Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Sunday, June 20, 2010

Amsal 11:19-21


19.Siapa berpegang pada kebenaran yang sejati, menuju hidup, tetapi siapa mengejar kejahatan, menuju kematian. 20.Orang yang serong hatinya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang tak bercela, jalannya dikenan-Nya. 21.Sungguh, orang jahat tidak akan luput dari hukuman, tetapi keturunan orang benar akan diselamatkan.

Pengantar

Alkisah ada seorang pedagang yang mempunyai seorang istri jelita dan seorang anak laki-laki yang sangat dicintainya. Suatu hari istrinya jatuh sakit dan tak berapa lama meninggal. Betapa pedihnya hati pria tersebut. Sepeninggal istrinya, dia mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayangnya kepada anak laki-laki semata wayangnya. Suatu ketika pedagang tersebut pergi ke luar kota untuk berdagang; anaknya ditinggal di rumah. Sekawanan bandit datang merampok desa tempat tinggal mereka. Para penjarah ini merampok habis harta benda, membakar rumah-rumah, dan bahkan menghabisi hidup penduduk yang mencoba melawan; rumah sang pedagang pun tak luput dari sasaran. Mereka bahkan menculik anak laki-laki sang pedagang untuk dijadikan budak.

Betapa terperanjatnya sang pedagang ketika ia pulang dan mendapati rumahnya sudah jadi tumpukan arang. Dengan gundah hati, ia mencari-cari anak tunggalnya yang hilang. Ia menjadi frustrasi ketika mendapati banyak tetangganya yang terbantai dan mati terbakar.
Di tengah kepedihan dan keputusasaan, ia menemukan seonggok belulang dan abu di sekitar rumahnya, di dekat tumpukan abu itu tergolek boneka kayu kesayangan anaknya. Yakinlah sudah ia bahwa itu adalah abu jasad anaknya. Meledaklah raung tangisnya. ia menggelepar- gelepar di tanah sembari meraupi abu jasad itu ke wajahnya. Satu-satunya sumber kebahagiaan hidupnya telah terenggut.. Semenjak itu, pria tersebut selalu membawa-bawa abu anaknya dalam sebuah tas. Sampai setahun setelah itu ia suka mengucilkan diri, tenggelam dalam tangis sampai berjam-jam lamanya; kadang orang melihat ia tertawa sendiri, mungkin kala itu ia teringat masa-masa bahagia bersama keluarganya. Ia terus larut dalam kesedihan tak terperikan..

Musim berlalu. sang anak akhirnya berhasil meloloskan diri dari cengkeraman para penculiknya. Ia bergegas pulang ke kampung halamannya.
Sesampai di kediaman ayahnya, ia mengetuk pintu rumah sembari berteriak senang, "Ayah, ini aku pulang!"
Sang ayah yang waktu itu lagi tertidur di ranjangnya, terbangun mendengar suara itu. Ia berpikir, "Ini pasti ulah anak-anak nakal yang suka meledekku itu!"
"Pergi! Jangan main-main!"
Mendengar sahutan itu, sang anak kembali berteriak, "Ayah! Ini aku, anakmu!
Dari dalam rumah terdengar lagi, "Jangan ganggu aku terus! Pergi kamu!"
Sang anak menggedor pintu dan berteriak lebih lantang,
"Buka pintu ayah! Ini betul anakmu!"
Mereka saling bersahutan. sang ayah terus bersikeras tidak membuka pintu. Sang anak pun akhirnya putus asa dan berlalu dari rumah itu..

Moral cerita ini: "Sebagian orang begitu erat memegang apa yang mereka 'anggap' sebagai kebenaran. Ketika Kebenaran Sejati betul-betul datang, belum tentu mereka membuka pintu hati mereka."

Uraian

Pertanyaannya adalah: Apa dan Bagaimanakah serta Siapakah Kebenaran Sejati itu?

1. Apa & Bagaimana itu Kebenaran Sejati?

Kebenaran dalam bahasa Inggris mempunyai dua arti, yaitu TRUTH (bahasa Yunaninya Aletheia) dan RIGHTEOUSNESS (bahasa Yunaninya dikaiosune). Kedua kata ini mempunyai arti yang berbeda.

