Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Tuesday, March 17, 2009

Matius 17:9


17:9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."

Menjaga Rahasia Tuhan

Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."

Ada satu konsep di alkitab yang mungkin membingungkan banyak orang, yaitu tentang merahasiakan hal-hal spiritual. Terdapat beberapa bukti dalam alkitab saat Yesus memerintahkan para saksi untuk tidak memberitakan kebesaranNya. Kadangkala itu berarti tidak menyatakan penyembuhan fisik yang dilakukanNya dalam setiap kejadian ini, orang yang disembuhkan diperintahkan untuk tidak memberitahukan kepada siapapun mengenai perbuatanNya kepada mereka. (Mat.12:16, Mat.16:20, Mark.3:12, Mark.7:36, Mark.8:30, Luk.5:14, Luk.8.56, Luk.9:21). Yesus melarang murid-muridNya untuk menyatakan bahwa Dia sebenarnya adalah Kristus, Anak Allah.

Matius 17:9 dan Markus 9:9 membicarakan tentang perubahan rupa Yesus di gunung. Murid-muridNya melihat Yesus, Musa, dan Elia. Di gunung itu Yesus menyatakan kemuliaanNya. Pada saat Dia turun dari gunung, Yesus memperingatkan mereka agar tidak memberitahukan kepada siapapun tentang peristiwa yang baru saja mereka saksikan. Mengapa selama pelayananNya Yesus meminta beberapa saksi tertentu untuk tidak memberitakan keagunganNya, kuasaNya, kehendakNya? Dan mengapa Dia meminta kita, saksi-saksiNya saat ini untuk merahasiakan beberapa pewahyuan tertentu?

Waktu Tuhan

Ada beberapa alasan untuk itu, salah satunya adalah waktu. Kita tahu bahwa jalanNya bukan jalan kita, berdasarkan Yesaya 55:8 ( Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN). Pengkotbah menyatakan ada waktu untuk semuanya. Dalam Matius 26:18, menjelang kematianNya, Yesus berbicara bahwa waktuNya sudah dekat. Wahyu berbicara tentang akhir jaman. Baik di perjanjian lama maupun perjanjian baru, waktu adalah kata kuncinya, kata kunci dari rencana Tuhan, kata kunci dalam pelayanan Yesus, dan juga kata kunci dalam pelayanan kita sebagai seorang Kristen di bumi ini.

Dengan pemahaman ini, Roh Kudus seringkali menyuruh kita tetap diam karena waktu untuk menyatakannya tidak tepat. Sama seperti seorang penabur dan tanah, keduanya harus siap sebelum benih dapat ditanam dan iman dapat bertumbuh. Karena itu, pihak yang menerima pernyataan kita dan kita yang menyatakan suatu hal yang penting harus siap terlebih dahulu untuk apa yang akan dilakukanNya.

Tanah yang Telah Dibajak

Terkadang kita tidak siap untuk menghadapi reaksi orang lain setelah kita menyatakan hal-hal rohani yang kita dapatkan secara pribadi dari Tuhan, bahkan terhadap reaksi atau tanggapan dari sesama orang Kristen. Saat orang lain tidak siap untuk mendengar pernyataan Tuhan yang kita dapatkan (Tuhan belum menyuruh kita menyatakannya), itu sama seperti kita melemparkan mutiara kebijaksanaan kepada yang lain, tapi mutiara itu akan terinjak-injak.

Jika waktunya tidak tepat, menyatakan hal itu akan membuat kita atau pihak lain menjadi frustasi atau marah, berselisih paham, keraguan, juga reaksi negatif dari orang lain yang membuat kita meragukan apakah Tuhan benar-benar telah berbicara pada kita. Sekali keraguan itu mulai memenuhi hati kita, iblis dapat dengan mudah mencuri benih pewahyuan tersebut.
Saat kita sedang berapi-api, kita sering lupa bahwa setiap orang percaya berada pada level kedewasaan rohani yang berbeda-beda. Kita perlu berhati-hati agar jangan sampai menyebabkan yang lain tersandung karena mereka belum memahami apa yang berusaha kita sampaikan. Tuhan ingin melindungi kita dari ketidakpercayaan orang lain dan memastikan bahwa kita siap untuk menghadapi perlawanan saat kita perlu menyatakan pekerjaanNya.

