Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Friday, February 27, 2009

Catatan Perjalanan PST 2009


12 s/d 15 February 2009. Bethania Makassar – Kota Batu Jatim

Dari Penulis:

Dear All,
Catatan ini dibuat dengan spontan, ... bila ada kata atau kalimat yang menyinggung, menghasut, mendukakan hati .. kami mohon ampun sebelumnya. Tulisan ini dimuat di mailing list GPIB di Yahoogroups & juga buat bagi adik-adik pemuda di Media bulletin pemuda Bethania Makassar – MP3

++++++++


Persiapan

Ketika pertama-kali diputuskan di rapat PHMJ bahwa utusan ke PST 2009 di Batu Malang adalah KMJ & Sekertaris I, mulai timbul pertanyaan di benak ini .... PST itu bagaimana ya? Apa mirip Sidang Mupel? Apa lebih mirip Sidang Majelis Jemaat?

Tapi setelah seminggu berpikir-pikir & cari informasi, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti cari info tentang PST & tempatnya (seperti mau ketemu siapa .... bawa pulang oleh2 apa ...). Saya berhenti dan mulai sesuatu yang baru ... bertanya ke Sang Bapa ... apa yang Kristus kehendaki dengan memilih saya ke PST lalu bertanya ke diri sendiri “apa yang bisa saya bawa ke sidang itu? Buah pikiran apa? Atau minimal tau apa saya tentang GPIB ini?” Ketika pertanyaan itu timbul lalu mulailah otakku mengevaluasi diri sendiri dengan semangat “Ketulusan & Kejujuran” ...dan akhirnya aku menyerah ...tau-ku ternyata cuma bernilai skala 2 dari 10 ... kurang sekali !

Mulailah aku berpusing-pusing ke sana-sini cari bahan PST 2008, baca hasil Sidang Mupel & SMJ ..... dan ketika masuk akhir Januari 2009.. tau-ku naik pangkat jadi skala 6 dari 10, masih kurang sih ... tapi yah .. apalah daku ini ..... semua bahan dan buah pikiran rebutan masuk di pintu benak yg semakin kecil, jadinya malah cuma sedikit yg masuk ... dan bahan2 yg rebutan masuk itu cedera dan terhenti di luar ... hehehehe... pemalas!

Malu Hati

Dua hari sebelum berangkat, saya singgah di Kantor Gereja, .....bagian keuangan datang dan bilang: “Pak, tolong tanda tangan tanda terima ini, buat biaya ke PST”. Keningku berkerut dan ... (pura2) kaget .... ternyata, sekarang jadi utusan Gereja ke PST sama baiknya dengan dengan perjalanan dinas kantor .... lumayan.

Balik ke kantor, pikiranku malah jadi kusut, ... wah kalau sudah siap bahan, trus ditambah biaya perjalanan yang lumayan 1st class + tiket pesawat PP, biaya dll .... kok malah jadi beban ya? Mungkin karena duitnya dari Gereja, yang mestinya diberi malah memberi ... dan atas tau diri ini pulang ke rumah bukannya beristirahat dan “bercengkerama” dengan istri, malah langsung duduk di depan PC dan belajar segala sesuatu tentang GPIB. Beban memang, jadi utusan dan mewakili 60 Presbiter, 6 sektor pelayanan, 357 KK , 835 warga sidi jemaat dan 1254 orang warga jemaat, walaupun agak melegakan juga karena beban ini dipikul berdua dengan Pendeta, yang kalau menurut perhitunganku yang “mau enak sendiri”: beban itu 65% di beliau dan 35% di saya ... hehehehehe kan beliau pendeta.

Waktu keberangkatan disepakatilah bahwa Kamis, 12 February berangkat .. jam 9 pagi terbang. Menurut Pak Pendeta sih berangkat pagi di hari yg sama saja, karena masih sempat tiba, kan PST menurut jadwal dibuka 14.00 waktu setempat, dan menurut beliau yang sudah belasan kali PST, biasanya sih waktu pembukaannya molor 2-3 jam. Hitung-hitung memang lebih hemat, karena kalau berangkat Rabu sore, oom2 & tante2 di jemaat mesti tanggung lagi kita pe lumpsum en hotel ..... mar su talalu seh.

Iman membuat mengantuk

Singkat cerita bangun pagi2 di hari Kamis, mandi, siap2 dan pakaian, soalnya janjian jam 7 lebih sedikit dengan pak Pendeta. Jam 7 teng sudah selesai berdoa dengan keluarga, lalu mulai menunggu, .... 10, .... 20 ..... 30 ... menit, eh kok pak Pendeta belum jemput ya, apa Pak Nyoman (pegawai KTU merangkap Driver) yang telat, atau ... ? Mana di luar hujan keras mulai turun mengguyur Makassar. Terlintas juga kengerian terbang dengan cuaca begini, tapi saya lalu tenang saja, kan jalan sama pak Pendeta, halangan apa sih yang bisa timbul .. ? bukan takabur, tapi ini pengalaman iman, soalnya yang mau didatangi ini tempat seluruh hamba Tuhan se GPIB Indonesia, yang ditemani jalan juga hamba Tuhan .............. yang lagi2 65 % lebih dekat ke Boss dari saya ... hehehehe .... yakinlah.

07.50 seiring dengan berhentinya hujan ....(hehehehe saya bilang memang ... ) pak pendeta muncul, yang drive pak Nyoman, dan dengan ketenangannya malah turun nyalamin orang rumah .... dan siap berangkat. So pasti tidak telat, karena Dia besertaku, .. bossnya Pak Pendeta maksudnya.

08.20 check in ... cuaca cerah dengan semangat mau rasa pesawat barunya Lion, menuju ruang tunggu gate 6 dan .... “jreng” .. ternyata .... “lion masih .... seperti yang dulu” ... di pintu belalai gate 6 terparkir pesawat tua yang panjang ... pake merk sabun cuci lagi!. Wah wah wah .. rasanya tertipu deh, kan kata travel pesawat baru, kan tiketnya tulis Lion .. bukan “sabun cuci!” .... Tapi ingat Wan, kata si hati .. ini perjalananmu sebagai Pelayan .. bukan sebagai boss, .... dan pelayan nda' pernah protes, nda pernah ngomel, nda pernah banyak maunya ...kecuali kalau dianiaya ...hehehehe. Juga waktu naik pesawat, dan ternyata dikasi nomor seat 35 ... yaitu paling belakang... kedua pelayan ini senyam senyum saja, pasang head set, dan dengar musik melawan bunyi mesin pesawat,,, mungkin gara2 senyum kami berdua, para pramugari yang duduk dengan kami di belakang trus jadi ramah dan senyum terus ... manis juga rasanya ..... (permen lho ... bukan yang itu ... ).

Take off, 09.15 ..... 1 jam 20 lamanya, kata si yang senyum tadi, lamanya perjalanan Makassar – Surabaya dan beda waktu 1 jam lebih lambat dari Makassar. 10 menit on air....hujan keras dan cuaca gelap menyelimuti pesawat. Rasanya kayak naik mobil oleng di jalanan berlubang di rute menuju acaranya anak PT di Wisata Kebun itu lho ... tapi dengan ketinggian 32.000 kaki .....siapa (tidak) takut? Tapi coba lihat ke kirinya boss ... pak Pendeta tidur nyenyak! Luar biasa, goncangan pesawat semakin keras, penumpang di depan kanan sudah baca ayat-ayat ... pelayan yang satu malah tidur nyenyak, ... terpaksa pelayan yang lebih rendah ini ...(tinggi badannya)... jadi ngantuk dan tidur juga ... ini serius ... ketika pikiran takut karena pesawat goyang dan diganti ketenangan karena lihat pak pendeta tidur, maka ketakutan lenyap, karena Si Pemberi Tugas yang Agung, pasti mengawal perjalanan ini sampai tiba di tujuan dengan selamat ....Amin. Dan 9.35 pas pesawat mendarat di Bandara Internasional Juanda Surabaya, setelah kami tidur kurang lebih sejam di 32.000 kaki yang berlubang tadi.

Balapan

Ambil barang, suasana PST mulai tercium,.....ketemu Presbiter dari Pare2, Pospel Pinrang, Bukit Zaitun Mks, Bahtera Kasih Mks serta presbiter lain yang walau nda' punya tanda the saint di atas kepalanya kami yakini sebagai hamba Tuhan, karena mereka dengan ramah menganggukkan kepala kepada kami, ..... mungkin saja mereka yang lihat ada tanda the saint di atas kepala kami.......

“Kesaktian” KMJ pun mulai keliatan, dengan bahasa ibunya... akhirnya kita dapat transportasi langsung ke Batu yang lebih murah dari hitungan transport dari kantor gereja..... (maaf VIP travel), lumayan bisa menghemat dan jadi berkat untuk teman-teman yang lain. Jam 10.30 dengan driver Mas Acung ber-enam kita ber-APV ke Batu, Pdt.Yusuf dari Pare2, Pdt. Ibu Persang dari Pinrang, Oom Pnt.Bruce dari Bukit Zaitun, dan 2 pelayan dari Bethania (....... lho pendeta Ebser dari Bahtera Kasih menghilang kemana ya?) ...... Berdasarkan prinsip Ladies First, Ibu Pdt.Persang the only lady here, duduk di depan .... waktu tiba di Batu, baru aku tersadar, bahwa kalau ada apa-apa di jalan, beliau juga yang paling first apa-apa.

Sepanjang perjalanan kami nikmati dengan santai, apalagi buatku, .... walau Mas Acung balap dengan kencang, tapi berdasarkan pengalaman di atas, ....rasa takut tidak singgah lagi .... dengan satu pendeta terbang di 32.000 kaki saja selamat, apalagi cuma naik mobil, dengan 3 pendeta dan 1 penatua!!! Lagi-lagi maaf, .... ini bukan takabur, tapi berdasar pengalaman iman.

