Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Sunday, June 7, 2009

1 Korintus 12:1-6

12:1 Sekarang tentang karunia-karunia Roh. Aku mau, saudara-saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya.
12:2 Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu.
12:3 Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.
12:4 Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh.
12:5 Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan.
12:6 Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang.

Surat kepada gereja yang terpecah belah

BAGAIMANA GEREJA DI KORINTUS DIMULAI.
Paulus pertama kali mengunjungi Korintus pada perjalanan misionarisnya yang kedua (Kis. 18:1). Sejumlah orang Yahudi, termasuk Krispus yang menjadi kepala rumah ibadat, dan banyak orang bukan Yahudi menjadi Kristen. Paulus memulai sebuah sekolah Alkitab untuk mereka, yang letaknya strategis dan mencolok karena berdampingan dengan rumah ibadat (Kis. 18:1-18). Ia tinggal di sana selama delapan belas bulan dan digantikan oleh Apolos sebagai guru Alkitab.

BAGAIMANA BERITA TENTANG GEREJA DI KORINTUS SAMPAI KEPADA PAULUS.
Paulus sedang berada di suatu tempat di Asia (1 Kor. 16:19), mungkin di Efesus (16:8), pada akhir masa perjalanan misionarisnya yang kedua, ketika Stefanus dan dua orang kawannya datang dengan membawa sepucuk surat dari jemaat di Korintus (16:17 dan 7:1).

SEBUAH GEREJA YANG TERPECAH BELAH.
1. Mereka terpecah karena soal kepemimpinan (1:12).
2. Mereka terpecah karena standar moral (5:1-8).
3. Mereka terpecah karena kasus pendakwa dan terdakwa (6:1-8).
4. Mereka terpecah karena kasus orang Kristen yang lemah dan yang kuat (8:7-12).
5. Mereka terpecah antara yang kaya dan yang miskin (11:17-22).
6. Bahkan karunia Roh menjadikan mereka terpecah belah (12:12-26).

1 Korintus 12:1-6

1.

Para warga jemaat di Korintus berbeda pendapat dan dengan itu saling berselisih mengenai karunia-karunia Roh. Menghadapi permasalahanan ini, Paulus menulis: “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh” (ayat 4). Secara tersirat Paulus mau menganjurkan prinsip kesatuan dalam kepelbagaian - - - “unity in diversity”.

Titik tolak kita yang paling baik adalah 1 Kor 12:4-6, dimana Paulus mengatakan: ‘Ada rupa-rupa karunia, . . . tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang’.

Maksud Paulus ialah menekankan bahwa sekalipun karunia-karunia itu berbeda-beda, tapi hanya ada satu Pemberi. Ia memakai 3 kata yang berbeda untuk menunjukkan karunia-karunia itu sendiri. Pertama (ay 4) karunia-karunia ialah kharismata, karunia dari kasih karunia Allah. Selanjutnya (ay 5) karunia-karunia itu ialah diakonia, bentuk-bentuk pelayanan. Ketiga (ay 6) karunia-karunia itu ialah energemata, daya-daya, aktivitas-aktivitas atau kuasa-kuasa, yang diaktifkan oleh Allah dalam tiap orang.

Dan ada ‘bermacam-macam’ atau ‘jatah-jatah’ dalam tiap golongan. Jika kita mengumpulkan ketiga kata itu, kita mungkin dapat merumuskan karunia-karnia rohani itu sebagai ‘kecakapan-kecakapan tertentu, yang diberikan oleh kasih karunia dan kuasa Allah, yang mencakapkan orang bagi pelayananan yang khusus dan sesuai’. Karunia rohani atau kharisma itulah kecakapan yang mencakapkan seseorang bagi suatu pelayanan. Lebih sederhana lagi, karunia rohani dapat dipandang sebagai suatu karunia dan jabatan yang dapat dilakukan dalam karunia itu, atau suatu jabatan dan karunia yang dengannya orang dapat melakukannya.

2.

Karunia-karunia Roh itu bersifat “supernatural”. Kalau diperhatikan ayat-ayat dalam 1 Korintus 12, Paulus jelas mengkaitkan “asal mula dan ditribusi” karunia-karunia itu dengan setiap pribadi dari Tritunggal. Paulus menulis: “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang” (ayat 4-6).

Informasi: When we realize that the New Testament authors generally use the name “God” (Gk. theos) to refer to God the Father and the name “Lord” (Gk. kyrios) to refer to God the Son, then it is clear that there is [a] Trinitarian expression in 1 Corinthians 12:4-6: . . .

