari kita perhatikan: Bukankah bangsa Israel dengan mata kepala sendiri melihat Tuhan membelah laut Merah? Bukankah mereka melihat Tuhan menurunkan manna dari sorga? Bukankah mereka melihat perlindungan Tuhan siang malam melalui tiang awan dan tiang api selama 40 tahun? Iman pada hakekatnya bukan sekedar suatu tingkatan, dalam arti, bukan berarti seperti ilmu bela diri atau silat yang makin dilatih akan makin kuat, atau makin banyak pengalaman, maka akan makin tinggi ilmunya, melainkan lebih cenderung seperti kesehatan kita yang sangat bergantung pada suatu kondisi. Ketika kita mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, ditambah dengan istirahat yang cukup, juga olah raga yang teratur maka kesehatan kita akan makin meningkat, tetapi apabila kita lalai menjaga kesehatan, maka segera akan menurun dengan drastis, bahkan kita akan jatuh sakit. Oleh sebab itu, menjaga hubungan selalu dengan Tuhan adalah metode yang paling ampuh dalam menjaga kondisi iman kita. Kiranya peringatan Tuhan melalui hamba-Nya Yosua juga sekali lagi mengingatkan kita untuk melangkah dengan iman memasuki tahun yang baru ini.

2. Kesucian Diri
Malam menjelang bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan, Yosua berkata kepada mereka: “Kuduskanlah dirimu” Sungguh suatu hal yang sangat mengherankan, suatu umat yang besar dengan jumlah dua setengah juta orang, ketika siap akan menyeberang sungai yang tengah meluap airnya, Yosua tidak menyuruh mereka segera membuat jembatan, atau perahu, tetapi Yosua memerintahkan mereka untuk menguduskan dirinya. Kesulitan yang dihadapi bangsa Israel bukan saja terbatas pada menyeberangi sungai Yordan, tetapi ada musuh yang kuat dengan benteng yang tangguh sedang menghadang mereka. Yosua tidak memerintahkan mereka untuk menyiapkan perlengkapan senjata yang memadai untuk menghadapi musuh, melainkan hanya memerintahkan agar mereka menguduskan dirinya.

Sebenarnya dosa apa saja yang telah dilakukan bangsa Israel sehingga membuat Tuhan begitu marah kepada mereka? Paulus memberi sedikit gambaran yang menjadi peringatan bagi kita bersama: “Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: “Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.” Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut (I Kor.10:6-10)

Ada 2 macam dosa zinah yang sangat dibenci Tuhan yakni zinah rohani dan zinah jasmani. Yang dinamakan zinah rohani yakni kita telah berpaling kepada berhala atau illah lain, tidak sepenuh hati melayani Tuhan, bahkan menggantikan kedudukan Tuhan dalam hati dengan hal-hal duniawi ini. Sedangkan zinah jasmani ialah berbagai macam dosa percabulan baik yang nyata dalam perbuatan atau hanya dalam pikiran saja. Kesucian hidup adalah sangat penting bagi kita anak-anak Tuhan, karena tanpa kesucian kita tidak dapat melihat Allah (Ibr.12:14) Kesucian adalah hal yang abstrak yang mudah dipalsukan dan sulit untuk dinilai kesungguhannya, karena itu iblis selalu dengan kemunafikan menutupi dosa yang tersembunyi dalam hati kita. Kita tidak takut berapa besar kesulitan yang ada di depan kita, kita tidak takut berapa besar kekuatan musuh yang sedang menanti kita, tetapi kita harus merasa gentar apabila Tuhan meninggalkan kita, karena kita tidak bisa hidup suci di hadapan Tuhan. Tanpa kesucian, semua jembatan dan semua perahu yang disiapkan untuk menyeberangi sungai Yordan akan sia-sia. Mari kita belajar selalu hidup suci dalam menapaki tahun 2009 ini.

3. Ketaatan
Ketika bangsa itu berangkat dari tempat perkemahan mereka untuk menyeberangi sungai Yordan, para imam pengangkat tabut perjanjian itu berjalan di depan bangsa itu. Segera sesudah para pengangkat tabut itu sampai ke sungai Yordan, dan para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya ke dalam air di tepi sungai itu–sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya selama musim menuai– maka berhentilah air itu mengalir. Air yang turun dari hulu melonjak menjadi bendungan, jauh sekali, di dekat Adam, kota yang terletak di sebelah Sartan, sedang air yang turun ke Laut Araba itu, yakni Laut Asin, terputus sama sekali. Lalu menyeberanglah bangsa itu, di tentangan Yerikho. Tetapi para imam pengangkat tabut perjanjian TUHAN itu tetap berdiri di tanah yang kering, di tengah-tengah sungai Yordan, sedang seluruh bangsa Israel menyeberang di tanah yang kering, sampai seluruh bangsa itu selesai menyeberangi sungai Yordan (Yosua 3:14-17)

Satu pelajaran rohani lagi yang penting yang diberikan Tuhan kepada orang Israel di dalam menyeberangi sungai Yordan, yakni taat sepenuhnya akan pimpinan Tuhan. Perhatikan: Para imam pengangkat tabut perjanjian Tuhan berjalan di depan dan iring-iringan bangsa Israel mengikutinya dari belakang. Tidak terbalik: bangsa Israel jalan di depan lalu para imam dari belakang. Ini merupakan sebuah symbol dari kepemimpinan rohani yang tidak boleh di bolak-balik dan di utak-atik. Tabut Perjanjian yang di angkut oleh para imam adalah melambangkan kehadiran Allah dan penyertaan-Nya. Ini berarti bahwa di dalam segala hal kita patut mendahulukan kehadiran Tuhan dan kita mendahulukan Tuhan berjalan di depan dan kita mengikutinya dari belakang.

Mari kita ingat juga bahwa pada saat itu Tuhan tidak langsung menghentikan aliran sungai lebih dulu, sampai kaki para imam pengangkat tabut perjanjian menginjak air sungai sesuai dengan perintah Tuhan. Dan ketika mereka taat sepenuhnya menghormati pimpinan Tuhan melalui Tabut Perjanjian yang di angkut oleh para imam; maka, mujizatpun terjadilah! Aliran air sungai Yordan terputus sama sekali, suatu kuasa yang ajaib telah membendung aliran sungai sehingga bangsa Israel tanpa kesulitan boleh menyeberangi sungai Yordan.

Jalan di depan kita masih panjang. Barangkali mujizat yang seperti itu tidak lagi terjadi pada hari ini. Tuhan barangkali tidak akan menghentikan semua aliran sungai yang ada di depan kita. Tetapi mari tidak menjadi putus asa, takut, khawatir, kecewa karena barangkali itulah saatnya Dia menghendaki kita terus melangkah di dalam iman, kesucian dan ketaatan pada-Nya. Kehadiran Tuhan dan penyertaan-Nya dalam memasuki Tahun Baru ini jauh lebih penting dari pada semua pengalaman dan ketrampilan yang kita miliki. Mari kita dengan iman, kesucian dan ketaatan masuk dalam tahun 2010, agar dalam tahun ini juga kita akan menyaksikan banyak mujizat Tuhan terjadi dalam setiap aspek kehidupan kita. Tuhan memberkati anda sekalian, Amin. Selamat Tahun Baru 2010.

ITT - 1 januari 2010