Mas Acung rupanya memang driver kawakan, sama ahlinya dengan driver sabun cuci terbang tadi pagi, ..... dengan ahlinya dia menghindar macet, menghindari daerah wisata tragedi nasional Lumpur Lapindo, dan tau-tau muncul di jalan sesudah kawasan macet .... “Ini jalan tikus pak” kata Mas Acung, .... untung kami bukan tikus.

90 menit balapan, akhirnya cacing-cacing di perut kami stress dan teriak ..... dan Ibu Pendeta Persang yang duduk di depan (sambil bantu Mas Acung injek rem), akhirnya kedengaran juga suaranya mengiakan maksud lapar kami tadi.... seperti sudah refleks,kami semua memandang Pak Pendeta Susilo .... maaf pak, tapi di sini bapak memang andalan kami,... tujuan makan jelas: Lawang ... ETA 10 menit.

Singgah makan di RM.Kertosono di Lawang memang asyik, sebenarnya sih apa saja pasti enak kalau lapar, ... dan suguhan tempe, tahu dan bumbu petisnya memang yahud. Pas lagi pilih menu, masuk 2 orang perwira marinir, mengawal seorang berpakaian preman.(dalam hatiku berbisik, pasti ini komandannya), tapi tiba-tiba kok pak pendeta Susilo menyapanya, dan ternyata beliau adalah pendeta Rudy Tendean dari GPIB Batam. Luar biasa, ... marinir yg ada pestolnya saja segan .... heran ya, ada yang suka ngeyel bentak-bentak pendeta. Dan kalau marinir segan dengan pak pendeta, maka pelayan rumah makan Kertosono ternyata lebih segan dengan marinir, ..... pesanan mereka duluan tiba dari kami yang duluan tiba & pesan ... Rasanya mau protes, tapi berhubung kami pun pelayan, maka kami juga segan dengan marinir.

Mendaftar

13:40 kami tiba di Hotel Purnama di kota Batu ... (untuk selanjutnya kita sebut kota Batu, karena Batu secara administratif telah lepas dari kota Malang dengan walikota sendiri.).

Memang benar kata pak pendeta Susilo, kita pasti tiba sebelum jam 14.00, mantap mentong cess.

Mendaftar di PST tenyata seperti urusan di kantor kelurahan. Mau urus KTP atau urusan apapun juga, ndak bisa kalau belum bayar PBB. Di sini juga begitu, kalau belum perlihatkan fotokopi pelunasan kewajiban PST (maaf, mesti disebutkan di sini, supaya yang baca ngerti....: ......) - maka pendaftaran tidak akan dilayani. Tapi sudahlah, kan kalau mau PST harus bayar iuran kan? Memangnya makan & tinggal itu gratis? Sayang pengesahannya pake stempel Majelis Sinode, ... mestinya pake stempel SAH saja dari panitia, kan stempel itu mewakili lembaga,... apa seluruh MS setuju ini? Wallahualam.

Memasuki arena PST bagiku, seperti murid karate ban putih di kerumunan shimpai-shimpainya yang berban hitam ... rasanya seperti murid yunior shaolin di tengah-tengah suhu-suhu mereka .... bayangkan ... di sini ada pak pendeta Sammy, pak pendeta Sihite, pak pendeta Naza dan puluhan nama-nama teolog legendaris yang mumpuni dengan buah-buah pikiran mereka, ..... luar biasa rasanya, bisa bertegur sapa dan melihat mereka.

Berbagai keragaman terhirup kental, dengan berbagai tipe presbiter, ... ada yang ramah dan menyapa memperkenalkan diri dan tempat asal ... ada yang acuh tak acuh menghirup rokok dengan wajah tanpa senyum, ada yang mirip ibu-ibu pejabat dengan rambut made in salon, ada yang sederhana dengan wajah dan raut baru bangun tidur sehabis perjalanan, ada (banyak) pendeta muda yang mirip aktris/aktor sinetron .... dan ada yang bingung seperti diriku yang kaget disalami oleh seorang presbiter dan berkata: “selamat datang pak pendeta, ... tugas di mana?” ... wah wah wah ini pasti Penatua atau Diaken ..... pantas panitia mewajibkan kami menempel foto 4x6 dan tulisan namanya cukup gede .. dapat di lihat dari jarak 10 meter.

Pembukaan

Sehabis mendaftar, kami diarahkan ke hotel Filadelfia yang jaraknya sekitar 2 km dari hotel Purnama, rupanya ada 3 lokasi tinggal, hotel Purnama tempat PST dilangsungkan, hotel Wijaya dan hotel Filadelfia. Menunggu angkutan lebih kurang 1 jam, akhirnya datang juga .... kami sampai & diterima oleh reception dengan senyum khasnya ... dan rupanya kami ditempatkan di kamar 7308, di lantai 3. Naik tangga ke lantai 3 lumayan capek, sambil menyeret koper dll .... inilah seninya jadi pelayan .... masing-masing ngotot tidak mau dilayani ... sampai room boy-nya takjub juga lihat kita. Sekamar berempat, dan ketiga rekan lain rupanya sudah duluan ke tempat PST. Mandi kilat dan turun, ternyata masih tunggu jemputan lagi sampai hampir sejam (perhatian .. perhatian ... sesama pelayan nda' boleh protes......).

Tiba di Purnama, ketemu dengan Pak Pendeta Joy Wongkar, sekertaris I Panpel yang langsung info “mantap pak .... acaranya sedikit berubah ..... tapi tetap pake jas ya” ..... (rupanya acara pembukaan ditukar dengan Ibadah Perjamuan Kudus, .. dan seperti biasanya banyak juga peserta yang tidak pakai jas sesuai permintaan panitia, ... ya sudahlah pak ... yang penting isinya kok ... asal nda' pake' jas hujan saja). PK yang dipimpin Pdt.Sihite sudah mulai, dan ruangan yang harusnya cukup untuk seluruh peserta, jadi tidak cukup, karena banyak juga jemaat lokal yang ikut, dan akhirnya kami hanya berdiri saja tunggu giliran. Di belakang kami ada segerombolan pelawak yang sebentar-sebentar tertawa keras dan cerita joke-joke lucu ... waktu aku perhatikan, ... waduh .. berdosa lagi aku ini, ternyata kebanyakan mereka Pdt ..... wah pendeta kok dibilang pelawak ... sampai akhirnya ada panitia yang sudah tua/senior, keluar dan menegur para pelawak ... eh .. pendeta ini dengan keras baru mereka diam. Ketika PK selesai, dan cawan anggur dikumpulkan dan dilanjutkan pengucapan syukur ... pintu terbuka dan segerombolan presbiter bergegas keluar ..... hahahahaha .. mereka terus pergi lihat-lihat souvenir PST yang dijual di samping arena PST ...... padahal Ibadah belum selesai .... hmmm .... (maaf) kolektenya dibeliin souvenir ya!. Jadi ingat kalau di jemaat kami ibadah PK Jumat Agung masuk meja & pakai cawan besar, kalau sudah dapat giliran ada yg keluar merokok sambil tunggu berkat di akhir ibadah, ... tapi lumayanlah ... kami dapat tempat, jadi bisa masuk (rasain ... yg terima berkat penutup kami dan bukan yang beli souvenir .... ah benar juga ... yang terdahulu jadi terbelakang dan sebaliknya) .... KMJ dengan sigap mengambil tempat di mana papan nama Bethania Makassar tertera ..... menggeser pendeta Poppy dan pendeta Henny .... yang dengan perasaan kedaerahannya yg kental mengambil tempat kami tadi ... dasar anak Bethania ... dasar anak Gunung Nona ... jangan lupa undangannya ya pendeta Henny, ... ditunggu lho, .. semoga acaranya di Makassar.

Ibadah selesai dan dilanjutkan pembukaan oleh MC pada 16.30 WIB. Acara dibuka dengan aktraksi musik rap ala MTV GPIB oleh trio anggota PT, wah .... muantapppp ... para oom & tante presbiter mengangguk-anggukkan kepala mengikuti irama rap. Dilanjutkan dengan Lagu Indonesia Raya ... peserta berdiri ... termasuk bulu kuduk juga berdiri ... mendengarkan para presbiter GPIB se Indonesia menyanyikan lagu kebangsaan .... hikmat dan menghanyutkan, ... terbayang betapa besar karunia Pengutus yang Agung .... ternyata Indonesia juga milik kita ... dan bukan hanya milik “saudara” kita yang lain ...... (sebenarnya sih semuanya milik Bapa di Surga).

Acara dilanjutkan sambutan-sambutan, yang pertama oleh Pnt.Ir.Benyamin Hilly, M.Si sebagai ketua Panpel, yang menyebutkan bahwa sampai sejam yang lalu peserta PST berjumlah 704 orang terus bertambah karena ada yg masih di Juanda dan dalam perjalanan ke Batu, maklum ada peserta yang butuh 3-4 hari baru sampai ke lokasi PST. Dilanjutkan dengan hiburan musik Kolintang, dan pkl.17.14 Sang Ketum memberikan sambutannya. Dengan gayanya yang khas beliau mengajak seluruh peserta untuk menyalakan lilin-linnya, bukan hanya satu, tapi bersama-sama menyalakan lilin sampai menjadi ribuan lilin yang menerangi bumi pelayanan GPIB di Indonesia, .... yah ... prinsipnya cahaya-lah ... karena lilin mudah mati diterpa hujan (ada hujan berkat, hujan konflik, hujan sengketa dan hujan benaran .... hihihihihi) .... lampu anti hujan barangkali ya pak pendeta ..... jadi ingat kata bijak KMJ waktu kasih ucapan natal via SMS: Jadilah cahaya di tempat gelap, bukan di tempat terang. Tapi apapun itu, diterpa hujan atau hujat .... kita mesti (tetap) bersinar .... seperti Bapa telah menyinari kita dengan pengampunan melalui Kristus.

