Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Saturday, October 10, 2009

Filipi 2:12-19


2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,
2:13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.
2:14 Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan,
2:15 supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,
2:16 sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.
2:17 Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.
2:18 Dan kamu juga harus bersukacita demikian dan bersukacitalah dengan aku.
2:19 Tetapi dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan Timotius kepadamu, supaya tenang juga hatiku oleh kabar tentang hal ihwalmu

Pengantar Surat Filipi

Surat Filipi yang ditulis oleh Rasul Paulus merupakan "surat terima kasih" atas perhatian dan pemberian gereja di Filipi (kemungkinan berupa sejumlah uang seperti kebiasaan masa itu untuk menunjukkan perhatian) bagi kebutuhan pelayanan Paulus (4:10-20). Pemberian itu diberikan kepada Paulus melalui perantaraan Epafroditus yang diutus oleh jemaat Filipi untuk membantu pelayanan Paulus yang penuh tantangan. Mengingat kondisi Epafroditus yang mengalami homesick dan hampir meninggal karena sakit, maka Rasul Paulus mengutus Epafroditus kembali ke tengah-tengah jemaat Filipi (2:25-30) sambil membawa sepucuk surat ucapan terima kasih dari Paulus dan Timotius.

Kemungkinan besar, Paulus menulis surat ini sekitar tahun AD 61-63, saat dia berada di penjara kota Roma. Beberapa teolog menyebut surat ini (bersama surat Filemon, Efesus dan Kolose) sebagai "Surat Kiriman dari Penjara". Bila anggapan ini benar, kekayaan rohani surat ini sungguh luar biasa, karena Paulus yang sedang menderita dalam penjara masih dapat menghibur jemaat Filipi yang seharusnya memberi penghiburan.

Berdirinya Jemaat Filipi

Paulus dan Silas berkunjung ke Filipi ± tahun 52, saat melakukan perjalanan misi kedua menuju ke Asia Tengah dan Eropa Tenggara. Di Filipi, Paulus bertemu dengan sekelompok wanita Yahudi (termasuk Lidia yang kemudian dibaptis bersama seluruh keluarganya) yang sedang berbakti di sebuah sinagoge (tempat ibadah orang Yahudi) yang terletak di tepi sungai (Kisah Para Rasul 16:13-15). Hasutan dan tuduhan palsu sekelompok tuan yang merasa dirugikan karena hamba perempuan mereka dilepaskan dari ikatan kuasa roh tenung membuat Paulus dan Silas dipenjarakan. Peristiwa itu dipakai Tuhan untuk membuat tanda ajaib. Terjadilah gempa bumi hebat yang merontokan belenggu dan pintu penjara yang membuka jalan bagi Paulus untuk menemui kepala penjara yang ketakutan dan memberitakan jalan keselamatan di dalam Kristus, sehingga kepala penjara beserta seluruh keluarganya bertobat dan dibaptis.

Sekalipun waktu pelayanan sangat singkat, pelayanan Paulus dan Silas di Filipi menghasilkan buah dan Paulus tetap menjalin hubungan dengan jemaat Filipi yang didirikannya. Beberapa kali dia berkunjung (1 Korintus 16:5; 2 Korintus 7:5; Kisah Para Rasul 20:6). Perhatian dan penggembalaan terhadap jemaat Filipi juga dibantu oleh Timotius (Kisah Para Rasul 19:22; 1 Tesalonika 3:1; Kisah Para Rasul 18:5) serta mungkin juga oleh Lukas yang menjadi anggota tim PI Paulus (Perhatikan kata "kami" dalam Kisah Para Rasul 20:6 yang menunjukkan bahwa Lukas yang menulis kitab Kisah Para Rasul sedang bersama-sama dengan Paulus).

Dalam kehidupan kita, banyak hal yang bisa merintangi iman kita, termasuk penderitaan yang bisa membuat kita menjadi tawar hati. Lebih-lebih, kita bisa menjadi tawar hati bila disalah mengerti oleh orang-orang yang kita layani. Dalam surat ini, Paulus meyakinkan dan menghibur kita, bahwa penderitaan tidak boleh membuat kita menjadi tawar hati. Dia menasehati, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah!" (Flp 4:4).
Dalam Kitab ini, Paulus mengajarkan beberapa hal penting:
1. Kita harus belajar untuk senantiasa bersyukur saat menghadapi tekanan dan penderitaan.
2. Kita harus memiliki sukacita sejati agar dapat menghibur orang lain di kala kita sedang susah.
3. Yesus Kristus menjadi teladan dalam kerendahhatian, ketaatan dan sifat tidak mementingkan diri sendiri.
4. Membukakan kerangka berpikir baru tentang nilai-nilai Kristiani yang lebih utama: Kebanggaan duniawi yang lama diganti dengan keselamatan di dalam Tuhan Yesus.
5. Kita harus belajar mencukupkan diri dan merasa puas dengan apa yang ada.
Iman dan pengharapan tidak pernah sia-sia. Bila kita setia sampai akhir, kasih karunia Tuhan akan dilimpahkan kepada kita. Allah akan memberi kekuatan untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar.