Yang sangat mengesankan ialah cara setiap Pribadi dalam Allah Tritunggal dihubungkan dengan berbagai segi daripada karunia-karunia itu. Dengan demikian, karena kegiatan khusus daripada Roh Kudus ialah membagi-bagikan, maka Paulus berbicara tentang “karunia-karunia-Nya”. Karena Yesus datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, maka Paulus berbicara tentang “rupa-rupa pelayanan-Nya”. Karena Allah Bapa adalah sumber segala kuasa, maka Paulus berbicara tentang “berbagai-bagai perbuatan ajaib-Nya”. Karena itu, ada kegiatan yang mahahebat di dalam penggunaan karunia-karunia Roh. Pada waktu karunia-karunia itu dipergunakan oleh salah seorang anggota tubuh Kristus, maka Allah Tritunggal bekerja di dalam satu pribadi bagi kepentingan dan kebaikan orang lain.

So here we have something quite interesting: the same Spirit, the same Lord, and the same God the Father, but there are “diversities” and “difference.” The purpose of the Trinity is to bring about unity in the church, but it is unity in diversity. The Trinity is attempting to attain this unity in your church today.

3.

Bagaimana saya dapat mengetahui karunia Roh dalam diri saya?
Ada tiga langkah yang jemaat bisa ambil untuk menolong jemaat mengenal karunianya sehingga bisa mengetahui bidang-bidang terbaik untuk melayani:

1. Selidiki Roma 12:3-8; 1 Korintus 12:1-31; dan Efesus 4:1-13. Tulislah karunia-karunia yang kita temukan.
2. Buatlah daftar tentang hal-hal yang kita suka kerjakan atau yang selalu kita lakukan dengan hasil yang baik. Allah memberi kita kemampuan dan minat alamiah ini untuk dipakai bagi maksud-maksud-Nya.
3. Akhirnya, bicarakan dengan orang Kristen lainnya yang kita hormati. Mereka hendaknya orang yang mengenal kita dengan baik. Tanyakan kepada mereka apa kiranya yang menjadi karunia kita.

4.

Excursus
Kekeliruan-kekeliruan yang Harus Dihindari

Ada dua kekeliruan yang harus kita hindari ketika memikirkan karunia-karunia Roh. Yang pertama ialah kekeliruan dalam mana kita sangat menginginkan karunia-karunia rohani yang paling menakjubkan seperti yang dimiliki orang lain. Rasul Paulus dengan tegas memberi peringatan dalam hal ini. Telah sering saya ingin memiliki karunia dalam bidang musik maupun berceramah secara hebat. Dan bahkan yang lebih hebat lagi, saya mendambakan kemampuan untuk menyembuhkan orang-orang yang menderita penyakit yang manapun, dan bahkan menghidupkan orang mati.

Ternyata bahwa karunia-karunia yang demikian tidaklah Tuhan berikan kepada setiap orang percaya. Seandainya karunia-karunia tersebut dapat diminta atau dituntut, maka setiap orang Kristen di dunia ini akan memilikinya.

Memang menyembuhkan seseorang dari penyakit kanker yang ganas jelas lebih hebat daripada membawa sekeranjang buah-buahan kepada sebuah keluarga yang lapar. Namun demikian, Roh Kudus yang samalah yang memberikan kedua karunia itu, baik karunia penyembuhan, maupun karunia “kemurahan” dalam melayani orang-orang lain yang membutuhkan pertolongan (Rm 12:8).

Oleh sebab itu janganlah Anda iri hati atau cemburu melihat Roh Allah memberikan karunia yang lebih menggetarkan kepada orang lain. Sebaliknya, sadarilah apa karunia khusus yang Anda terima dari Tuhan. Kemudian mulailah mengembangkannya.

Kesalahan kedua yang sering kita temukan di kalangan Kristen ialah harapan atau anggapan bahwa kita semua harus menerima karunia-karunia yang bersamaan. Rasul Paulus mengatakan bahwa“ada rupa-rupa karunia” (1 Kor 12:4). Selanjutnya dia menunjukkan bahwa setiap anggota tubuh seseorang memiliki fungsi yang khusus dan perlu.

Itulah sebabnya tidak bijaksanalah bila kita mengharapkan atau menganggap bahwa orang-orang Kristen lain harus menerima karunia yang sama seperti Tuhan berikan kepada kita. Mengenai pembagian karunia-karunia, haruslah kita serahkan sepenuhnya kepada Roh Kudus, karena hanya Dia sendirilah yang berwenang membuat keputusan itu.