Beliau menutup sambutannya dengan menekankan bahwa masanya untuk mengedepankan eksistensi gereja sudah berakhir .... sekarang masanya untuk menjalankan Fungsi Gereja ... khususnya mengatasi kemiskinan ... dalam bentuk apapun! Saking bahagianya aku bertepuk tangan ... diikuti peserta yang lain ... (maunya mo!) ... bukan menepuki Ketum saja, tapi bertepuk tangan bagi Dia, karena dari telingaku yang sering kutulikan mendengar nasehat-Nya ini, aku pernah mendengar kata-kata Ketum itu juga keluar dari Pendeta kami dan Ketua III kami (.... beliau pernah meneleponku di pagi buta dan berbicara pendek dan tegas “Jalankan Fungsi Gereja!”) – bayangkan, ... mereka bertiga jarang bertemu tapi bervisi sama tentang gereja dan pelayanannya .... itu pasti karya Roh Kudus, sesuai tema 2009 Roh Kudus memberi damai sejahtera dan sukacita ... terimakasih Tuhan.

Sambutan beliau diaminkan oleh PS PW Baskara Surabaya yang bernyanyi dengan luar biasa indahnya (sampai pak wali memuji terus) .... ini juga pasti karena Roh Kudus yang memenuhi mereka dan (telinga) kami .... Akhirnya, Bpk.Eddy Rumpoko walikota Kota Wisata Batu, menyampaikan sambutannya yang bergaya khas pejabat ... didahului sapaan “Syalom!”, ... tanpa teks, beliau bercerita soal latar belakang beliau yang walaupun muslim, tapi punya ibu seorang Nasrani, .... bagaimana beliau dalam rumah tangga rukun karena Natal & Lebaran adalah agenda keluarga yang wajib dirayakan ... dan ..... jreng jreng jreng ... ada juga HP peserta yang berbunyi ..... lagu dangdut lagi!!!, ck ck ck .... semua peserta serentak berbunyi ... dan si pemilik dengan tersipu tapi acuh mengangkat HPnya dan bicara. Diakhir pidato beliau mengutip Matius 6:33 = Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Serentak peserta mengamininya .... dan tepuk tangan ... wah Pak Wali ini, .... kalau 700-an amin oleh sebagian besar pendeta, bapak bisa jadi gubernur lho ... bahkan jadi Pres .... jangan ah, nanti dikira kampanye, ............... padahal maksudnya Presbiter.

Aku jadi ingat kata bijak seorang akademisi di Makassar yang cerita bahwa ia melarang seorang temannya yang belum Kristen untuk masuk Kristen, beliau berkata: “nda usah kau masuk Kristen, laksanakan saja kewajibanmu sebagai seorang pengikut agamamu dengan benar, niscaya pada tingkat keagamaanmu yang paling tinggi, kau sudah Kristen”.

Pak wali menutup sambutannya dengan ucapan Assalamu Alaikum Wr Wb yang dijawab cepat oleh 700an peng-amin tadi dengan Wassalamu Alaikum Wr Wb juga .... hebat ... hebat ..... tidak mau tong dikalah presbiter kita ini.

Akhirnya pemukulan gong oleh pak Wali didampingi Ketum MS dan Ketua Panpel pada Pkl.17.52 menandakan PST dimulai ... Acaranya dilanjutkan acara sumbangan Tari Topeng dari pak wali, yang kata Ketua III Zebaoth Bogor, ... “jika dilihat dengan 'hati' sebenarnya banyak pembelajaran di sana” .... setuju Bung Okta .... kita manusia memang punya topeng .... tapi topeng ciptaanNya yang asli yang harus dipertahankan ... atau kalau pakai topeng hari Senin s/d Sabtu ... harus sama dengan yang topeng hari Minggu. Topeng siang dan malam juga sama ....

Tariannya luar biasa, karena berhasil mengait Ketum dan rekan-rekannya berjoget di panggung, ... hahahaha kapan lagi lihat Majelis Sinode joget ... asyik juga ... masing-masing punya bakat .... pak Wahyono dengan gaya asli dan pak Sihite dengan gaya tortor .... hebat juga penari tunggal ini .. berhasil menyeret & membawa MS kita ke panggung .... semoga di sidang nanti MS bisa menyeret & membawa kita yang 700an ini ke panggung pelayanan yang aktual. Kami siap Tuhan Yesus.... Kami siap bersidang dengan sukacita tarian tadi .... dan membiarkan diri kami dibawa dan melakukan, kemanapun dan apapun yang Tuhan kehendaki.

Penutupan yang berakhir pkl.18.20 itu dilanjutkan makan malam dan istrirahat sejenak .... sebenarnya sih bukan sejenak, karena 1 jam. Pkl.19.30 semua masuk ruang sidang, dan Roll Call dimulai yang dipandu oleh Sekertaris II MS Pak Pnt.Johan Tumanduk. Dan dengan gagahnya ke-2 utusan dari daerah Mupel Sulselbara sebagai utusan yang paling pertama disebut berdiri ...

Sekr II MS: “Bethania Makassar”

Bethania Makassar (sambil berdiri): “Ya !!! Hadir.”

Dan 285 jemaat berikutnya pun dipanggil, ... sebenarnya memang hanya 286 dari 289 jemaat karena ada 3 jemaat yang sudah tutup/dilebur, dan hasilnya yang hadir pada saat Roll Call adalah 275 jemaat dan utusan lengkap dari 24 Mupel, Dewan-dewan BPK, Pokja Lansia, PKFP, UP2M, PPWG with the humble & remarkable Oom Naza, dll ... dan (huuuuuu ... seru peserta .... ketika dipanggil:) Yayasan Dana Pensiun GPIB!.

Dukacita

20.03 Teleponku bergetar .... ketika kuangkat ... ternyata ada sms dukacita .... kakak baptisku Ibu Ice Moka meninggal dunia dalam perjalanan dari Kendari ke Makassar di atas pesawat. Terpaksa keluar sejenak menelepon ke Makassar, mataku berkaca-kaca .... mengingat masa kecil di Jalan Banteng ... selamat jalan Zus Ice ... selamat datang di pangkuan Bapa di Surga.

Sukacita kembali

Dukacitaku harus berakhir, karena setelah skor sidang 15 menit memilih Majelis Ketua, yang oleh para komandan Mupel dipilih Pdt.Martinus Tetelepta dari Galilea Bekasi sebagai Ketua .... mencabut skorsing sidang.

Warisan

Arahan Ketum yang merupakan lanjutan dari sambutan pembukaannya terangkum rapi dalam satu buah pikiran, yaitu menghadirkan Gereja yang dalam berbagai program dan kegiatannya, bermuara pada Jemaat yang beribadah secara Ritual dan Aktual, dengan siap menghadapi berbagai problem dalam masyarakat ..... salah satunya yang terpenting ... adalah Kemiskinan .....sehingga Gereja, menjadi suatu kebutuhan, karena pengabdiannya .. yang tulus dan jujur ... (yang terakhir sih nambah sendiri ... ).

Sidang dilanjutkan ke Informasi mengenai Dana Pensiun GPIB yang susah-susah gampang .... susah karena menjadi utang GPIB yang belasan M ... ber ....(dan terus berbunga), .... gampang karena kalau semua sepakat utang pasti lunas. Arena sidang yang adem berubah hangat karena rupanya sudah banyak yang pasang “ancang-ancang” soal ini. Tapi ancang-ancang ini kandas karena Ketum dengan “gesitnya” sekali lagi meredam sidang dengan langsung bicara sendiri .... (bayangin sendiri deh kalau Yayasan Dana Pensiun nda' ditemani Ketum/MS) .... hebat pak, .... dengan lugas pak Ketum menjelaskan bahwa “dana pensiun yang terkumpul sebanyak 3.803.042.544 ember ... sama sekali belum terpakai ... dan tidak akan terpakai untuk hal lain ... walaupun untuk Desember kemarin harus “pinjam” untuk bayar THR”. Sebagai jemaat aku tertegun .... wah .. wah .... berarti para Pendeta kita posisinya harus melayani dengan “ketulusan dan kejujuran” ... ditemani “kekuatiran dan kecemasan” .... soal bagaimana kalau mereka pensiun nanti.

Jadi ingat koster kami Alm.Bpk.Ruben Atamau, yang meninggal dalam tugas, Oktober 2007 lalu .... yang berdinas selama 11 tahun dengan setia .... dan ketika akhirnya Vonis Uang pensiunnya tiba .. hanya menerima Rp.59.600/bulan atau kalau mau diambil sekaligus sebesar Rp.8 jutaan. Yah ... itulah manfaat pasti ... pasti menyedihkan, pasti mengkuatirkan .... pasti Ibu Martha istrinya ambil yang besar dan pulang kampung ke Tanah Alor, membawa kenangan akan GPIB yang tercinta, ... semoga .... ah sudahlah, kok ngomongin itu sih.

Pak Ketum dengan gesit menggandeng Dr.Richard Risambessy yang adalah Professional Accountant, yang sangat menguasai bidangnya, dan dengan piawai menjelaskan Manfaat Pasti dan Iuran Pasti ... para peserta mendengarkan juga dengan tenang dan gelisah ... (lho kok ... ?) ..... yang semoga bukan berarti Pasti mengecewakan ..... tapi Pasti layak untuk kehidupan hari tua para Pendeta dan Karyawan GPIB kita.

