Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Wednesday, January 28, 2009

2 Samuel 7 : 4 – 16

PERJANJIAN ALLAH DENGAN DAUD

2 Samuel 7 : 4 – 16

7:4 Tetapi pada malam itu juga datanglah firman TUHAN kepada Natan, demikian:
7:5 "Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami?
7:6 Aku tidak pernah diam dalam rumah sejak Aku menuntun orang Israel dari Mesir sampai hari ini, tetapi Aku selalu mengembara dalam kemah sebagai kediaman.
7:7 Selama Aku mengembara bersama-sama seluruh orang Israel, pernahkah Aku mengucapkan firman kepada salah seorang hakim orang Israel, yang Kuperintahkan menggembalakan umat-Ku Israel, demikian: Mengapa kamu tidak mendirikan bagi-Ku rumah dari kayu aras?
7:8 Oleh sebab itu, beginilah kaukatakan kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel.
7:9 Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi.
7:10 Aku menentukan tempat bagi umat-Ku Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu,
7:11 sejak Aku mengangkat hakim-hakim atas umat-Ku Israel. Aku mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada semua musuhmu. Juga diberitahukan TUHAN kepadamu: TUHAN akan memberikan keturunan kepadamu.
7:12 Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya.
7:13 Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya.
7:14 Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.
7:15 Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu.
7:16 Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya."

I. LATAR BELAKANG KONTEKS PENULISAN

Cerita ini ditulis ketika Daud sudah hampir selesai mengokohkan supremasi Kerajaan Israel yang dipimpin oleh suku – suku di bahagian selatan atas seluruh suku-suku Israel dan ekspansi politik ke beberapa wilayah dari suku – suku di Timur Tengah Kuno. Pada waktu itu Kerajaan Israel cukup disegani dan ikut memainkan peran politik internasional. Setelah usaha – usaha Raja Daud berhasil, ia mengarahkan pandangannya kepada:

Pertama, Daud ingin mengambil kembali Tabut Perjanjian dari Kiryat–Yearim (I Sam7:2) untuk dibawa ke Yerusalem. Kedua, Daud ingin membangun Bait Allah sebagai pengganti Kemah Pertemuan pada masa pengembaraan Musa.

Tindakan Daud, pertama-tama, adalah mengalahkan penduduk Yebus yang menduduki Kota Yerusalem, khususnya Bukit Zion (II Sam5 6–8). Itulah sebabnya wilayah itu disebut Kota Daud. Sesudah itu Daud berusaha mewujudkan kedua impiannya; sebab kedua gagasan itu bukan saja memiliki nilai keagamaan, tetapi juga nilai politis. Secara politis, pemindahan Tabut Perjanjian dari Israel Utara ke Israel Selatan (Yerusalem ---> IISam6) berdampak psikologis bagi orang Israel. Sebab di dalam Tabut itu terdapat 2 prasasti Hukum Taurat. Jika Tabut itu telah kembali, maka Yerusalem akan menjadi pusat pemerintahan dan pusat kegiatan ibadah Israel. Selanjutnya Daud berkeinginan kuat untuk membangun Bait Allah di Yerusalem, di atas Bukit Zion. Hal ini dipikirkan Daud sebagai tempat meletakkan benda-benda suci bersejarah sepanjang pengembaraan dari Mesir ---> Kanaan.

Penulis Kitab I & II Samuel, secara khusus menyoroti proses lahirnya Israel di bawah kepemimpinan Daud, di mana nasionalisme Israel mulai mendapat perhatian seluruh suku dan umat Israel.

II. TEOLOGI DI DALAM PERIKOP

Jika kita melakukan telaah ke atas perikop ini, maka ada beberapa pokok teologi yang termaktub di dalamnya :

1. Ayat 6

“Aku tidak pernah diam dalam rumah sejak Aku menuntun orang Israel dari Mesir sampai hari ini, tetapi Aku selalu mengembara dalam kemah sebagai kediaman. Selama Aku mengembara bersama-sama seluruh orang Israel ...”

Allah tidak terikat dan tidak dapat diikat pada tempat tertentu. Pemahaman iman seperti ini sudah ada jauh sebelum masa Daud. Inilah inti dari Agama Abraham. TUHAN adalah Allah yang memimpin umat di mana dan kapan saja. Keyakinan ini terkait dengan pola hidup Israel sebagai suku pengembara. Pernyataan : Aku selalu mengembara dalam kemah sebagai kediaman, menunjukkan bahwa Allah selalu berada di segala tempat dan ruang waktu yang berbeda. Ia berjalan mendampingi umat. Dan, umat harus mengikuti jejak-Nya.

