Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Friday, February 13, 2009

Bilangan 3:1-14


Perikop: Orang Lewi

3:1 Inilah keturunan Harun dan Musa pada waktu TUHAN berfirman kepada Musa di gunung Sinai.
3:2 Nama anak-anak Harun, ialah: yang sulung Nadab, kemudian Abihu, Eleazar dan Itamar.
3:3 Itulah nama anak-anak Harun, imam-imam yang diurapi, yang telah ditahbiskan untuk memegang jabatan imam.
3:4 Tetapi Nadab dan Abihu sudah mati di hadapan TUHAN di padang gurun Sinai, ketika mereka mempersembahkan api yang asing ke hadapan TUHAN. Mereka tidak mempunyai anak. Jadi ketika Harun, ayah mereka, masih hidup, yang memegang jabatan imam ialah Eleazar dan Itamar.
3:5 TUHAN berfirman kepada Musa:
3:6 "Suruhlah suku Lewi mendekat dan menghadap imam Harun, supaya mereka melayani dia.
3:7 Mereka harus mengerjakan tugas-tugas bagi Harun dan bagi segenap umat Israel di depan Kemah Pertemuan dan dengan demikian melakukan pekerjaan jabatannya pada Kemah Suci.
3:8 Mereka harus memelihara segala perabotan Kemah Pertemuan, dan mengerjakan tugas-tugas bagi orang Israel dan dengan demikian melakukan pekerjaan jabatannya pada Kemah Suci.
3:9 Orang Lewi harus kauserahkan kepada Harun dan anak-anaknya; dari antara orang Israel haruslah orang-orang itu diserahkan kepadanya dengan sepenuhnya.
3:10 Tetapi Harun dan anak-anaknya haruslah kautugaskan untuk memegang jabatannya sebagai imam, sedang orang awam yang mendekat harus dihukum mati."
3:11 TUHAN berfirman kepada Musa:
3:12 "Sesungguhnya, Aku mengambil orang Lewi dari antara orang Israel ganti semua anak sulung mereka, yang terdahulu lahir dari kandungan, supaya orang Lewi menjadi kepunyaan-Ku,
3:13 sebab Akulah yang punya semua anak sulung. Pada waktu Aku membunuh semua anak sulung di tanah Mesir, maka Aku menguduskan bagi-Ku semua anak sulung yang ada pada orang Israel, baik dari manusia maupun dari hewan; semuanya itu kepunyaan-Ku; Akulah TUHAN."
3:14 TUHAN berfirman kepada Musa di padang gurun Sinai

Tanggungjawab Pelayan dalam Penyelenggaraan Ibadah

PENGANTAR

Buku Bilangan menceritakan tentang sejarah bangsa Israel selama hampir empat puluh tahun, sejak mereka meninggalkan Gunung Sinai sampai tiba di perbatasan timur Kanaan, yaitu negeri yang dijanjikan Allah untuk diberikan kepada mereka. Nama Bilangan diambil dari peristiwa yang paling penting dalam buku ini, yaitu sensus bangsa Israel. Sensus pertama diadakan oleh Musa di Gunung Sinai sebelum bangsa itu berangkat, dan yang kedua ketika mereka berada di wilayah bangsa Moab, di sebelah timur Sungai Yordan, kira-kira satu angkatan kemudian.
Dalam waktu antara sensus yang pertama dan sensus yang kedua, bangsa Israel pergi ke Kades-Barnea di perbatasan selatan Kanaan. Dari situ mereka mencoba memasuki negeri Kanaan, tetapi tidak berhasil. Sesudah bertahun-tahun lamanya tinggal di daerah sekitar Kades-Barnea itu, mereka pergi ke wilayah di sebelah timur Sungai Yordan. Sebagian dari bangsa itu menetap di sana, sedangkan yang lain bersiap-siap menyeberangi sungai itu untuk masuk ke negeri Kanaan.
Buku Bilangan adalah kisah tentang suatu bangsa yang seringkali berkecil hati dan takut menghadapi kesukaran-kesukaran. Mereka melanggar perintah Allah dan tak mau menurut kepada Musa yang ditunjuk TUHAN untuk memimpin mereka. Buku ini juga merupakan kisah tentang bagaimana TUHAN dengan setia dan tekun memelihara bangsa-Nya, walaupun mereka itu lemah dan tidak taat. Juga mengisahkan tentang Musa, yang kadang-kadang kurang sabar, tetapi tetap melayani TUHAN dan bangsa Israel dengan tabah.

Konteks Pembacaan:

Persiapan Rohani. - Persiapan dan pengaturan fisik bangsa Israel sudah selesai, namun masih ada satu persiapan yang sangat perlu diperhatikan, yaitu persiapan rohani. Walau ada Musa yg merupakan seorang pemimpin, namun kehidupan rohani Israel harus ditangani secara khusus dan serius. Eleazer dan Itamar putra Harun dipilih dan diurapi Tuhan dalam jabatan Imam, bukan utk memperoleh kedudukan yg terhormat, tetapi untuk melayani Tuhan. Mereka itulah yang bertanggungjawab untuk mengajarkan dan mempersiapkan kehidupan rohani umat.