Sebagai jemaat, boleh jadi aku pernah masuk kelompok yang anti dana pensiun ... (yang hilang) .... tapi apa mesti menoleh terus ke belakang .... bersidang siang hari malampun utang tetap utang kan ... ? jadi jalan keluarnya apa? .... ya bayar dong ... barangkali yang dituntut jemaat adalah tindakan hukum yang pasti bagi yang “salah urus” tempo hari ..... jadi ingat cerita Raja Daud, ... Pertobatan berlangsung dan Pengampunan pasti ada, ... tetapi akibat dosa (juga) tetap ada .... permanen .... hehehehehe .... Semoga kita tidak berniat mengambil “Hak” pembalasan itu. Susah juga pak, ketika kita buka kotak di Jemaat soal Dana Pensiun, yang maju mengisi kotak cuma belasan orang, tetapi kalau gempa Manokwari, Aceh dan lain lain dibukakan kotak, jemaat rebutan isi sampai ngantri di Ibadah Hari Minggu ... ketika jual kupon ... yang laku belasan lembar, tapi kalau jual aksi masak untuk bantu BPK ... semuanya lupa kolesterol ... semua bage tu RW deng Tinuransak .... biar akang pung harga bisa beli RW sa ekor!

Jadi bukan soal jemaat tidak mau ... lebih banyak soal Trust .... kepercayaan ... apa jaminannya kalau hal ini terulang ....? Pendeta (juga pasti) mau geber hal ini di jemaat, (tapi) juga mesti hati-hati ... nanti dikira cuma urus diri sendiri ... jadi, terpaksa cuma adem-adem saja .... nunggu Keputusan Persidangan atau Fatwa MS.

Ketika pertanyaan bergulir dengan “yang itu itu juga” .... Ketum pun dengan sabar menanggapinya ... dengan kata kunci “ketulusan dan kejujuran” ..... aku jadi berpikir dalam ... “Apa ya maknanya Tuhan mengijinkan hal ini terjadi bagi GPIB?” ... pasti supaya kita bersatu memikul beban itu .... supaya dalam memikul beban itu ... kita mendapat pengalaman Iman yang indah ... bersatu ... mengampuni .... hati yang memberi .... mengasihi hamba Tuhan ... so why not ?... let's take deep breath .. dan menyelami kehendak-Nya. Memang masalah ini masalah warisan dari generasi lalu yang tidak boleh kita wariskan lagi ke generasi berikut.

Sidang di skors dengan wajah kurang puas dari beberapa penanya .... yang gemas karena kandas .... hahahaha ... sampai besok ya ... kulirik jam ku ... 22.43 ... ibadah malampun berlangsung hikmat.

Kembali ke hotel, masih diwarnai berbagai percakapan .... dan diskusi di sidang nda' resmi di berbagai kelompok .... dan aku terbawa suasana .... bagaimana ya suasana di rumah duka di Makassar, ... semoga semuanya lancar saja.

Bangun Pagi

Terbangun di pagi hari, rupanya ada weker hidup disebelahku ...... tidur berempat mengasyikkan juga di Hotel Resort Filedelfia ini .... 3 Penatua + 1 Pendeta, yang istimewanya pak pendeta ini jadi weker untuk kami, ... hmmmm ngoroknya itu lho ..... hebat pak pendeta ini, tidurpun beliau menjalankan fungsinya ... mengingatkan jemaatnya! tapi asyik-asyik saja kok, sampai bisa jalan-jalan pagi menikmati kota Batu plus minum STMJ.

Jam 7 tepat semua parkir buat makan pagi, suasana segar karena disambut Panitia dengan senyum sama manisnya dari kemarin .... sampai kupon makan yang di gantung di ID pesertapun diambilkan .... luar biasa. Makananpun luar biasa, lengkap menunya. Dengar-dengar sih jauh lebih baik dari di Prigen PST 2007.

Habis makan pagi yang di atur di hotel masing-masing kamipun siap berangkat dengan bus dan mobil panitia yang senantiasa siap ..... dan pkl.07.50 sebagian besar penghuni Filadelfia sudah di lokasi sidang. Bawa titipan dari jemaat, segera cari Ibu Pendeta Noni dari Shalom Jakarta, .... dan trims Bu' buat buku sejarahnya ... bisa jadi perbandingan buat buku sejarah kami yang tak kunjung usai .... nda' percuma bawa titipan yang awalnya menjengkelkan juga hahahaha.

PA berkesan

Ibadah pagi yang dilanjutkan PA oleh Ketum mengasah kami semua untuk perduli terhadap kemiskinan .... dilandasi Roma 14:13-23 dan diskusipun berlangsung hangat. Walaupun sebagian di kelompok kami tidak bawa alkitab, .... hmmmm ... 3 pertanyaan penuntunpun dapat disingkap oleh presbiter-presbiter yang sebagian besar di kelompok kami dari pos pelayanan, pos terdepan GPIB yang sehari-harinya banyak menatap langsung problema ekonomi di Indonesia.

Kembali lagi ingat kondisi di jemaat kami, yang terkadang sibuk membela pendapat masing-masing, sampai lupa fungsi gereja .... sampai lupa bahwa “konflik” menurunkan kualitas pelayanan, dan akhirnya sukacita menjauh dari kehidupan jemaat. Tapi juga bersyukur, karena Diakonia cukup baik ... karena ada 11 penerima diakonia, walaupun mereka bukan benar-benar janda, ..... 11 juga anak SD,SMP, SMA yang dibantu dengan Dana Bantuan Pendidikan .... semoga di tahun mendatang bisa membantu Mahasiswa PT, jurusan STT tentunya, sehingga bisa menjadi Pelayan Firman, .... entah di GPIB atau dimanapun, ... tapi Firman Tuhan bisa diberitakan. Diharapkan ketika mereka tumbuh dan menjadi manusia dewasa dalam iman dan perbuatan, mereka juga akan mensyukuri dengan menjadi “helping hand” untuk saudara-saudaranya yang lain.

Dalam diskusipun, ... (yang walaupun cukup riuh rendah, karena semua ngomong ... hehehehe) kami juga mendapat output bahwa yang harus dibangun adalah sikap hidup, karena banyak jemaat yang miskin karena punya pandangan hidup miskin. Ada contoh dari seorang janda di jemaat, yang kehilangan suami dengan tanggungan 3 anak ... yang waktu mendapat bantuan dari jemaat dan gereja, memulangkan sepersepuluh dari yang ia terima bagi gereja, .... ini yang patut dibangun jemaat, ... ketika semuanya kelam karena si suami dipanggil Bapa, ia percaya bahwa Bapanya tetap bersamanya melalui tangan-tangan jemaat yang dipenuhi Roh Kudus ... bagiku, ibu ini sudah kaya, ... karena menolak kemiskinan itu dengan menjadi berkat bagi gereja. Amsal 30:7-9 harus dipegang erat .... bukan kekayaan atau kemiskinan yang menentukan ... tetapi kemampuan menyikapi kondisi kita dengan bersyukur. Dan dalam program kongkrit Gereja dalam memerangi kemiskinan, niscaya Roh Kudus akan membuat kebaikan itu seperti refleks ..... seperti refleks ketika kita jatuh tangan ini melindungi kepala ... seperti itu pula kita bersikap bila ada sesama kita jatuh ..... Ya .. yang susah harus dibantu .... yang dibantu harus bersyukur .... dan dalam bersyukur ia juga membantu sesama dan menjadi berkat. ..... (kok sampai khotbah ya ......)

1 Jam saja tapi sangat berarti, .... ditambah nyanyian & suara emas Pendeta Hendra Dores .... kolekte berjalan .. dan kali ini bagi membantu seorang Pendeta yang harus segera pulang karena anaknya kritis di RS PGI,...... banyak juga hamba-hamba Tuhan yang matanya berkaca-kaca ... yah aku juga membayangkan .. takut apalagi bila kita semua yang hampir 800 orang ini saling mendukung .... biar dana pensiun sekalipun pasti teratasi .... yaaaa kesitu lagi deh .......

Paripurna II dan Bahan yang membanjir

09.05 teng ... sidang kembali digelar. Pak Sekum mengarahkan sidang ... dan laporan-laporan pun membentang di hadapan peserta sidang. Laporan keuangan + BPPG ... , Badan-badan + yayasan, serta panpel Pembangunan Griya Bina memaparkan laporannya dengan baik. Di sela-sela itu panitia dengan gencarnya membagikan bahan-bahan sidang, ... yang saking banyaknya mengalir, jadi bingung bagaimana bacanya .... ada pula dokumen soal Studi Lanjut Pendeta yang (rupanya?) sudah jadi Keputusan MS, ... yang .... maaf pak Ketua II dan Sekum .... kok tidak ditanda-tangani ya ....... hmmm mau nanya soal itu sih pak, tapi berhubung KMJ kami juga lagi studi .... nanti ... anu ... itu lhoooo ... eeeee ...ah ... nggak jadilah .... mending diam saja.

Coffee break, .... dan pkl 11.12 dilanjutkan Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan 2008-2009 yang dibawakan masing-masing Ketua MS dengan programnya .... masih klasik juga, karena banyak yang akhirnya tidak terlaksana .... menghibur juga karena ada launching website GPIB www.gpib.org oleh Ketum .... “melawan roh-roh di angkasa” ujar beliau. Semoga website itu sering di update, ... biasalah ... buat web-nya tidak mudah ... menjaga kontinuitasnya lebih sulit lagi ... karena sampai hari ini di klik ... masih yang itu-itu juga :) tapi salut bagi bung V dkk, .... mereka sudah buat banyak bagi penyebaran info di medan juang internet. Hal ini pula yang memacuku ketika jam makan, segera mencari Bung moderator kita yang dengan setia menjaga informasi dan berita di Yahoogroups kita, ... salut dan salam kenal bung FT .... yang rupanya sangat bersahaja dan simpatik.... after all this years, ... akhirnya kenalan juga .... rasanya kayak Copy Delta di jaman 2 meteran, ..... tapi btw www.gpib.or.id nya kemana ya? Ke Balikpapan ya :))

Komisi

Banyak juga pertanyaan-pernyataan (:) yang bermutu diajukan peserta sidang .... yang bersahut-sahutan .... kebanyakan soal biaya dan duit .... catatan menarik dari Bendahara MS kita yang pada awal persidangan, ketika diperkenalkan dan diminta berdiri tapi masih juga didaulat untuk berdiri :( .... jangan main fisik dong peserta ....!!!! salut buat beliau yang punya satu sikap: TAAT ... yang walau dibalik sekalipun bunyinya sama .... sampai peserta mengerutkan kening karena ada juga jemaat yang ngaku sudah setor ke MS tapi entah kemana di jalan .... wallahualaaaaaam.