Di minggu Trinitas ini, marilah kita kembali menata pemahaman dan penghayatan, serta perilaku iman kita; yaitu:

Pertama; kita mau secara sungguh2 memahami bahwa Allah Tritunggal yang Kudus (bapa, Anak dan Roh Kudus) adalah Allah yang Esa, yang mengasihi dan berkuasa, yang senantiasa berkarya dalam hidup kita selaku umat yang percaya – bukan hanya pada karya penebusan hidup kita dari kuasa dosa, tetapi juga pada karya memaknai hidup baru kita dengan memperlengkapi kita dengan karunia-karuniaNya.

Kedua; ketika kita dengan perkenaanNya menerima anugerah Karunia Roh, maka hal itu kita syukuri, karena Allah berkenan dan mempercayakan kepada kita Karunia itu. Dan sebagai wujud syukur yang benar, maka Karunia itu harus kita berdayakan seturut dengan kehendakNya, bagi kehidupan berjemaat dan masyarakat luas.

Ketiga; semakin kita dipercayakan untuk menerima dan memberdayakan Karunia-karunia Roh itu, semestinya semakin rendah kita sebagai hamba-hambaNya dan semakin tinggi dan dimuliakan Allah Tritunggal yang Kudus.

Akhirnya, Tujuan karunia-karunia Roh adalah untuk pertumbuhan jemaat. Roh Kudus ingin menyatakan kasihNya lewat kita sebagai anggota tubuh Kristus sehingga jemaat bertumbuh. Bertumbuh banyak dan bertumbuh dewasa yang mendayagunakan segala Karunia untuk kemuliaan NamaNya dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Jenis-jenis Karunia Roh Kudus dan Artinya

Berdasarkan 1 Korintus 12:7-11, kita dapat mengetahui adanya sembilan jenis karunia Roh Kudus yaitu:

1. Berkata-kata dengan hikmat.
2. Berkata-kata dengan Pengetahuan.
3. Karunia untuk Menyembuhkan.
4. Karunia Iman.
5. Karunia Mengadakan Mujizat.
6. Karunia bernubuat.
7. Karunia untuk Membedakan Roh.
8. Karunia Bahasa Roh.
9. Karunia untuk mengartikan Bahasa Roh.

1. Berkata-kata dengan hikmat.
Kata hikmat adalah Sofias dalam bahasa Yunani yang berarti hikmat atau kecerdasan. Hikmat yang demikian inilah yang diminta Salomo dari Allah sehingga dia mampu untuk menyelesaikan perkara dua orang perempuan sundal yang memperebutkan seorang anak (1Raja-raja 3:16-28). Yesus menubuatkan tentang penderitaan dan penganiayaan yang akan menimpa murid-muridNya sehingga Dia berkata Apabila kamu diperhadapkan kepada pemimpin-pemimpin jangan kuatir sebab Roh Kudus yang akan mengatakan perkataan-perkataan yang akan kamu ucapkan (Matius 10:28). Pada masa infansi gereja itu tentu hikmat atau kecerdasan untuk mengarahkan gereja itu sangat dibutuhkan terlebih apabila dilihat dari sisi para penolak-penolak kekristenan yaitu orang-orang Yahudi dan kafir. Tanpa mendapat hikmat dari Allah maka para rasul tidak akan dapat memberikan solusi pada masalah yang dihadapi oleh Jemaat abad pertama yaitu adanya sikap pandang rupa dalam memberikan kebajikan kepada janda-janda dengan melalaikan janda-janda keturunan Gerika (Kisah rasul 6).

2. Berkata-kata dengan Pengetahuan.
Kata pengetahuan dalam hal ini berasal dari kata Gnoseos (bahasa Yunani) yang dapat berarti pengetahuan atau mengingat-ingat. Roh Kudus memberikan kemampuan bagi orang percaya untuk mengingat perkara-perkara yang telah dikatakan oleh Yesus pada saat bersama-sama dengan mereka. Hal itu sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh Yesus yang akan dilakukan Roh Kudus apabila Roh Kudus turun (Yohanes 14:26) “...... ialah akan mengajarkan kepadamu segala perkara itu dan akan mengingatkan kamu segala sesuatu yang Aku sudah katakan kepadamu.” Allah tidak ingin agar FirmanNya itu dilupakan begitu saja melainkan Dia menginginkan agar firmanNya itu tetap disimpan didalam hati setiap orang yang percaya (Kolose 3:16-17).