Penabur yang Bertanggung Jawab

Kadangkala inti persoalannya sangat berkaitan dengan rasa tidak aman dan harga diri. Ada godaan yang besar untuk menyatakan pewahyuan dari Tuhan, mungkin agar kita dipandang layak atau dipandang sebagai seorang Kristen yang sangat dewasa. Saat motivasi kita berpusat pada diri sendiri, berhati-hatilah, karena iman kita akan terguncang jika kita menerima respon negatif. Dan tanpa iman, kita tidak dapat mempercayaiNya, kita tidak akan meresponi pewahyuanNya.
Jika Tuhan melarang kita menyatakan pewahyuan itu, mungkin itu adalah caraNya mengajarkan kebijaksanaan dan kesabaran pada kita. Dan terkadang, dalam berkomunikasi dengan Dia, beberapa hal yang kita lihat atau dapatkan tidak dimaksudkan untuk dibagikan kepada orang lain, terkadang itu hanya untuk diri kita pribadi, untuk membangun iman kita, membawa kita dekat kembali pada Tuhan. Kita mungkin tidak tahu mengapa, namun Tuhan mempunyai alasanNya sendiri.

Kita mungkin tergoda untuk berpikir bahwa perwujudan rencana Tuhan sangat tergantung pada kita, dan karena itu kita harus menyatakannya pada orang lain sehingga Tuhan kemudian dapat bertindak. Namun kenyataannya tidaklah demikian, rancanganNya pasti terjadi entah kita menyatakannya atau tidak. Intinya adalah, apabila apa yang kita dengar atau dapatkan itu benar-benar berasal dari Tuhan, maka itu akan terjadi. Meskipun sulit untuk tetap diam, tapi jika kita lakukan dan Tuhan mengijinkan kita menyatakan keajaibanNya pada saat yang tepat, kita akan mengatakannya dengan kerendahan hati dan Tuhanlah yang mendapatkan kemuliaan.

Pelajaran dari Yusuf

Yusuf mungkin adalah seseorang yang sangat dihormati dan berpengaruh pada akhirnya, namun masalahnya adalah dia tidak dapat menyimpan rahasia Tuhan tentang apa yang akan terjadi padanya di masa depan. Dalam Kejadian 37:8, setelah Yusuf menceritakan mimpinya pada saudara-saudaranya, dikatakan, “Lalu saudara-saudaranya berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?" Jadi makin bencilah mereka kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu.” Saat kedua kalinya Yusuf menceritakan mimpinya, ayahnya, Yakub, sedikit jengkel, “Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah?” (Kejadian 37:10).

Saudara-saudaranya mengira Yusuf angkuh dan menyebutnya “tukang mimpi”. Kita tahu bahwa Yusuf menyatakan kebenaran yang dia dapatkan dari Tuhan. Tapi ada sesuatu yang luput dari perhatiannya, apakah Tuhan mau dia menyatakannya segera setelah dia mendapatkannya? Apa yang akan terjadi jika seandainya Yusuf menyimpan kebenaran ini untuk dirinya sendiri?
Lagipula jika apa yang dia dapatkan benar-benar berasal dari Tuhan, toh hal itu akan terjadi juga. Mungkin hidup Yusuf akan jadi lebih mudah jika dia menutup mulut. Jika Yusuf tidak memberi lebih banyak alasan pada saudara-saudaranya untuk membencinya, apakah dia tetap akan dijual sebagai budak dan dipenjara? Atau mungkinkah dia akan melewati semua masa penderitaan itu dan melalui proses yang berlangsung perlahan tapi pasti dari anak bungsu menjadi pemimpin dari suatu bangsa? Tidak dapat dipastikan. Namun ini membuat kita berpikir, bukan?

Untungnya, bagi Yusuf dan kita, kita sebagai orang Kristen kadang mengacaukan segalanya, namun masih mendapatkan berkat Tuhan. Ini adalah bukti bahwa Dia tetap setia meskipun kita tidak. Kita tidak mengubah rencanaNya atas kita, tapi kita hanya menyimpang dari rencanaNya sampai kita
kembali berada dibawah kuasaNya. Karena itu, jika kita seperti Yusuf, seperti banyak orang Kristen lain yang pernah tidak memegang tanggung jawab untuk merahasiakan hal-hal yang dari Tuhan sampai pada saat yang tepat, kita dapat berlega hati. Tuhan mengampuni dan memulihkan.

Dia akan memberi hikmat pada kita jika kita ragu, yang perlu kita lakukan hanya berdoa & bertanya padaNya;

“Apakah ini adalah sesuatu yang bisa saya bagikan sekarang?”
“Kepada siapa akan saya bagikan?”
“Bagaimana saya akan menyatakan hal ini?”

Jangan melewatkan langkah penting ini, karena dapat menyelamatkan hidup kita dari kesengsaraan, penghinaan, atau bahkan mencegah kita dari menyebabkan orang lain tersandung.

ITT - 17 Maret 2009 - PW SP3 di Ibu Ida Que