Kapten “M” kita juga di Medan juang tidak ketinggalan dengan pertanyaan dan pengajarannya yang simpatik, lalu ada juga peserta yang “kudu wajib” ngomong, walau kadang ngelantur kemana-mana.

Soal ngomong itu, ada juga cerita lucunya .... salah seorang petinggi GPIB (caileee ... maaf pak ....) pernah mengajar begini; “wahai para presbiter, .... kalian kalau sudah berdiri di depan jemaat atau sidang .... karena otoritas kalian, sebenarnya sudah 50% memenangkan massa .... jadi tinggal cari mau omong apa yang baik supaya jadi bertambah >50%, ..... jadi kalau nda tau mau omong apa mending diam atau langsung saja bilang “Amin” .... nilai tetap 50.... daripada omong sembarangan dan dihancurin jadi 0 ..... kalah telak!” ... hahahaha betul juga pak, bukannya bertanya atau usul tapi malah cerita omongin dirinya ... saya ... saya .... saya ..... bikin gregetan Ketum saja :(

Makan siang dengan lahap, malah menambah kantuk yang luar biasa ..... rasanya mau usul ke panitia supaya makanannya jangan terlalu enak dan cukup ... supaya tidak ngantuk, tapi kalau ingat kalau kita diutus ke PST bukan untuk tidur dan ngobrol atau jalan-jalan, jadi rasa berdosa .... dan kantukpun hilang, .... mana kios panitia yang jualan buku dan asesoris yang menarik bikin jadi alasan kalau keluar ke toilet jadi berlama-lama .... 2 thumbs up .... dan mohon petunjuknya wahai panitiaku tercinta ... bagaimana caranya jual buku semurah itu ....? akhirnya kuputuskan oleh-olehku buku saja, karena murah (5000 or 10.000) ..... daripada asesoris yang mahal .... (dasar kikir ... itukan buat membantu jemaat yang jualan juga!). Ada juga studio foto mulai dari foto sendiri sampai juru potret pro yang majangin fotonya biar kehujanan....sepanjang depan lokasi sidang .... bukan gratis tentunya .... lumayan buat kenang-kenangan yang kalau dipajang di rumah, bisa buat cerita ke anak-cucu & jemaat ....”Opa dulu, ..... waktu PST ..... mengantuk terus ... hahahahaha”.

Ketika para “petinggi” ... eh MS mengemukakan program-programnya ... rasanya ada kontroversi di sini ... ah itu kan perasaanku saja ya ... mungkin karena bosan & ngantuk .... tapi ajakan Ketum di awal sidang, masih jauh panggang dari api ..... masih juga banyak program yang aneh, karena seperti menuh-menuhin kertas saja, ..... atau kayak ada yang komentar .... “biar dibilang ada kerjanya” ... tapi bukan itu .... kita datang PST bukan untuk mengkritik atau ngoceh nda' karuan... tapi untuk duduk bersama, ... meluaskan wawasan .... be positive, be creative .. (be careful .... ini sih kata Bung Okta ... pinjem ya bung) .... lalu pulang ke jemaat untuk diterapkan dan bukan untuk disimpan di lemari file lalu kasak kusuk kiri kanan dan berlakukan keinginan sendiri!

Pembagian komisi yang sudah di isi di data panitia pagi hari tadi, menempatkan diriku di Komisi IV atau BPK (sesuai arahan KMJ, Ibu pendeta Nguru, Oom Feri, Oom Does, Oom John, Oom Jopie, Oom Hans, Tante Telly, di rapat PHMJ), dan KMJ kami di Komisinya .... Komisi I IAI. Hijrah ke Ruang Mawar dekat Swimming Pool langsung merubah suasana yang sebelumnya serius memikirkan segudang program ... (hayooo ngaku ... banyak yang bingung kan ..... ) ... jadi lebih santai, karena di sana-sini sudah terlihat warna-warni BPK yang apik .... hijau, kuning, biru, ungu ... abu-abu (tapi jelas ... soalnya duduk di sebelah Oom Berth dan Bung Zonny .. the smiling PKB) .... di GPIB nan indah ... (balon kaleeee!), Dewan-dewan yang piawai dan menguasai bidangnya ditambah Pokja Lansia .... (sebaiknya sih ... Pokja Purna Bakti ... ) dan PKFP dan UP2M yang tak henti-hentinya kukagumi.

Diarahkan Pak Ketua III yang sangat kebapakan mengayomi pasukannya dan Sekertaris II yang sersan (serius tapi santer .... arahannya .... salam kenal Bung Johan .. akhirnya ...) ... langsung wawasan bertambah. Dilanjutkan pemilihan Ketua & sekertaris Komisi yang sangat tepat .... Pdt Agus ... eh Adri Wangkay dari Pniel Singaraja ... (maaf pak Agus) .. dan mantan Dewan Pemuda Pnt.Diah dari Bethesda Jakarta. Tepat dan serius mereka menggiring peserta untuk menelaah semua program ... menambah yang kurang dan yang terlalu lebih (biayanya) dipangkas .... lagi-lagi suatu langkah berani diambil PA dengan mengecilkan kegiatan emasnya yang hanya dilaksanakan serentak di Mupel-mupel, membuat kami tersadar, bahwa kegiatan besar seremonial yang melibatkan banyak massa ... jemaat dan biaya memang harus di re-invented, menjadi menciut dengan kualitas yang lebih baik ... bukan yang dulu tidak bagus, .... tetapi bukankah pengalaman lalu adalah guru yang baik menuju ke depan? Think Global Act Local .... Pemikiran Sinodal dan Aksi di Jemaat ... itu yang perlu.

Sambil pembahasan jalan, otakku juga jalan-jalan dalam ruangan ini membayangkan gambar BPK Terpadu yang bergandengan tangan .... dan dalam brain storming dengan beberapa rekan-rekan memang harus diakui, bahwa ada kesenjangan dalam BPK yang senantiasa harus dipangkas, supaya ke-5 BPK ini (nanti 6) bisa berjalan searah dan menabuh alat musik yang walau berlainan ... tapi dengan irama yang sama .... benang merah kegiatan dan pembinaan antara BPK harus ada, khususnya PA, PT & GP .... mereka harus merasakan sukacita dalam perjalanan kehidupan mereka .... ber PA, PT & GP ... sampai dewasa ... dan dengan katekisasi pra-nikah akan memasuki alam PW, PKB dan Lansia. Ketiga BPK dengan rentang usia sebagai pemisah dan BPK PW & PKB dengan landasan gender lalu (nanti) di Lansia dengan ukuran usia kembali sudah bagus .... tidak perlu perubahan berarti, hanya saja PW dan PKB harus punya program yang tajam dalam membina ke-3 BPK ini sebagai anak-anak mereka .... sebagai satu kesatuan, yaitu sebagai orang-tua, ... bukan hanya sibuk dengan kewanitaan dan kelaki-lakian mereka .... Pengasuh PA & PT sumber utamanya harusnya bukan dari GP tapi dari ke-2 BPK yang berada dalam tataran pembimbing ini. Stop mempersoalkan siapa yang duluan lahir atau belakangan, tapi mulai bertindak sesuai status dan usia kita. Soal Lansia..... hati-hati pemirsa ... mereka adalah “bukti cinta kasih Tuhan” yang harus dilayani dan di syukuri kehadirannya di tengah-tengah kita, .... jangan malah “diterek” kalau ikut Paduan Suara dll, ..... yah memang mereka sudah lansia, tapi ... mereka pernah muda ... dan kita yang muda ... belum tentu bisa lanjut usia seperti mereka.... (heheheh betul nda'?). Dan lagi-lagi membayangkan .... untuk dikaji, barangkali Dewan-dewan yang ada di tingkat sinodal disatukan saja di Dewan BPK, dan di Mupel pada Korwil BPK .... untuk duduk bersama menyusun program .... dari Sinodal sampai tingkat Mupel .... nanti di jemaat baru pengurusnya terpecah 5 atau 6 BPK tadi. Lebih irit manning, lebih irit biaya, .... dan Dewan atau Korwil BPK ini bisa masak bersama dengan bumbu masak lebih nyata bagi 6 sajian tadi (tentunya jadi lebih enak ... lapar ah ... ngemil dulu...)

Lots of Fun and Laughing di ruangan ini dan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban dari PKFP dan UP2M sungguh memperlihatkan profesionalisme dan kegigihan mereka ..... supaya yang profesional, tetap eksis melayani ... (seperti tante Syeni dokter praktek di Bethania yang meluangkan waktu 2 x seminggu ... gratis lagi ... obat dan biaya dokternya .... hebat!) dan para pendeta bisa praktek segala macam sampai bikin tempe dan masak di jemaat-jemaat binaannya. Salut dan ungkapan syukur ke Tuhan atas kehadiran mereka ... dan pertanyaan-pertanyaan yang lucu dijawab lugas oleh Ketua komisi dengan pernyataan-pernyataan jenaka yang lebih lucu lagi :))

Waktu menunjukkan 17.20 waktu Komisi ini menuntaskan tugasnya dan dengan wajah cerah karena banyak tawa dan tetap serius, kami coffee break dan lagi-lagi jempol buat panitia yang selalu mengenyangkan dan mengantukkan kami dengan hidangan-hidangannya.