Hal ini berbeda dengan kepercayaan suku – suku Kanaan sebagai masyarakat agraris yang sudah menetap, dan yang memiliki sistem kemasyarakatan yang sudah mapan. Dalam kepercayaan seperti itu, ilah (Baal) terikat dan diikat pada tempat (kuil) ibadah. Dengan demikian kekuasaan Baal terbatas pada tempat ibadah. Baal tunduk di bawah keinginan penyembahnya. Baal hanyalah pelayan yang bertugas memenuhi keinginan penyembahnya. Itulah sebabnya TUHAN berfirman : “... pernahkah Aku mengucapkan firman kepada salah seorang hakim orang Israel, yang Kuperintahkan menggembalakan umat-Ku Israel, demikian: Mengapa kamu tidak mendirikan bagi-Ku rumah dari kayu aras ?” (ay.7).

Sementara YHWH, Allah Israel, bukanlah Allah yang demikian. Ia memiliki kekuasaan luas dan tidak terbatas, melebihi ruang waktu dan tempat. Ia wajib dilayani oleh penyembah-penyembah-Nya. Umat Israel yang dibentuk dan diciptakan wajib melayani kehendak-Nya, beribadah kepada-Nya (Kel.4:22-24).

Konteks Masa kini

Orang Kristen memahami dan mengakui sifat Allah yang demikian. Ia hadir di mana-mana dan kapan saja. Ia memiliki kehendak bebas serta tidak terikat pada penyembah-Nya. Ia menentukan segala sesuatu atas kehidupan ciptaan-Nya. Ia tidak terikat pada ruang waktu dan tempat.

Permasalahan :

a). Apakah Allah terikat dengan Gedung Gereja yang sudah ditahbiskan ? Benarkah Allah dapat “dipenjarakan” di dalam Gedung Gereja ? Bagaimanakah pendapat kita tentang Gedung Gereja (band. Yeremia 7:3-4 ----> “Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini. Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi: Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN,...”)

b). Bukankah sekarang ini kita sering menjadikan Gedung Gereja sebagaimana penduduk Kanaan memperlakukan Baal ? Bagaimanakah pendapat anda !

2. Ayat 8

“Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel. Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani...” (lihat juga ayat 11 : Aku mengangkat hakim-hakim atas umat-Ku Israel).

a). Penulis Kitab Samuel menegaskan, bahwa bukan karena usahanya Daud dijadikan Raja Israel; akan tetapi karena Allah sendiri telah memilih dan melantik (mengangkat) Daud menjadi raja. Penulis mengemukakan dasar-dasar pemahaman iman Israel tentang jabatan. Allah saja yang memilih dan melantik raja. Tujuan Allah memilih dan melantik Raja adalah “Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar” dan dengan sikap “bijaksana”, serta memelihara “pengajaran”- Nya(Maz. 8 : 11, 10 ).

b). Pilihan Allah itu didasarkan atas kehendak-Nya yang bebas dan kasih-Nya yang tidak terbatas. Daud dipilih dan dilantik menjadi Raja Israel, bukan dikarenakan ia telah berbuat baik ataupun ia menyelamatkan Israel dari tangan Goliat. Justru karena Allah memilih dan mengurapi-Nya, maka Ia memberikan kuat-kuasa-Nya, sehingga Daud dapat mengalahkan raksasa ini. Inilah realisasi dari firman-Nya: “Aku telah menyertai engkau di segala tempat”.

Konteks Masa kini

Inilah dasar pemahaman tentang jabatan gerejawi. Jabatan gerejawi : Penatua, Diaken dan Pendeta bukanlah status yang diperoleh dari hasil kerja keras; akan tetapi status itu adalah pemberian (karunia) Allah.

Permasalahan

Bagaimana seharusnya sikap seorang kristen melaksanakan jabatannya untuk melayani Allah ?

3. Ayat 12

“Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku”

Allah menolak keinginan Daud untuk mendirikan Bait-Nya. Hal itu disebabkan Daud banyak melakukan peperangan yang memakan banyak korban. Tangannya berlumur darah. Tempat kediaman TUHAN adalah tempat damai sejahtera. Salomo, anak Daud dan Batsyeba, diberikan kesempatan untuk membangunnya.

