Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Tuesday, May 5, 2009

Mutasi

Kacamata

Dua Pekan lalu Tante saya habis operasi mata, dokter menyuruhnya pakai kaca mata hitam terus supaya menghindari cahaya yang ekstrim. Sang tante rupanya lelah pakai kaca mata hitam dan mulai mengeluh, karena semuanya kelihatan suram dan gelap. Beberapa hari lalu di hari libur, sambil bantu istri menjemur pakaian, si tante menegurku, .... "nyong, cepat angkat cucian ... mendung, su mau hujan.." dan dengan senyum istriku berkata ... "tante, buka dulu tu kacamata" ... hahahahaha.

Begitu pula dengan kehidupan kita, segala sesuatu kita pandang dengan kacamata yang kita pakai. Ada yang pakai kacamata hitam, putih, minus, plus atau yang tidak pakai kacamata sama sekali, dan pandangannya terbuka luas untuk segala sesuatu. Ternyata, kacamata apa yang kita pakai, menentukan cara dan hasil pandangan kita.

(Pem)Berita(huan)

Pertengahan April lalu ketika singgah di kantor gereja, KTU (Kepala Tata Usaha, ... Bukan Komisi Temilihan Umum) membawa suatu map yang rupanya sedari tadi dia bawa-bawa terus karena kelihatan lusuh, ... katanya "Pak, ini ada surat dari Sinode" ...

"surat apa pak?" jawabku ....

"ehm anu pak, ... surat dari sinode, pendeta-pendeta kita dimutasi" .....

"Hmmm !!!!!" kutatap lurus pak KTU dan dengan tegas aku berkata ... "tolong berita ini disimpan dan jangan disebar-luaskan dulu".

Dengan menarik napas pelan aku membuka map, itu dan mulai membaca surat dari MS-GPIB. Ternyata isinya Pemberitahuan tentang Mutasi Pendeta, yaitu KMJ dan PJ kami, serta satu surat tembusan perihal pemberitahuan mutasi KMJ kami yang baru. Suratnya sendiri singkat, jelas dan tegas; Segera buat biaya mutasi, kirim ke sinode dan efektif Mei 2009, mutasi harus segera terlaksana (seng pake 3 bulan parsis dolo-dolo = nda' pakai 3 bulan kayak dulu => karena tidak sesuai Tager).

Surat kuamankan sementara dan rupanya pesanku itu diteruskan KTU ke karyawan yang lain, dan mereka dengan penuh pengertian kembali (pura-pura) sibuk dengan kerjaan masing-masing, pantas saja tadi waktu tiba dan bersalaman dengan mereka, semuanya menatapku dengan tatapan seribu kata yang bungkam .... bukan main ... cerewetnya itu mata ....

Dari Kacamata Karyawan Kantor Majelis Jemaat memperlihatkan anggapan mereka bahwa mutasi yang terjadi adalah sebuah bentuk Otoritas MS sebagai pimpinan tertinggi dari para Pendeta ..... sambil bertanya-tanya .. salah apa ya pendeta kita ... kok cepat betul pindahnya.

Dengan "lancang" (padahal baru saja melarang karyawan) .... aku menelepon beberapa rekan-rekan PHMJ dan "breaking the news" ... (hihihi ... enak juga rasanya jadi pemberita yang heboh) ... makanya kutekan suaraku sedemikian rupa sehingga terdengar datar (cailaaahhhh) ... beri info singkat dan jelas, dan disepakati bahwa hari Sabtu PHMJ akan rapat membahas surat itu. Setelah menelepon dan ditelepon ulang dan ditelepon lagi .... akhirnya kami sepakat untuk membatasi berita itu dengan pertimbangan bahwa issu mutasi masih peka bagi jemaat kita ..... (atau peka untuk kita ya .... padahal itu bukan issu lho, itu pemberitahuan resmi dari MS-GPIB).