Nostalgila

Sambil menanti Paripurna Komisi-komisi, di Cofee Break, ketemu-ketemuan dengan para mantan KMJ Bethania .... ada Pak Pendeta John Tambunan, Pak Pendeta Jeff Talise, Ibu Pendeta Nonie Pieritsz, dan mantan Vikaris di Bethania Ibu Pendeta .... (masih nona sih ... ) Murti Simanjuntak, Ibu Pendeta Metty Risamena ..... yang tidak kelihatan di PST Ibu Pendeta Ribka Atalaka .... (ini juga Nona hehehehe), Ibu Pendeta Monica Joris dan Nona Pendeta Inri Kiroyan. Semuanya masih seperti yang dulu, ... apalagi Pak Talise dengan humor dan senyum khasnya .... teringat pendahulu mereka Alm.Pak Pdt. Coen Hursepuny, Alm.Pak Pdt.Tumakaka, Alm.Pak Pdt.Linggar ... dan Pak Pdt.Pamungkas yang terbaring sakit .... apa yang kami rasakan di Bethania sekarang adalah hasil kerja keras mereka .... Diam-diam diri ini minta ampun kepada para mantan ini (dan Sang Empunya ... Pengutus yang Agung) karena banyak yang mutasi dengan rasa kesal dan jengkel karena ulah kami-kami di jemaat yang suka mengangkat diri menjadi “hakim-hakim” kecil .... Ya .. harus seperti Nehemia yang “minta ampun” atas perilaku pendahulu-pendahulunya .... mengajar kami supaya rendah hati dan tahu diri atas jemaat titipan Tuhan ini. Tapi rencana Tuhan memang indah .... apa yang mereka tanamkan dahulu, dengan berpeluh dan “ber-airmata” dapat kami rasakan sekarang melalui proses pendewasaan yang panjang.

Ada yang dicaci karena terlalu lemah ... ada yang dicaci karena terlalu keras ... sampai “diteriakin” (badakkkkkkk !!!!) ... ada yang dibuat menangis ... (berkali-kali) ... karena dipangkas tunjangannya .... karena tidak mau mengakomodir kemauan “kelompok” main stream .... yang mengaku pembaharu dalam jemaat. Tapi semua proses itu melahirkan jemaat yang mulai tumbuh dewasa .... apalagi ditambah KMJ yang santun tapi tegas sekarang ini, bahkan kami juga boleh ditambah punya PJ, Ibu Pdt.Amperiyana Nguru. Bersyukur kami juga, karena punya 3 pendeta non GPIB yang tinggal di wilayah Bethania dan selalu setia membantu pelayanan, baik IHM, KRT, BPK, Ibadah Persekutuan Doa yang pagi-pagi buta, maupun perkunjungan .... Pdt.Sisca Tapilatu, S.Th dari GPM, Pdt.Gusti Arnawa, SPAK dari GKSS dan Pdt.Ny.Resty Arnawa-Tehupeiory, M.Th dari GKPB, yang terakhir ini juga dosen di STT Intim ....

Barangkali kami punya “sense of belonging” yang terlalu tinggi terhadap jemaat kami sendiri, yang berbeda dengan jemaat yang dibangun GPIB, ... kami jemaat tua yang berdiri sejak 1953 dan 20 tahun kemudian 1 Januari 1973 menghibahkan gereja ini ke GPIB. Dan sesudah hibah, kadang masih merasa pakai baju tua .... dan lupa bahwa kami sudah ber-GPIB. Letak yang di tengah kota, membuat wilayah kami tidak lagi berkembang .... dan yang muda-muda kalau menikah .. akhirnya pindah ke jemaat lain yang berbatasan dengan daerah pengembangan kota ... membuat kami terkadang “sangat kepala batu” dalam berbagai hal .... meski musti diakui dalam beberapa hal juga positif, karena memberlakukan “perwilayahan” dengan sangat konsisten .... tinggal di luar wilayah berarti harus atestasi ke jemaat setempat, .. atau hanya jadi jemaat biasa yang pakai bintang satu di daftar pemilihan (boleh milih zonder dipilih) di pemilihan apapun ... kecuali panitia-panitia kecil.

Tapi jangan takut wahai Pendeta-pendetaku (ini undangan .... karena dengar-dengar ..... dengar-dengar ..... katanya .... katanya .... memangnya sudah mau mutasi ka?) .... sekarang Bethania sudah lain kok, ..... sudah penuh senyum dan santun ... sudah “nda' kaya' dulu” lagi .... karena sudah merasakan pendewasaan yang cukup memakan waktu dan “korban”, jadi kalau ada yang mutasi ke jemaat kami .... selamat datang selalu (maaf KMJ .... bukan ngusir lho .... tapi kadang kami mendahului gossip yang sksd sok kenal sok dekat sama MS dan suka cerita kayak dia saja yang ngatur MS dan mutasi .... hahahaha) ...... sebentar lagi beliau selesai studi dan dapat M.Min dan kami juga M.Min... mung minteri .... alias sok pinter!

Paripurna Lagi

Masuk ke Paripurna Komisi I ... suasana sidang mulai sunyi ... karena banyak peserta yang bukan komisi bersangkutan mulai ngilang .... dan kami yang di Filadelfia dan Wijaya, memilih nekad tidak mandi, karena maklum kalau kami pulang mandi bisa dilanjutkan dengan tidur .... (besoknya baru sadar ... ada juga yang sleeping beauty sehabis mandi dan baru bangun pkl 22.00 waktu sidang su mau abis!!!!).

Komisi I adem ayem saja, semua manggut-manggut kelelahan, ada juga pertanyaan-pertanyaan seputar pernikahan, juga pertanyaan “lucu” soal sertifikasi penulis Sabda-sabda, jadi mikir ... memangnya mereka waktu di sertifikasi jadi pendeta nda' termasuk nulis khotbah .... ada-ada saja ...

Waktu berlalu cepat, meja kami mulai oleng kiri-kanan karena kantuk yang mengundang ngemil dan jajan supaya melawan roh kantuk itu .... dilanjutkan Komisi II juga biasa-biasa saja ... karena Pelkes memang wajib dan makan ongkos serta waktu ... yang penting kontinuitasnya jalan, bukan sekedar pelkes dan pergi begitu saja sampai program berikut .... hehehe kalau banyak program Pak Ketua I bisa lebih banyak di angkasa terbang daripada di darat pelayanannya.

Masuk Komisi III kantuk mulai terusir dengan pertanyaan-pernyataan menggoda dari peserta, khususnya soal aturan Vikaris ... Ketua Sidang sampai sibuk membatasi penanya, ... belum lagi (kayaknya) ada yang pakai nota ke meja sidang .... dan para peserta yang merasa jemaatnya sudah keluarin duit banyak mengirim mereka ke PST, harus “bunyi” juga setelah sekian lama diam. Memang Komisi ini sarat program dan cita-cita, .... semua bagus ... tapi apa bisa terlaksana dalam waktu dekat ya ...?

Soal Kursus Dasar dan lanjutan Kependetaan juga penting, karena kalau mau tugas harus punya kemampuan manajerial yang apik ... supaya bisa mimpin sendiri ... atau berdua .... hehehehe kayaknya kalau sendiri lebih baik ya ... kalau berdua, tiga atau berbanyak malah susah karena masalah klasik ... rebutan pengaruh dan lahan di jemaat .... nda' semua sih, ... tapi tetap ada ..... KMJ yang disharmoni dengan PJ dst dst .... lanjut ah ....

Ada juga soal mutasi yang sampai “minta maaf” bergaung keras .... jadi telat mikir nih siapa yang minta maaf ke siapa .... yahhhh sekedar ngusul diam-diam ... barangkali sudah saatnya kita GPIB punya Dewan Kepangkatan dan Mutasi/Rotasi Pendeta ... yang memutasi pendeta sesuai masa dinas dan lamanya jemaat ... bukan karena kedekatan dan kebasahan jemaat ... memang konsekuensinya jemaat-jemaat mesti diklasifikasi dengan “ketulusan dan kejujuran”. Soal puas atau tidak, itu pasti ada, ... tapi minimal ada dasar berpijak, .... supaya tetap ada penyegaran buat jemaat dan pendeta bersangkutan. Jadi ingat .... di jemaat tetangga kami ada mutasi sampai 4 kali dalam 5 tahun .... (apa benar ya ... ?) ... bisa habis tu doi' cuma par kasi bapinda tu pandeta .... celoteh tante deng oom di jemaat itu ... belum lagi soal SK yang bisa loncat lokasi ... bikin capek Staff MS buat Pemberitahuan dan SK ke jemaat-jemaat.

Yang surprise nda' ada peserta yang nanya soal studi lanjut (yang maaf ... dokumen keputusannya beredar kemarin dan tidak di ttd/stempel ... juga nda' ada di jemaat kami arsipnya ... cek via telpon sih ...semoga karyawan kami yang salah periksa) ... barangkali takut kalau kena periksa dan studi-studi bisa terhalang .... sebenarnya sih tanya aja pak, kata seorang Diaken kepadaku ... kan studi itu untuk kemajuan GPIB juga, .... tapi lanjut beliau ... ada juga sih yang buat bisa cepat naik pangkat .... keduanya bagiku sah-sah saja, kan kalau pendeta berkualitas baik dan sejahtera yang untung kan jemaat juga ... semakin berkualitas dan sejahtera juga .... rohaninya. Aku sih tetap diam ... sekali lagi nda' enak sama KMJ dan rekan-rekannya yang lagi rame-rame studi di STT Intim, hmmm ..... juga nda' enak sama atasannya.