Konteks Masa kini

Seringkali orang kristen (pejabat dan warga gereja) berlomba-lomba untuk membangun Gedung Gereja, padahal pembangunan itu menyisakan masalah dalam persekutuan. Ada pribadi/kelompok yang membanggakan diri sebagai penyumbang terbesar. Ada pula yang menyombongkan diri dengan berkata : “Kalau tanpa aku, Gedung Gereja ini tidak dapat dibangun”. Ada pula orang-orang yang banyak berjasa, akan tetapi berdiam diri dan tidak suka menyombongkan kebaikannya. Ada juga banyak orang yang membesar-besarkan jasanya, agar ia dipilih menjadi pejabat gereja. Ada pula yang karena jasanya, ia ingin menentukan kebijakan-kebijakan di dalam jemaat.

Permasalahan

Bagaimanakah sikap yang benar dan baik dari seseorang atau sekelompok orang yang berhasil membangun Gedung Gereja ?

4. Ayat 14

“Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia”

Dalam pemahaman iman Israel, Raja adalah Anak Allah. Pernyataan anak Allah tidak boleh dipahami secara biologis. Pernyataan itu perlu dimengerti dari latarbelakang sosial-budaya dari bangsa-bangsa, di mana gagasan itu berakar. Dalam pemahaman Israel, kedudukan seorang raja itu merepresentasikan pemerintahan Allah (teokrasi) atas umat-Nya. Allah yang membentuk dan menciptakan Israel. Dialah Raja dan Pemimpin umat-Nya. Akan tetapi kepemimpinan-Nya tidak dapat dilihat secara fisik; dan, oleh karena itu, Dia memilih dan mengurapi orang yang berkenan di hati-Nya untuk menjalankan pemerintahan-Nya. Hal itu tidak sama persis dengan pengertian seperti yang ditemukan dalam sistem pemerintahan masa kini. Kerajaan Israel terikat dan terkait pada pemahaman iman Israel tentang pemerintahan Allah yang dilaksanakan oleh Raja. Dalam hal ini Raja bertindak atas nama Allah di hadapan umat-Nya; dan sekaligus mewakili umat di hadapan Allahnya.

Oleh karena itu, raja wajib setia mengasihi Allah dengan taat melakukan segala perintah (Firman)-Nya. Dia sekaligus berfungsi sebagai Gembala Israel. Jika dalam pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, ia tidak memberlakukan kehendak Allah, maka Allah selaku Bapa, yang mengaruniakan jabatan kepadanya, Allah akan menghukumnya.

Konteks Masa kini

Di atas telah dikatakan, bahwa jabatan yang dipegang seseorang adalah karunia Allah. Oleh karena itu, pertama-tama, si pejabat wajib memuliakan Allah sambil menjalankan jabatannya. Ia tidak boleh menyelewengkan kekuasaan dan menyalahgunakan tanggung jawab yang terkait dengan kedudukannya. Ia harus mewujudkan kehendak Allah sepanjang masih memangku jabatan itu (baik jabatan gereja maupun di dalam negara, dan juga perusahaan).

Permasalahan

Bagaimanakah pandangan jemaat tentang penyalahgunaan jabatan dan penyelewengan kekuasaan yang dilakukan seorang pejabat ?

III. KESIMPULAN & PENUTUP

Kita sekarang telah diberi jabatan sebagai anak-anak Allah, pewaris tahta Kerajaan Surga, dengan penebusan Yesus Kristus yang kita imani, maka atas dasar jabatan itu maka;

1. Hubungan antara Janji Allah dan umatNya

Jabatan adalah pemberian Allah. Ia bersumber pada Allah. Ia mewujudkan jabatan Allah di dalam persekutuan umat maupun masyarakat. Pemberian jabatan itu disertai janji : janji Allah kepada si penerima jabatan, dan janji pejabat kepada Allah. Keduanya : Allah dan pejabat terikat dalam perjanjian. Berdasarkan janji itu, Allah menyatakan pemeliharaan dan penyertaan-Nya atas kehidupan setiap pejabat. Jika pejabat itu setia mengasihi dan taat melaksanakan kehendak-Nya, maka Allah pasti menolongnya. Jika ia melanggar janji, maka Allah menghukumnya.

2. Hubungan antara janji umatNya dan Allah

Pemahaman yang dijelaskan di atas menegaskan, bahwa jabatan apapun yang dipegang seseorang adalah karunia Allah. Oleh karena itu, si pejabat wajib melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan kehendak si pemberi jabatan. Secara moral, setiap orang yang diberikan jabatan wajib mengikrarkan janji kepada si pemberi jabatan. Janji itu berfungsi mengingatkan dan mengawasi gerak gerik pejabat dalam menjalankan tugas jabatannya.

ITT, 28-1-2009 - KRT SP3 Kel.G.I.J.Mustamu