Dari Kacamata PHMJ .... hmmmm ... sesuai bidanglah .... yang IAI langsung pikir jadwal ibadah, yang Pelkes berkerut soal perkunjungan dan jadwalnya, yang urus administrasi merasa harus buat surat, tim pisah sambut, dsb dll dsb lagi .... dan yang Daya Dana berkerut karena mutasi kali ini bukan cuma satu tapi dua pendeta, ... dua-duanya ..... biaya bo' ... Rangkuman hasil kacamatanya ..... MS-GPIB cukup mengejutkan karena KMJ baru bermasa tugas 2 tahun 9 bulan dan PJ baru sekitar 1 tahun 6 bulan ketika berita musibah .. eh kok musibah sih ... mutasi (Ralat, maaf ya pembaca) ... ini diterima..... dan samar-samar nampak kening yang berkerut ... biayanya cukup mahal ya ... padahal baru mau rencana ini ... itu ...

Untung saja Mutasi Pendeta kemarin di SMJ Tahun anggaran 2009-2010 sudah dianggarkan ... maklum ... para penatua senior kayaknya sudah dapat "wangsit" bahwa tahun anggaran ini ada mutasi .... katanya berdasarkan pengalaman ... ah inilah untungnya punya senior ....

Ybs dan SBY

Eh kok lupa sama ybs ya? pengen tau ya .. reaksi yang termutasi ..... sabar dong.

Seperti biasa KMJ ybs kelihatan kalem seperti SBY ... barangkali karena sesama nama walau hanya "S"nya yang sama.

Basa-basi sedikit ngikuti arus beliau yang kalem, akhirnya aku langsung juga nyeletuk ... :"kuliahnya gimana pak?"

Senyum (lagi) beliau membalas ... sudah pak .. tinggal ujian kok ....

(bernafas lega aku ..) padahal tadi sudah mau marah saja pakai kacamataku yang burem dan jelek ini ..... MS ini gimana sih? Mosok kasi izin/rekomendasi studi KMJ kami tapi saat studinya belum selesai sudah di mutasi? ... Maaf Bapak Ibu di MS ini baru di pikiran belum terlontar di kata .... jadi belum resmi ....

Rupanya Juni ini beliau sudah maju ujian magister, .... tesisnya sudah selesai ... minus diperiksa karena pemilu .. (lho kok? ... ialah .. maklum .... ada pembimbingnya yang ikut pemilu legislatif di daerahnya). Jadi sekarang karena sudah lengkap pembimbingnya & sudah bisa mulai diperiksa (apalagi kalau terpilih ya pak ... semoga deh .... biar periksanya lancar dan KMJ kami lebih cepat maju ujian).

Langsung ke kesimpulan setelah berbincang 20 menitan .... Kacamata KMJ .... MS pasti mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang cukup matang untuk memutuskan mutasi, ... kalau ujian dan anak sekolahan cuma soal teknis kok.

Mau bertanya ke PJ beliau sudah nda' di tempat dan harus kembali kerja kalau tidak nanti bisa-bisa aku kena mutasi juga.

Sorenya, pulang kerja simpan kendaraan dan langsung sambar alkitab, ... mau ke ibadah di tetangga .... eh .. teleponku bunyi ... rupanya seorang kawan di GPIB tetangga ......

"Sore kawan, .. bagaimana disitu? kok KMJ & PJ kalian dimutasi ya?.

"Tau dari siapa pak? ... (keki juga sih, ... kok sudah ke tetangga ya beritanya?) ...

"Oooo sumbernya dari si C, dia katanya dengar dari B, lalu ... katanya .... B dengar langsung dari A, nahhh ... si A ini katanya dia keberatan karena bla bla bla bla ... cut.

Untuk pertanyaan "kawan" di tetangga ... terpaksa aku no comment, dengan alasan mau ibadah .... (wah telat nih, sudah doa pembukaan ...).