Hari yang melelahkan ini berakhir dengan Ibadah Malam dan 23.00 lebih sedikit, kami kembali ke penginapan masing-masing .... sampai di sana ... Eh .... kok pada ilang ngantuknya ya .... biasalah ... sidang kecil tidak resmi berlanjut sambil main domino dan ngopi sambil dengar gossip seputar pelayanan, mutasi dan sikon di jemaat-jemaat sampai 01.30 dinihari baru bisa tidur. Yang penting bisa membedakan mana gossip dan mana informasi, dan tidak ketukar ... biar bisa akurat mengambil keputusan dan sikap.

Selamat Malam Tuhan, semoga besok tidak telat bangun ... terimakasih untuk hari yang sarat pengalaman ini.

Hari Terakhir

Diawali bangun pagi 05.30 .... kami semua mandi, ... weker kami tetap paling akhir mandinya ... dan langsung turun sarapan. Tas dan seluruh perangkat harus dibawa serta karena sebentar tidak kembali lagi ke Filadelfia .... asyik juga rasanya ... soalnya belum pernah merasakan harus check out dari hotel jam 7 pagi. Menu sarapannya bahkan lebih banyak dari kemarin .... barangkali karena sarapan hari terakhir. Ngobrol sana-sini di meja makan, akhirnya kami semua siap naik bus ke Purnama .... titip barang di Purnama (yang dengan setia dijaga Panitia!), ... dan langsung masuk ruang sidang.

Seperti biasa, dibuka dengan Ibadah pagi, dan 08.30 sudah masuk Paripurna Komisi IV Bepeka. Ketua Sidang mengingatkan bahwa hari ini adalah Valentine Day, untung nda' pake dress code pinky. Sekali lagi Ketua & Sekertaris Komisi memandu paripurna ini dengan ahli .... komentar hanya bagi peserta di luar komisi ... seperti biasa, kode etiknya, anggota komisi nda' boleh nanya.

Inilah Bidang yang paling banyak melibatkan jemaat, karena pasukannya paling banyak, 5 BPK, 1 Pokja Purna Bakti .... Lansia resminya .. PKLU, PKFP, UP2M. Susah juga ya Pak Pendeta Rudy ... punya pasukan sebanyak ini, tapi kata Oom Does Ketua III kami, “ikuti baik-baik perkembangan BPK dan kita laksanakan nanti di jemaat. Ingat, untuk program yang bagus, tidak boleh ada yang mandek hanya karena kurang dana, .... laksanakan saja, niscaya Tuhan pasti bantu!” ..... yah kalau lihat Pak Rudy jadi ingat Oom Does ... selalu optimis dan kebapakan mengayomi pasukannya.

Saking banyaknya, yang dibahas hanya yang berubah, .... dan penekanan HUT Emas BPK-PA hanya dilaksanakan di Mupel-Mupel di luar Jabodetabek banyak bikin kecewa peserta, soalnya banyak yang sudah siap jalan-jalan ke Jakarta ... juga kayak di komisi ada juga yang komentar, kok hanya Jabodetabek? Kalau kami sih ok ok saja karena di Sultan Batara atau Sulselbara, kami juga pasti bikin meriah tu HUT PA ... biar rame undang jo tu Opa Oma, lalu Papa Mama deng kaka-kaka GP & PT. Sudah terbayang Family Day buat ngerayain HUT Emas BPK-PA. PKB muncul dengan program sederhana, setelah 2008 lalu bikin geger bumi GPIB dengan mengumpulkan 1000 bapak-bapak se GPIB ... (luar biasa .....!!! jempol buat tuan rumah dan peserta !) ... tapi patut diakui membina 1000 kaum bapak bukan hal yang mudah dilaksanakan, ... 700an peserta PST saja banyak yang sidang komisi 6, 7, 8 di luar ruangan. Ada juga yang usul PKB diubah ke PKP Persekutuan Kaum Pria ... dipikir-pikir ada benarnya juga kalau pakai Pria, jangkauannya bisa lebih luas, karena sekarang banyak Pria yang GP bukan tapi PKB juga belum, nah kalau pake' Pria, banyak tuh nyong-nyong yang masih jomblo pasti mau ikut PKB ... contohnya di saudara kita di GPM (Gereja Protestan Maluku) pakai nama Pelpri (Pelayanan Pria) dan Pelwata (Pelayanan Wanita), ... lagipula kalau Bapak ya mesti Ibu dong ... tapi masak pakai nama PKI (Persatuan Kaum Ibu)? .... iiiihhh .... katong pung mama dapa tangkap samua nanti.

PKFP dan UP2M penuh dengan program yang fokus dan terarah yang penuh tantangan, jemaat kami mesti belajar banyak, karena belum punya 2 bidang ini + PKLU. Kalau PKLU ini ceritanya banyak di jemaat kami, ........ kemarin otak-atik data jemaat buat perkunjungan Lansia, ... ternyata di jemaat kami ada 200an yang berusia di atas 60 tahun, .... kata Ketua III, bisa habis itu PW & PKB karena semua menyeberang ke PKLU. Biasalah, .... rata-rata tunggu usia di atas 40 baru ke KRT, PKB atau PW .... tunggu lelah dulu baru beribadah .... kalau masih sehat .... ah sibuk, ... kita kan kerja, ..... seng ada waktu .... seng bisa .... lama-lama seng makan .... mati & makan seng ..... mati juga. Tapi bentuk Pelayanannya sudah ada, yaitu Ibadah Hari Minggu bagi PKLU yang sudah tidak ke Gereja oleh Presbiter ... seru, karena masing-masing harus nyiapin khotbah singkat .... soalnya PKLUnya ingin pendeta yang layani, ... tapi kan Sunday, ... jadi semua pendeta melayani, jadi alhasil cuma sekali-sekali pendeta, sisanya Penatua atau Diaken .... juga ada kunjungan tiap Kamis oleh KMJ dan PJ didampingi Majelis Sektor Pelayanan masing-masing.

Komisi IV berlangsung dengan mulus dan sebelum pkl 10.00 kami semua sudah Coffee Break. Mengunjungi stand buku untuk terakhir kali aku beli 5 buku lagi ... dan ketemu Pak Pendeta Yusuf Samperuru dari GPIB Immanuel Pare-pare ... beliau bilang; “Pak ... bisa ya bawa TV ke Makassar ...?” ..... “kenapa Pak” jawabku .... “ini, ... saya menangkan TV 14” .. hasil beli buku terbanyak!” .... wah wah wah luar biasa Pak Pendeta ini, sesuai penampilannya yang low profile dan pendiam, rupanya beliau sangat suka baca buku, sampai habis hampir sekian ratus ribu ... pembeli terbanyak yang pulang bawa hadiah TV ..... yeeee kalau tau kemarin, gabung saja sama KMJ beli buku, supaya bawa TV .... hehehehe sirik dikit nda' apa-apa ya Pak Yusuf. Bawa saja pak Pendeta, kan tiket kita bareng pulang ke Makassar, ... nanti kita gotong rame-rame.

Pkl.10.30 masuk paripurna Komisi Dana Pensiun ... eh Komisi V, pertanyaan kembali membludak dengan nada sama ... Dana Pensiun. Tapi ada juga pernyataan simpatik dari rekan di Jakarta yang menawarkan solusi tenaga gratis untuk membantu MS, .... dan solusinya harusnya ada niat pasti dari kita semua, buat pastikan bahwa pergumulan dana Pensiun harus berakhir dalam waktu cepat, minimal di PST 2010, ..... solusi hutang cuma satu .... BAYAR! Hehehehe jadi bingung ... kalau pulang mesti jelasin baik-baik ke Ketua IV, Bendahara & Bendahara I, soalnya dari kewajiban kami yang sekitar berapa puluh Jut itu baru 10 persennya yang kami lunasi. Soalnya hutang kita yang yang belasan ember itu jadi ringan kalau dipikul bersama 286 jemaat .... AMIN. Tidak terasa hampir 2 jam .... pembahasan ... banyak yang bicara, .... dan kepiawaian Ketum menjawabnya membawa nada penanya jadi menurun .... yahhhhh apa boleh buat, .... kita mesti pulang ke jemaat dan serius soal yang satu ini, karena kayaknya cuma terpikir kalau sudah mau PST dan kalau ada surat dari MS mengingatkan soal Dana Pensiun ini. Juga dibahas soal pajak penghasilan dari Karyawan dan pendeta, ..... yah sudah haruslah ... kan orang Bijak taat Pajak .... nanti sudah punya pensiun sedikit dapat penalti lagi dari orang Pajak!

Sambil, mencatat sana sini, kusempatkan mengirim satu email dari ruang sidang ke mailing list kita tercinta, .... rasanya aneh bin ajaib .... kirim mail ke mailing list, sambil natap moderatornya yang lagi menjalankan tugasnya di kejauhan .... memang, harus kita akui, panitia memang sigap dan care dengan peserta. Menyatu dengan rekan-rekan yang lain, .... ada yang hitung-hitung corat-coret di kertasnya ... “apa itu Pak?” tanyaku ... anu pak ... hitung kata “Kejujuran dan Ketulusan” dan kata “dana Pensiun” .... rupanya ada yang menghitungnya, dan alhasil ketika selesai ... kata “dana pensiun” ada 69 kali dan kata “ketulusan dan kejujuran” ada 49 kali selama Komisi V dibahas ..... semoga kata itu tidak mewakili kekuatiran kita yang besar terhadap masalah kita ini.

Pkl.12.49 Hasil Komisi V diterima oleh Sidang ... dan diumumkanlah bahwa PST 2010 akan dilaksanakan di Griya Bina Lawang yang sudah disulap jadi mooooi oleh Panitia Pembangunannya yang gigih .... tapi oleh karena 2010 diadakan juga Persidangan Sinode, maka peserta PST 2010, dibatasi hanya oleh wakil-wakil dari Mupel .... (hehehehe ini dia nih ... Struktural tidak, tapi punya suara dan wakil ..... celetuk seorang peserta sidang) ... Tapi nggak apa-apalah .... efisiensi dan efektivitas harus jadi prioritas utama. PS diadakan di Jakarta November 2010 ... dan Konven Pendeta diundurkan ke tahun 2011.