1. Imam, etimologi
Imam (Inggris: 'priest'; Ibrani:kohen; Yunani hiereus). Kata ini berasal dari kata Yunani presbuteros, "tua", "penatua", yang mempunyai tugas memimpin himpunan orang beriman. Tetapi sekarang, kata ini sudah mewarisi arti kata Yunani hiereus, "kudus"). Di sini, kata ini dibahas dalam arti yang terakhir itu.
Baik dalam lingkungan kafir maupun dalam Perjanjian Lama (PL), kata ini menunjukkan orang yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang kudus.


2. Jabatan keimaman
Keimaman yang resmi berkembang diantara suku Lewi pada masa Musa. Para imam dalam Perjanjian Lama mewakili umat dihadapan Allah. Para imam diangkat oleh Allah (Keluaran 28:1, Bilangan 3:10), ia harus bertindak atas nama manusia dalam hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Sebagai contoh, ia harus mempersembahkan kurban dan persembahan karena dosa, memohon doa syafaat bagi umat yang diwakilinya, dan memberkati mereka
Tiap hari, imam besar juga harus mempersembahkan kurban sajian (Imamat 6:19-22) dan mengambil bagian dalam tugas-tugas umum para imam (Keluaran 27:21). Tugas-tugas ini banyak. Para imam harus memimpin semua kurban persembahan dan perayaan. Mereka menjadi penasehat di bidang pengobatan bagi masyarakat (Imamat 13:15), dan mereka yang melaksanakan pengadilan (Ulangan 17:8-9; 21:5; Bilangan 5:11-28 ).
Hanya imam yang dapat memberi berkat dalam nama Allah (Bilangan 6:22-27) dan meniupkan nafiri-nafiri yang memanggil umat itu untuk berperang atau untuk mengadakan perayaan (Bilangan 10:1-10)

3. Tugas & kedudukan orang Lewi
Kekhususan semua org Lewi selain menjadi kepunyaan Allah, adalah menjadi pengganti semua anak sulung suku2 lainnya. Mereka harus bertangggungjawab thd kehidupan ibadah umat. Karena Ibadah sangat penting dalam perjalanan bangsa Israel menuju tanah perjanjian, sehingga umat hidup dalam puji-pujian dan penyembahan kepada Allah.
Orang Lewi melayani imam dari umur 30 sampai 50 tahun (Bilangan 4:39) atau dari umur 25 sampai 50 tahun (Bilangan 8:23-26). Setelah berumur 50 tahun, mereka hanya diperbolehkan membantu rekan-rekan mereka.
Para imam Lewi ini hidup dari persepuluhan umat (Bilangan 18:21, 24-32). Karena suku Lewi tidak memiliki wilayah milik pusaka, 48 kota dan tanah penggembalaan di sekitarnya diberikan kepada mereka (Bilangan 35:1-8 ).
Penugasan imam-imam sangat dikhususkan pada zaman kerajaan. Imam besar mengurapi raja untuk menandakan bahwa Allah telah memilih dia untuk tugasnya sebagai raja ( 1 Samuel 10:1)
Alkitab mencatat perempuan juga memimpin dan mengajar bahkan menjadi nabi. Namun ada jabatan yang tak pernah diberikan kepada perempuan. Yaitu jabatan imam.


Konteks masa kini – PKB

Berintegritas
Mencakup pengertian memiliki hati yang tulus. Orang yang berintegritas memiliki etika dan moral yang baik, tak ada kemunafikan, dan bertekad memegang janji . Pria yang berintegritas adalah pria yang antara ucapan dan tindakannya sama benar, tak ada yang disembunyikan, tidak mendua.

Integritas pelayanan akan muncul/nampak dalam tiga hal:
(1) Integritas nampak dalam pengakuan. Pria berintegritas tahu apa yang mereka yakini dan lakukan. Ia tahu apa yang benar. Ia tak mudah tergoyahkan. Ia tahu apa yang harus dilakukan, meski harus membayar harga yang mahal.
(2) Integritas nampak dalam keselarasan (their walk matches their talk). Apa yang dikomunikasikan kepada istri dan anak selaras dengan apa yang dilakukan. Istri dan anak tak akan begitu saja percaya kepada suami/ayah yang hanya kelihatan "saleh" di gereja namun "salah" dalam keluarga, kantor, dan komunita lainnya. Para pria perlu mengembangkan konsistensi antara apa yang mereka lakukan pada hari Minggu dan apa yang mereka lakukan pada hari lain.
(3) Integritas nampak dari karakter. Para pria perlu menunjukkan "kejujuran" dalam bertindak. Dengan kesadaran bahwa "Saya tak mau melakukan hal yang salah bukan karena takut dilihat oleh orang-orang di sekitar saya. Saya melakukan hal yang benar karena itulah karakter saya. Sekalipun saya pernah berbuat salah, saya tak akan malu mengakuinya, dan saya akan memohon pemulihan dari Tuhan."

