Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Thursday, March 19, 2020

Memahami COVID-19 dari sudut Alkitab


Sekarang ini di penghujung Maret 2020, kita punya ribuan orang yang sekarat akibat virus ini, ratusan yang meninggal,  di Indonesia sudah mencapai belasan orang (dan terus meningkat, bisa di cek di https://ncov2019.live/data atau di https://covid19.go.id/), ..... ini berarti ratusan ribu orang yang sedang berduka. Dan apa yang akan saya tulis dan kita baca mungkin rasanya kurang pas, .... tidak tepat waktu dalam kehidupan banyak orang, tapi minimal ini mewakili cara pandang saya terhadap bencana dunia ini.

Bagaimana kita mendapatkan pemahaman soal Corona ini kalau ditilik dari Alkitab yang terbuka di depan kita ....

Mari kita mulai, 

Tidak ada yang lebih kuat dari pada Yesus .... Apakah ini benar? YA menurut iman percaya saya.

Dengan kata pengantar itu, izinkan saya mencoba untuk memahami virus yang mematikan ini. Mari kita mulai dengan fakta historis dan fakta Alkitab yang jelas.

Fakta sejarah adalah bahwa pada Hari Tuhan, Minggu, 26 Desember 2004, lebih dari 130-160 ribuan orang terbunuh oleh tsunami di Aceh, dan 200 ribuan di sekitar Samudra Hindia, termasuk seluruh gereja yang berkumpul untuk beribadah pada Hari Tuhan tersebut, tersapu dalam kematian. Itu fakta sejarah. 

Sekarang, fakta Alkitab adalah Markus 4:41: Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?" - Ibrani 13: 8 = Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.

Jadi, kumpulkan kedua fakta itu - fakta sejarah dan fakta alkitabiah - dan kita mendapatkan kebenaran ini: Tuhan Yesus dapat menghentikan bencana alam, dan ia tidak melakukannya pada tahun 2004. Tetapi karena ia selalu melakukan apa yang baik dan benar serta adil, maka ia memiliki tujuan yang bijaksana dan baik dalam bencana yang mematikan itu.

Oleh karena itu, saya akan merasakan hal yang sama tentang virus Corona ini. Tuhan Yesus memiliki semua pengetahuan dan semua otoritas atas kekuatan alam dan adikodrati dunia ini. Dia tahu persis di mana virus itu bermula, dan ke mana arah virus selanjutnya. Dia memiliki kekuatan penuh untuk menahannya atau tidak. Dan itulah yang terjadi.

Menelaah Mazmur 33:11 = tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun. serta Ayub 42:2 = "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. - membuat satu rangkuman bagi saya, bahwa pertanyaannya bukanlah apakah Yesus (mampu) mengatur semua bencana dan semua penyakit di dunia, termasuk di dalamnya mereka yang berdosa dan setan, tetapi pertanyaannya adalah - dengan Alkitab kita yang terbuka, - bagaimana kita memahami ini? Bisakah masuk akal bagi kita?

Berikut adalah empat realitas alkitabiah yang dapat saya ajukan secara cepat dan dapat kita gunakan sebagai unsur pembangun dalam upaya kita untuk memahami dan memahaminya.

1. Penderitaan

Ketika dosa memasuki dunia melalui Adam dan Hawa, Allah menahbiskan bahwa tatanan yang diciptakan, termasuk tubuh fisik kita, sebagai orang yang diciptakan menurut gambar-Nya, akan mengalami penderitaan dan kesia-siaan, dan bahwa semua makhluk hidup akan mati.

Orang Kristen, dengan diselamatkan melalui Injil anugerah Allah, tidak luput dari penderitaan fisik, kesia-siaan, dan kematian ini. Dasar dari poin ini adalah Roma 8: 20–23: 20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, 21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. 22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. 23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.

Perbedaannya bagi orang Kristen, yang mempercayai Kristus, adalah bahwa pengalaman kita tentang penderitaan ini bukanlah penghukuman. Roma 8: 1: Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Rasa sakit bagi kita adalah proses pemurnian, bukan penghukuman. 1 Tesalonika 5: 9: Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 
Tetapi bagi mereka yang ada di dalam Kristus, sengat maut dihilangkan (1 Korintus 15:55: Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"). 

Itu adalah dasar nomor satu untuk memahami apa yang sedang terjadi saat ini.

2. Karunia

Tuhan kadang-kadang menimbulkan penyakit pada umat-Nya sebagai hukuman yang menyucikan dan menyelamatkan, yang bukan merupakan penghukuman, tetapi suatu tindakan belas kasihan untuk tujuan penyelamatannya. Dan poin itu didasarkan pada 1 Korintus 11: 29–32 = 29 Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. 30 Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. 31 Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. 32 Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia. 
Teks itu membahas tentang penyalahgunaan Perjamuan Kudus, tetapi prinsipnya menurut saya bisa mencakup lebih luas.