TRUTH merupakan kebenaran sejati yang tidak dapat diuji secara eksternal, karena tidak ada yang di atasnya yang dapat dipakai untuk menguji.
RIGHTEOUSNESS, atau DikaiosunĂȘ sepadan dengan kata Ibrani TSADAQ, kata dikaiosunĂȘ ini, bermakna "kebenaran" juga "keadilan".

Jadi;
1. Kebenaran sejati tidak boleh terkunci oleh ruang dan waktu.
2. Kebenaran sejati kekal dan tidak berubah.
3. Kebenaran sejati berada di atas budaya. Bukan berarti kebenaran melawan budaya. (Tidak tergantung situasi dan kondisi).
4. Kebenaran sejati bersifat utuh/tulus/integrative. Tidak ada perkecualian di dalam kebenaran sejati.
5. Kebenaran sejati tidak bisa bernilai rendah (Filipi 4:8 = Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.). Ada 6 unsur kebenaran sejati di sini: benar = righteousness, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar. (Tidak berlaku amoral).
6. Kebenaran itu harus dikerjakan, dibuktikan secara hidup. Kebenaran sejati bukanlah kebenaran yang diteorikan, tapi kebenaran yang hidup, yang dijalankan oleh kebenaran itu sendiri. (Filipi 4:9 Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu).

Bila dirangkum dan dipadatkan menjadi kebenaran sejati itu bersifat Universal, Kekal, Utuh, Moral dan Nyata.

2. Siapakah Kebenaran Sejati itu?

Ada satu yang penting mengenai kebenaran moral. Moral seseorang sebenarnya tidak mempengaruhi ajaran orang itu. Akan tetapi kalau seorang ingin mengajarkan kebenaran moral, bagaimana watak orang itu akan amat penting. Seorang yang suka berzinah bisa saja mengajarkan hal pentingnya kesucian. Seorang yang suka mencuri barang orang lain, bisa saja mengajarkan soal nilai kedermawanan. Seorang yang bernafsu untuk menguasai bisa saja mengajarkan tentang keindahan kerendahan hati. Seorang pemarah bisa saja mengajarkan tentang keindahan penguasaan diri. Seorang yang mendendam bisa saja mengajarkan tentang keindahan kasih. Namun, bagaimanapun juga semua yang diajarkan jika dilakukan dengan 'kepalsuan' itu tidak akan berhasil dan tak bernilai dimata Allah.

Kebenaran-kebenaran moral tidak bisa disampaikan hanya dengan kata-kata, tapi harus dengan contoh. Justru itulah yang tidak dapat dilakukan oleh guru manusia yang terbesar sekalipun. Tidak ada guru pernah menghayati dan mendarahdagingi kebenaran sepenuhnya apa yang ia ajarkan. Banyak orang dapat mengatakan, "Aku telah mengajarkan kebenaran kepadamu", tetapi tidak ada yang dapat berkata, "Akulah Kebenaran". Banyak orang telah menceritakan tentang kebenaran, tetapi tidak ada orang yang pernah mengatakan seperti yang Yesus katakan "Akulah Kebenaran".

Yohanes 14:6 = Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku
(Perhatikan bahwa dalam kalimat ini, bahasa asli yang dipakai adalah AlĂȘtheia atau TRUTH)

Hal yang hebat sekali mengenai Yesus ialah bahwa tidak hanya "pernyataan" mengenai kesempurnaan moral mencapai puncaknya di dalam Dia, tetapi juga "kenyataan" mengenai kesempurnaan moral mendapatkan realisasinya dalam Dia.

3. Pengajaran tentang kebenaran di dalam Perjanjian Baru

Alkitab adalah "Firman Kebenaran"

Tahukah kita apa sebutan bagi Firman di dalam Perjanjian Baru? Ia disebut "Firman Kebenaran." Setiap orang yang tidak memberitakan kebenaran berarti tidak memberitakan firman. Ibrani 5:13 berkata bahwa, "Mereka yang tidak dewasa tidak terlatih di dalam 'firman kebenaran'. Di dalam 2 Timotius 3:16, Paulus berkata bahwa firman melatih kita di dalam kebenaran.