Masih sempat terlintas di tengah ibadah ... Kacamata Tetangga ternyata sangaaat besaaaaaar dan tembusssss pandang, karena bisa lihat ke dalam rumah kami ...semoga nda' ada orang rumah yang buka pintu dan jendela biar kelihatan isi rumah kita ... ampuni aku dan diamkan suara itu ya Bapa.

Pesta Sukacita

Waktu berjalan, informasi mengalir silih berganti, isu merebak sana-sini, akhirnya perlahan tapi pasti jemaat mulai menerima informasi dan mengolahnya dengan arif (informasi lho, bukan issu ... ) ..... bahkan ada yang telah mendoakannya dalam Persekutuan Doa & Ibadah-ibadah KRT.

Suatu hal yang merupakan pembelajaran bagi kami semua, bahwa mutasi pimpinan, yaitu KMJ atau PJ haruslah disikapi dengan sangat arif oleh seluruh pihak, baik oleh pendeta maupun jemaat. Sikap arif itu harus dilakukan dan bukan hanya diperagakan ... (ssssttt ... beda ya ...?), dan kembali ke kacamata ..... setelah saling pinjam pandang dan melihat dari berbagai sudut pandang, maka akhirnya terlihat seperti ini:

1. Tahun 2010, adalah tahun Persidangan Sinode. Di tahun depan ini, semua jemaat akan menyisihkan pengeluaran ekstra dengan mengirim wakil mereka ke Persidangan di Jakarta, nah ... PST juga berlangsung di Lawang pada awal 2010, yang walau hanya mengirim wakil Mupel, toh tetap ada biaya juga. Jadi so pasti MS dengan bijak sudah menghitung hal ini, supaya tidak ada penumpukan biaya dan mutasi di tahun Persidangan Sinode. Pembiayaan jadi ringan, urusan MS juga agak ringan ... bayangkan .... atur gerbong mutasi + embel-embelnya, yang kalau ada resistensi atau lobby-lobby tertentu, bisa kacau tuh gerbong urutan mutasi. Belum lagi mesti cari tempat yang pas buat suami-istri pendeta ...... ribet betul!!! (Coba saja bro sis, ambil kertas dan pulpen lalu tulis sekitar 30 nama pendeta dengan talenta masing-masing, lalu buka peta jemaat en sebar tu nama .... jang lupa yang pasangan pendeta, jang lupa masa tugas, kemampuan jemaat, lama penjemaatan, ada ribut ka seng di jemaat, masa tugas pendeta, anak berapa, cucu berapa, sekolah kelas berapa dll dsb dan yang terakhir ... jang lupa dorang pe perasaan!!! .... memang enak jadi MS?).

Ada juga sih yang komentar .... (biasalah, lagi demam pemilu barangkali), katanya; kalau menjelang PS selalu begitu ... karena ada kepentingan dari para calon-calon MS nanti, jadi mesti sebar kekuatan di mupel-mupel. Tapi itu menurutku sah-sah saja, dalam kerangka positif, bahwa ada kepentingan? itu jelas, tapi kepentingan Kepala Gereja yang utama.

2. Apa yang dirancangkan MS-GPIB sebagai pimpinan, tentunya telah dipertimbangkan dengan matang, sehingga menjadi rancangan "Damai Sejahtera" bagi semua pihak. Rancangan "damai sejahtera" bagi kami & jemaat tujuan, dan rancangan yang sama bagi pendeta yang di utus. Bukankah lanjutan Yeremia 29:11 itu adalah berseru, berdoa dan menemukan Tuhan? Sebagai Jemaat, berserulah kepadaNya, supaya utusan yang lama meninggalkan jemaat dengan baik, dan utusan yang baru dapat tiba dengan selamat dan melaksanakan tugas dengan baik. Point yang ini sangat serius dan tidak boleh ditawar lagi untuk dilakukan dan bukan hanya dipercakapkan atau dipikirkan ....