3. Karunia untuk Menyembuhkan.
Dalam Kisah Rasul 3, Lukas menuliskan penyembuhan seorang timpang yang dilakukan Petrus dan Yohanes pada pintu gerbang Bait Allah yang bernama Pintu Elok. Dalam ayat 6 Petrus berkata agar didalam nama Yesus orang tersebut dapat berjalan. Selanjutnya didalam ayat 7 dikatakan seketika (segera) itu juga dia berjalan dan tidak hanya itu saja melainkan dia juga meloncat sebagai tanda bahwa dia sembuh total. Petrus tidak harus teriak-teriak didalam nama Yesus lalu kelumpuhan itu berangsur-angsur pulih seperti yang dilakukan semua orang-orang yang mengatakan dirinya dapat melakukan penyembuhan. Karunia penyembuhan bukan semata-mata bertujuan untuk menyembuhkan orang-orang sakit. Karena jikalau demikian Paulus selayaknya telah menyembuhkan Teropimus yang ditinggalkan dalam keadaan sakit di Miletus (2 Timotius 4:20). Mengapa dia tidak menyembuhkan padahal dia dapat menyembuhkan bermacam-macam penyakit? Karena karunia penyembuhan itu bukan menjadi tanda kepada orang percaya melainkan kepada orang yang tidak percaya.

4. Karunia Iman.
Karunia iman ini ditujukan kepada cara bagaimana seseorang itu percaya yaitu dengan mendengarkan firman Allah (Roma10:17) tentunya firman yang disampaikan langsung oleh Roh Kudus terhadap seseorang. Dalam tulisannya Paulus berkata “Roh Kudus berkata” (1 Timotius 4:1 ; Ibrani 3:7). Ini berarti bahwa adakalanya Roh Kudus berbicara langsung terhadap seseorang Kristen yang menjadikan iman orang itu semakin bertambah.

5. Karunia Mengadakan Mujizat.
Dalam teks ini kata mujizat berasal dari kata Yunani yaitu Dunaneon yang berarti kuasa atau kekuatan. Kata dunaneon ini biasanya ditujukan kepada ledakan yang maha dasyat tetapi juga ditujukan kepada suatu tindakan yang maha menakjubkan karena bersifat diluar kekuatan normal (supranatural). Kekuatan yang demikian hanya dimiliki oleh Allah. Nikodemus percaya kepada Sabda Kristus sesudah dia melihat mujizat (Yohanes 3:1, 2). Simon tukang sihir juga percaya kepada Pilipus sesudah dia melihat mujizat (Kisah Rasul 8:13).

6. Karunia bernubuat.
Dalam teks ini kata bernubuat adalah Propheteia yang berarti; 1. Menyatakan hal-hal yang pasti akan terjadi pada hari yang akan datang. 2. Ditujukan untuk mengajar. Dalam teks ini arti bernubuat cenderung ditujukan kepada tindakan seseorang yang mengajarkan firman Allah sesuai dengan apa yang dinyatakan Roh Kudus kepadanya. Hal itu dengan jelas digambarkan Paulus dalam 1 Korintus 4:4, 29-31.

7. Karunia untuk Membedakan Roh.
Karunia seperti ini ditujukan kepada karunia yang dimiliki seseorang untuk membedakan pengajaran. Dalam 1 Yohanes 4:1, 2 Yohanes menasehatkan orang Kristen abad pertama untuk menguji roh (pengajaran), tentu mereka harus mendapat karunia Roh agar dapat melakukannya.

8. Karunia Bahasa Roh.
Ditujukan kepada kemampuan seseorang berbicara dalam bahasa asing yang tidak pernah dipelajari sebelumnya. Hal itu dikaruniakan Roh Kudus kepada orang-orang tertentu agar pemberitaan injil itu tidak terkendala hanya karena bahasa. Contoh yang tepat untuk ini terdapat pada Kisah Rasul 2:1-8.

9. Karunia untuk mengartikan Bahasa Roh.
Ditujukan kepada karunia yang dimiliki seseorang untuk mengartikan maksud firman Allah yang disampaikan oleh seseorang yang mendapatkan karunia bahasa Roh dan bukan berarti menterjemahkan.

ITT - 7 Juni 2009 - IHM RC Pkl.09:00 - Hari Minggu Trinitas