Renungan:

Kerangka Khotbah Pekerjaan Tuhan

I. Dua pekerjaan Tuhan (ay. 12, 13)
A. Pekerjaan yang dilakukan oleh manusia (ay. 12)
1. Senantiasa taat
2. Senantiasa mengerjakan keselamatan
B. Pekerjaan yang dilakukan oleh Allah (ay. 13)
1. Di dalam kemauan orang beriman
2. Di dalam pekerjaan Tuhan

II. Sikap pekerjaan Tuhan (ay. 14)
A. Tidak bersungut-sungut
B. Tidak berbantah-bantah

III. Tujuan Pekerjaan Tuhan (ay. 15-18)
A. Orang beriman tiada beraib dan tiada bernoda
B. Orang beriman menjadi anak-anak Allah yang tiada bercela
C. Orang beriman bercahaya seperti bintang
D. Orang beriman berpegang pada firman kehidupan (ay. 16)
E. Orang beriman bersukacita dalam Tuhan (ay. 17, 18)

Banyak orang-orang Kristen yang pertumbuhan imannya bergantung pada tokoh-tokoh tertentu. Tokoh-tokoh itu mungkin adalah orang-orang yang seorang pemimpin yang memang mempunyai kewibawaan rohani yang menonjol, dalam sebuah gereja atau lembaga Kristen, yang dikaguminya atau yang secara langsung berperan penting dalam pertobatannya. Dalam batas tertentu, hal ini termasuk wajar. Namun, apakah pertumbuhan iman kita harus seterusnya bergantung kepada sang tokoh tersebut?

Tak diragukan lagi bahwa peran Paulus bagi jemaat Filipi sangatlah penting. Namun Paulus tidak ingin pertumbuhan iman mereka bergantung sepenuhnya kepadanya. Paulus yakin bahwa tanpa kehadirannya pun jemaat Filipi dapat melanjutkan pertumbuhan iman mereka karena Allah akan bekerja di tengah-tengah mereka. Di bagian akhir bacaan kita hari ini Paulus bahkan menegaskan bahwa dia tidak mengharapkan kemegahan kecuali pada akhir zaman (ay. 16, di hari Kristus).

Harus kita akui, tidak banyak pemimpin rohani yang mempunyai kedewasaan spiritual seperti ini.
Namun, perlu dicatat pula bahwa sikap kita sebagai jemaatlah yang sering kali juga membuat seseorang terjebak dalam perannya sebagai pemimpin tunggal yang menentukan semua hal.

Paulus mengajak jemaat Filipi tetap mengerjakan keselamatan mereka secara terus menerus dan taat, meski tanpa kehadirannya. Ada tiga hal praktis yang disebutkan Paulus di sini.

Mereka didorong untuk tetap melayani (tanpa bersungut-sungut dan berbantah-bantah), Bersungut-sungut menunjukkan kejengkelan/ketidaksenangan terhadap seseorang, baik yang dipendam dalam hati, atau yang dinyatakan di belakang orangnya. Berbantah-bantahan menunjuk pada pertengkaran yang terbuka. Jadi, dengan melarang dua hal ini, Paulus menekankan kesatuan gereja!
Agar tetap menjaga sikap moral kristiani di tengah masyarakat, ada banyak orang, pada waktu mendengar Firman Tuhan (misalnya Firman Tuhan yang melarang untuk berdusta), lalu berkata: 'Kita hidup di dunia. Itu tidak mungkin dilaksanakan!' Tetapi, ay 15 itu menunjukkan bahwa Paulus menyuruh hidup suci di dunia! Firman Tuhan bukanlah sesuatu yang harus kita laksanakan nanti di surga, tetapi sekarang di dunia! renungkan: apakah kita mempunyai tujuan/keinginan untuk hidup suci dan menjadi terang dunia? Atau kita hanya mempunyai tujuan/keinginan yang bersifat jasmani saja?
dan agar tetap mempelajari serta menerapkan firman Tuhan dengan setia. jadi, kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan berpegang pada Firman Tuhan!

Pertumbuhan iman kita memang tidak boleh bergantung kepada seseorang, namun juga tidak mungkin kita lakukan sendirian. Gereja dan masyarakat adalah tempat terbaik untuk menerapkan firman Tuhan dan untuk mewujudkan pertumbuhan iman kita.

ITT - 10 Oktober 2009 - K3 SP3A di Kel.Moka