Sekarang, biarkan itu kita pahami, resapi dan dalami. 

Tuhan Yesus mengambil kehidupan orang-orang yang dicintainya melalui kelemahan dan penyakit - kata-kata yang sama, digunakan untuk menggambarkan kelemahan dan penyakit yang Yesus sembuhkan dalam kehidupan duniawinya (Matius 4:23 - Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. Matius 8:17 = Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita."; Matius 14:14 = Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. - .... Ia membawa mereka ke surga .... Ia membawa mereka ke surga karena lintasan dosa mereka sehingga ia memotong dan menyelamatkan mereka. Bukan untuk menghukum mereka, tetapi untuk menyelamatkan mereka.

Dengan kata lain, beberapa dari kita mati karena penyakit “supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia” (1Kor 11:32b). Jika Tuhan dapat melakukan itu pada beberapa orang yang dicintai-Nya di Korintus, sudah pasti Tuhan dapat melakukan-Nya kepada banyak orang sekarang, termasuk dalam kasus Virus Corona. Perhatikan bahwa tidak semua kematian itu adalah karena dosa.

Bukankah itu Karunia? Itu dasar nomor dua dalam pemahaman ini.

3. Hukuman

Kadang-kadang Tuhan menggunakan penyakit untuk menjatuhkan hukuman atas mereka yang menolaknya dan menyerahkan diri mereka pada dosa. Saya mencari dan mendapat dua contoh. Dalam Kisah Para Rasul, Herodes sang raja meninggikan dirinya sebagai seorang dewa. Kisah Para Rasul 12:23 = Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing. 
Tuhan dapat melakukan itu dengan semua yang meninggikan diri. Kalau ternyata banyak pemimpin dan pejabat kita yang tidak mati setiap hari karena kesombongan mereka di hadapan Tuhan dan manusia, maka itu jelas karena rahmat dan belas kasihan Tuhan belaka.

Contoh lain adalah dosa hubungan homoseksual. Dalam Roma 1:27, dikatakan, "Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka." Sekarang, itu adalah contoh murka Allah dalam Roma 1:18, di mana dikatakan, “Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.” 

Itu menjadi dasar nomor tiga kita, bahwa Tuhan dapat menggunakan penyakit untuk terkadang menghukum mereka yang menolak Tuhan.

4. Peringatan

Semua bencana alam - apakah banjir, kelaparan, wabah, tsunami, atau penyakit - adalah guntur belas kasihan ilahi di tengah-tengah penghakiman, untuk memanggil semua orang di mana saja untuk bertobat dan menyelaraskan kembali hidup mereka, dengan karunia Tuhan dan nilai kemuliaan dari kemuliaan Tuhan. Dan dasar untuk itu adalah Lukas 13: 1–5 = 1 Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. 2 Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? 3 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. 4 Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? 5 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.

Itulah pesan Tuhan Yesus kepada dunia saat ini dalam sejarah, di bawah ancaman Virus Corona - sebuah pesan untuk setiap manusia. Saya dan kita semua, dan semua orang yang mendengarkan, serta setiap penguasa di muka bumi ini, setiap orang yang mendengar tentang ini: "Bertobatlah" .... Bertobat dan mencari kemurahan Tuhan untuk membawa hidup saya - hidup kita - selaras dengan nilai yang IA kehendaki.

tambahan kemudian:

Menghimbau seluruh pemimpin gereja untuk mulai menyerukan pertobatan nasional dari pribadi di rumah-rumah, dari keluarga-keluarga di rumah masing-masing .... Memohon TUHAN mengampuni dosa kita semua dan berpaling kembali ke jalan TUHAN,
2 Taw 7:13-14 = 13 Bilamana Aku menutup langit, sehingga tidak ada hujan, dan bilamana Aku menyuruh belalang memakan habis hasil bumi, dan bilamana Aku melepaskan penyakit sampar di antara umat-Ku, 14 dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.

Amin

Catatan: Penulis terlibat langsung dalam merawat kakak ipar yang terindikasi corona dan akhirnya meninggal dunia 18 Maret 2020 lalu. Berinteraksi sedemikian dekatnya dengan Virus Corona ini, bertemu dengan keluarga korban, tenaga medis serta pegawai Rumah Sakit membuat penulis menyadari betapa rapuhnya manusia dan perlunya kita memahami secara teologis, apa yang Tuhan kehendaki serta melakukan kehendak Tuhan itu dalam kehidupan sehari-hari kita.

ITT - Jakarta, 19 Maret 2020