3. Menurut seorang pendeta, ketika waktu pertama-kali ditahbiskan sebagai pendeta, mereka menjawab panggilan dan pengutusan mereka dengan "Ya, dengan segenap hatiku". Itu artinya mutasi sebagai bagian dari tugas kependetaan harus diaminkan sebagai bagian dari Panggilan dan Pengutusan itu sendiri dan kesediaan untuk "ditempatkan di mana saja" dalam wilayah tugas GPIB. (nda' pake' nanti dulu kalau habis ini atau itu, ..... nda' pake terlalu cepat dsb dsb.). Nah kalau itu (kembali) diamini oleh semua pendeta, ... sebagai “Resiko Panggilan & Pengutusan” maka "Rasa Kuatir" akan segala urusan keduniaan, pasti akan ditanggung olehNya.

4. Semua Jemaat, Pendeta, bahkan MS ingin yang terbaik, .... terbaik bagi Kristus tentunya, .... jadi jebakan “pementingan diri” untuk keuntungan sendiri harus dikesampingkan. Berhentilah meneruskan "budaya rekayasa mutasi" dengan mengatas-namakan kepentingan jemaat, baik bagi "siapa yang kemana" (maaf: ini bagi beberapa jemaat ... yang terbiasa dengan memilih mempertahankan pendeta tertentu dan atau meminta pendeta tertentu) dan "ke mana aku pergi" (maaf: ini bagi beberapa pendeta yang terbiasa memilih/meminta menetap lebih lama di suatu jemaat dan atau meminta jemaat tertentu). Sikap ini tidak akan membantu bagi pembangunan rohani jemaat dimanapun, karena akan menghasilkan dikotomi jemaat basah dan kering, kota besar dan kecil, tempat yang baik dan buruk, (maaf) pendeta baik dan kurang baik, pribadi yang punya pengaruh di sinode dan tidak, dll sebagainya. Jangan sampai akhirnya kita terjebak dan mengintervensi "Rencana Allah" dan akhirnya "Rancangan Damai Sejahtera" itu menjauh, tapi sikapilah dengan sukacita, ........ dimana saja, ....... kapan saja dan ........ siapapun saja, sehingga hanya kehendakNya saja yang terjadi untuk hari depan yang penuh harapan.

5. Dengan "sedikit" menoleh ke belakang, .... MS-GPIB (sangat) diharapkan mengawal keputusannya hingga akhir. Harus diakui, beberapa gejolak dan pergumulan timbul, karena inkonsistensi MS sendiri dalam mempertahankan keputusannya & karena pertimbangan (lobby) tertentu, MS akhirnya merubah keputusannya di detik terakhir mutasi kependetaan, sehingga ada yang merasa diuntungkan dan dirugikan. Semoga hal ini sudah ditinggalkan, dan MS dapat “mengawal” sendiri keputusannya hingga akhir, baik dalam "Pemberitahuan Mutasi" sampai ke "SK Mutasi Kependetaan" bahkan sampai pelaksanaannya. Percayalah wahai MS terkasih, tugas yang Bapak Ibu emban sebagai Pelayan Kristus di tingkat Sinodal, akan kami aminkan juga sebagai Pelayan & Pengikut Kristus di jemaat masing-masing.

.... Aku bersyukur senantiasa bahwa dasar yang diletakkan oleh Kristus dalam jemaat kami, melalui para Hamba & UtusanNya yang menyikapi Mutasi dengan nuansa penuh Ketenangan, Sukacita dan Iman Percaya, telah memberikan kepada kami semua sebuah pengalaman iman yang indah .... bahwa mutasi kependetaan selayaknya adalah suatu Pesta Sukacita, ... ya Sukacita ..... karena kita (masih) diberi kesempatan olehNya, untuk menyaksikan diutusnya seorang Hamba Tuhan ke Ladang yang lain dan datangnya seorang Utusan Tuhan ke ladang kita. Selamat Bertugas & Selamat Datang.


ITT - Awal Mei 2009