Bersekutu
Para pria perlu mengembangkan persekutuan di dalam tiga area kehidupan:
(1) Ia memerlukan kedekatan dengan Allah. Para pria perlu menyadari bahwa Allah menjadikan manusia untuk mengenal Dia – bahkan lebih dalam dari itu. Manusia perlu to enjoy Him, to experience Him. Manusia diciptakan oleh Allah untuk Allah. Ia dapat menikmati kehadiran Allah setiap waktu dalam hidupnya.
(2) Ia memerlukan kedekatan dengan istri. Para pria perlu menyadari untuk melihat pernikahan bukan sekedar sebagai "the marriage thing," misalnya dengan cara membelikan barang-barang untuk istri tapi meninggalkan istri "di belakang." Pernikahan bukanlah hanya menyangkut benda-benda yang diberikan. Perhatian, kasih, kedekatan, dan keterlibatan emosi adalah hal yang amat dibutuhkan seorang istri. Seorang ahli mengklasifikasikan kedekatan dalam beberapa hal tersebut:
Emosi : tertawa dan menangis bersama
Sosial : pergi, berjalan, menemui teman-teman bersama
Fisik : berpegangan tangan, bersentuhan
Rohani : berdoa bersama, beribadah bersama
Kedekatan/keintiman antara suami dan istri melibatkan semua hal : membagi impian, harapan, ketakutan, dan kegagalan; beranjak lambat laun dari "the marriage thing" sampai menjadi "total person."
(3) Ia memerlukan kedekatan dengan orang lain. Para pria memerlukan persekutuan dengan sesama pria dalam bentuk "male-friendship/fellowship." Dalam Alkitab terdapat banyak tokoh yang memiliki sahabat pria: Musa- Harun; Yosua – Kaleb; Daud – Yonathan; Paulus – Barnabas, Timotius, Lukas; Tuhan Yesus – Petrus, Yakobus, Yohanes, para murid. Amsal 27:17 menyatakan, "besi menajamkan besi, para pria (terjemahan harfiah dari teks Ibrani, LAI menterjemahkan dengan kata ‘orang’) menajamkan sesamanya." Kebanyakan pria tidak memiliki teman dekat – khususnya secara rohani. Kita harus menciptakan situasi yang memungkinkan para pria merobohkan tembok-tembok pemisah dan saling mengenal satu dengan yang lain. Kekristenan bukan "a solo sport" (olah raga tunggal). Para pria hendaklah bertumbuh bersama di dalam persekutuan – saling mendukung dan menguatkan.

Beridentitas
Alkitab menyuguhkan model yang positif dan prinsip maskulinitas sejati yang menyeluruh dari seorang pria. Para pria digambarkan memiliki identitas yang jelas. Mereka dicipta oleh Allah, segambar dengan rupa Allah. Mereka dicipta secara unik, baik secara kepribadian, temperamen, maupun fisik. Di mata Allah, kita berharga dan dikasihi. Allah mengasihi kita sampai Tuhan Yesus rela mati untuk kita.
Maskulinitas sejati kita dapatkan dari Tuhan Yesus. Ia dapat menangis dan penuh belas kasihan; tetapi Ia dapat tegas dan keras seperti paku. Ia berani menegur orang Farisi dan ahli Taurat, tetapi di lain saat begitu lembut berbicara dan memberi pertolongan. Para pria perlu menyatakan identitasnya dengan jelas di tengah-tengah dunia ini.

Berpengaruh
Para pria perlu menyadari perubahan dunia dan masyarakat saat ini. Kita hidup dengan dua tujuan. Kita hidup untuk kekekalan bersama Kristus, tapi semasa hidup ini kita menginvestasi banyak hal dalam memberi pengaruh pada orang lain – bahkan keluarga kita sendiri.
Mazmur 78 menggambarkan bagaimana ayah mengajar anak, dan pada gilirannya anak mengajar generasi berikutnya. Generasi berikut dipengaruhi oleh tindakan kita hari ini. Kita dapat mempengaruhi anak yang lahir pada abad ke-21 sejak saat ini. Betapa besar pengaruh ayah dalam kehidupan anak-anak. Dietrich Bonhoeffer pernah berkata : "A righteous man is one who lives for next generation." Itulah pengaruh.

Ajakan

Kalau Kaum Bapak memiliki empat karakter demikian, tentunya peran dan kehadiran para pria di tengah keluarga, lingkungan pekerjaan, dan masyarakat sosial akan sangat terasa. Marilah kita bergandeng tangan, bersekutu, dan membentuk suatu "fellowship" tempat anda tidak merasa berjuang sendiri menghadapi tantangan hidup ini. Ingatlah bahwa kehadiran anda di tengah rekan lain sangat berarti.Karakter itu menunjukkan kehadiran kuasa Roh Kudus atas keteladanan Kristus terhadap firman Allah Bapa kita.

ITT - Februari 2009