Seorang Kristen adalah "budak (hamba) kebenaran"

Di dalam Roma 6:18, Paulus menyatakan, Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran. Yang dimaksudkan Paulus adalah jika kita bukan budak kebenaran, maka kita bukan orang Kristen. Jika kita tidak memiliki kebenaran, maka kita bukan orang Kristen, tidak peduli iman jenis apa yang kita akui.

Hal yang sama terdapat di 2 Korintus 11:13-15 dimana Paulus berkata; 11:13 Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. 11:14 Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang. 11:15 Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka
Dan di sana, Paulus menyatakan dengan sangat gamblang bahwa seorang Pelayan Firman Allah bukanlah seorang pengikut Kristus sama sekali jika dia bukan hamba kebenaran. Jadi, untuk bisa menyusup ke dalam Gereja, iblis juga bisa menipu umat dengan menampilkan dirinya secara ini. Bahkan iblis memahami pesan kebenaran secara lebih baik ketimbang sebagian besar orang Kristen. Dia tahu bahwa dia juga harus menunjukkan kecenderungan pada kebenaran.

Kesimpulan:

1. Siapa berpegang pada kebenaran yang sejati, menuju hidup, tetapi siapa mengejar kejahatan, menuju kematian = Kebenaran Sejati sudah diberikan Allah bagi kita melalui Kristus dan hadir melalui Roh Kudus sekarang ini. Berpeganglah hanya padaNya dan jangan melepaskan atau meninggalkan itu. Jangan berlari mengejar hal lain apapun juga, utamanya kejahatan yang pasti berasal dari iblis.

2. Orang yang serong hatinya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang tak bercela, jalannya dikenan-Nya = Bila mengenal Kebenaran Sejati, maka kita akan bisa mengetahui mana baik dan buruk; Bila mengenal Kristus Yesus, maka kita tahu apa kehendakNya dalam kehidupan kita. Janganlah hanya memandang Yesus Kristus dari sisi bahwa IA adalah penuh Kasih, tetapi pandanglah juga IA sebagai TUHAN, yang tidak menghendaki kekejian bagiNya dan tegas serta adil bertindak terhadap bagaimana kita menyikapi Kebenaran Sejati itu. Ingatlah akan peringatan Allah melalui Rasul Paulus dalam suratnya kepada orang Ibrani, dalam Ibrani 10:26, (“Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.”)

3. Sungguh, orang jahat tidak akan luput dari hukuman, tetapi keturunan orang benar akan diselamatkan = Demikian besar perhatian Allah pada kebenaran, hal itu tertulis dan dapat kita baca di dalam 2 Petrus 3:13 (Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.), Allah begitu mencintai kebenaran, Dia sangat memperhatikan kebenaran sehingga ketika Dia menciptakan langit dan bumi yang baru, kebenaran akan berdiam di sana. Tahukah kita apa maksudnya? Setiap kali Allah membuat ciptaan baru, entah yang rohani atau yang jasmani, selalu dengan niat dan tujuan utama agar kebenaran berdiam di sana.

Temukanlah kebenaran sejati di dalam Kristus sebagai seorang perempuan Kristen, sebagai istri dan ibu di dalam Kristus. Telaah dan pahami nasihat Rasul Paulus kepada Titus dalam suratnya pada Titus 2:3-5 = 2:3 Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik 2:4 dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, 2:5 hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.

Kebenaran sejati bukan seperti cerita/ilustrasi pada awal Pemberitaan Firman ini, tetapi Kebenaran Sejati itu ada pada Yesus Kristus dan pengajaranNya ..... dan sekarang IA hadir melalui Roh Kebenaran yang ditinggalkan kepada kita, yaitu Roh Kudus.

ITT – 20 Juni 2010 utk Ibadah BPK-PW SP2 29 Juni 2010 di Ibu Latupeirissa.