12.54 Palu sidang diserahkan kembali ke MS, menandai tugas Pdt. Martinus Tetelepta, Pdt Ivonne taroreh, Pdt.Julianus Kaimarehe, Penatua Dad Sembodo dan Diaken Inneke Manuputty sebagai Majelis Ketua PST 2009 berakhir sudah..... dan langsung disambung oleh Sambutan Ketum, sekaligus menutup PST 2009..... ”perhatian para peserta yang saya kasihi, .... makan siangnya nanti setelah ibadah penutupan yaaaa, ... ” kata Ketum dengan mesra. Masih ada kata penutup dari Bapak Ketua Panitia, .... saat yang dengan cepat kugunakan untuk keluar dan cari makan karena perut ini sudah tidak bisa kompromi .... dan dibantu oleh Moderator yang panitia, makan siang jadi khusus, karena makan dengan panitia ... hehehehehe .....

Kembali masuk ibadah Penutupan sudah dimulai, yang mana dirangkaikan dengan Ibadah Purna Bakti ”Oppung” Pdt.Siahaan .... (..... rasanya pengen nanya ... pensiun Bapak berapa yaaa? Tapi itu nda' sopan sekali .... nanti saja tunggu bocoran .... biar bisa jadi data buat ngotot dana pensiun dibayar ...). Selamat pak Pendeta .... pergumulan yang panjang masih berlanjut, .... lihat Oom Naza ... masih tetap membina kami semua dengan tulisan-tulisannya ... (walau kadang ada juga yang nekad baca langsung semua ..... hiiiiii.) Di akhir ibadah semua gelisah, ... tapi dimaklumi ... Pkl.15.20 dan sebagian besar belum makan siang, ... termasuk KMJ ku .... yang gelisah dan keringat dingin menahan lapar :)

Ibadah selesai dan Ketum yang jadi PF beserta seluruh anggota MS dan Majelis bertugas serta ”Pdt.Em. ”Oppung” Siahaan menyalami kami dengan senyum lebar .... semua keluar dengan senyum dan lega, karena tugas besar telah selesai babakan pertamanya ... ada babakan Sidang Mupel dan SMJ yang semuanya terangkum menjadi satu tugas besar untuk memasuki Tahun Rahmat Tuhan .... Tahun Pelayanan dan Anggaran 2009-2010.

Dilanjutkan Makan Siang yang antrinya puannnjanggg sekali, .... (nda' makan daku ... karena tadi sudah duluan) .... para peserta kebingungan cari hasil PST. Walau selama Sidang Komisi V sudah di umumkan melalui Slide, bahwa hasil akan dikirim secepat mungkin ke Mupel-Mupel. Sayang sekali .... karena ini membuat hasil kerja panitia yang apik jadi terganggu ... bukan apa-apa, ... ingat komentar Bendahara, bahwa kalau kirim surat ke jemaat-jemaat bisa keluar Rp.7 jutaan, .... wah untuk hasil PST kali ini berapa lagi biaya mesti keluar untuk itu?. PR buat panitia ke depan, ... minimal ada 5 Desktop PC dan 2 Notebook yang selalu harus siap mengelola hasil Komisi-komisi, ..... supaya semua peserta bisa pulang bawa hasil dan langsung gelar Panitia Program di Mupel & Jemaat ... (seperti yang sudah-sudah .... :).

Anyway ... terimakasih atas kerja keras Panitia dan MS serta staffnya ... terimakasih bagi Kristus yang selalu mendampingi mereka.

Pulang

Berencana pulang, tiket kami hari Minggu, berarti masih ada waktu sehari, yang bisa kugunakan menjenguk kakak dan kemenakan di Surabaya, ... tetapi karena ajakan KMJ buat ber-STMJ dengan mantan jemaat di Lawang, menggodaku buat ikut beliau ke kota Malang. Dijemput Pak Sodikin dan anak-anaknya, kami tour d'Batu & d'Malang sejenak, ..... ber STMJ dan dioleh-olehi sekarton kripik tempe ... (lagi) oleh Bu Sodikin .... ternyata KMJ kami di sana akrab disapa ”Pak Tim” ... banyak juga fansnya, .... sampai rebutan minta beliau pimpin di hari Minggu besok ... dan akhirnya dimenangkan Pasuruan. Yaaahhh itulah .... kalau di Jemaat, pelayanannya baik, ... pasti dirindukan, .... tapi kalau di jemaat .... banyak anunya, .... pasti (pura-pura) dirindukan juga.....

Cut .... Langsung ke Airport

Hari Minggu pukul 14.30 aku sudah tiba di Juanda, .... langsung masuk buat melapor di bagian penerbangan ”sabun cuci” lion ... Wings Air maksudnya :( ..... dan confirm, pkl 17.00 berangkat ke Makassar.

Akhirnya bertemu juga dengan rombongan Sultan Batara & Kaltim I, ... ada Penatua Bruce dan Pendeta Marlen dari Bukit Zaitun, Pendeta Yusuf with the winning 14' TV dari Immanuel Pare-pare, Pendeta Persang yang mewakili Mupel, dari Pinrang pendeta istrinya Pak Persang yang bajunya selalu senada dengan sang suami .... ini menandakan Love in Valentine season ya pak ...., dapat Gate 3. Juga ketemu penumpang yang ”mirip” pak pendeta Sihite Ketua I MS, yang ternyata memang beliau .... yang lagi bercakap-cakap dengan seorang ibu yang masih ber-Valentine Day dengan t-shirt pinknya. Ketika semua ngumpul ibu itu menyapa, ”Saya dari Balikpapan pak ...Kaltim I, ... pak pendeta tugas dimana?” ... keki juga rasanya .... soalnya sudah 3 x kena panggil pendeta ... pertama via telepon dari VIP Tournya panitia, kedua waktu pendaftaran dan ... eh si ibu lagi ... dan dengan (harus) senyum menjelaskan bahwa saya adalah dari PDS .... bukan Partai damai Sejahtera lho ... tapi Penatua Dan Sekertaris I di jemaat kami..... akhirnya kami terlibat percakapan akrab karena pernah di Balikpapan dulu .... ada juga pendeta Heru Ketua Mupel Kaltim I dan beberapa rekan lain ..... sayang mereka tidak di delayed seperti kami sehingga percakapan terputus .... Gate 4 buat penerbangan ke Bpp harus boarding ... hehehehe rasanya ingin di delayed bareng biar adil dan rame. Belakangan setelah di Makassar akhirnya tahu juga bahwa si ibu yang satu ini ternyata anggota mailing listnya kita juga dengan aktivitas yang luar biasa banyaknya di Mupel, Jemaat dan di masyarakat.

Masuk ke ruang boarding, ngobrol panjang dengan Ketua I yang juga bertujuan ke Makassar untuk menghadiri Sidang MPL-PGI, yang dengan bijaknya memberi bekal kepada kami untuk memahami perkembangan GPIB sekarang ini, .... membuka wawasan kami khususnya diriku, mengenai pelayanan dan bagi kajian-kajian yang harus dibuat di jemaat maupun di Mupel .... sangat berharga ... bayangkan saja, ketika tiba di PST, rasanya cukup pintar ... mengikuti PST membuatku merasa tidak pintar lagi dan masih banyak kurangnya .... lalu ketika selesai dan pulang dengan perasaan cukup pintar, ... dibuat merasa tidak cukup pintar lagi oleh Ketua I kita, ... artinya aku bersyukur ... karena masih memperkenankan diri di isi oleh yang lebih berisi .... lumayan .. sudah berkurang kepala batunya.

Beliau dengan lugas mendorong kami untuk senantiasa memikirkan, merancang, membuat dan menjalankan program dengan memperhatikan landasan Teologis, landasan Konstitusional dan landasan Operasional yang jelas .... dan banyak percakapan ”lain” yang sebaiknya tidak diceritakan di sini .... (hmmmm penasaran yaaaaaa).

Setelah dapet roti dan air .... (kata Lion Air biar nggak kesal menunggu) ... akhirnya kami diberangkatkan juga setelah delayed 2 jam ... dan 20.30 waktu Makassar kami mendarat dengan selamat dan baik di Airport Internasional Hasanuddin Makassar .... (bagi yang belum lihat .... megahnya kayak Cengkareng .... Juanda kalah lhooo).

Catatan ini harus berakhir ... karena yang tulis sudah capek dan juga karena sebentar lagi Mupel Sultan Batara akan bersidang, ya pada 12-14 Maret 2009 di Immanuel Bau-Bau Sulawesi Tenggara .... sampai jumpa di PST berikut (kalau terpilih mewakili Mupel) dan di PS (kalau masih PHMJ ... hehehehe) .... sampai jumpa di medan pelayanan ...... Kristus bersama kita semua.

ITT - 27 Februari 2009

Friday, February 13, 2009

Bilangan 3:1-14


Perikop: Orang Lewi

3:1 Inilah keturunan Harun dan Musa pada waktu TUHAN berfirman kepada Musa di gunung Sinai.
3:2 Nama anak-anak Harun, ialah: yang sulung Nadab, kemudian Abihu, Eleazar dan Itamar.
3:3 Itulah nama anak-anak Harun, imam-imam yang diurapi, yang telah ditahbiskan untuk memegang jabatan imam.
3:4 Tetapi Nadab dan Abihu sudah mati di hadapan TUHAN di padang gurun Sinai, ketika mereka mempersembahkan api yang asing ke hadapan TUHAN. Mereka tidak mempunyai anak. Jadi ketika Harun, ayah mereka, masih hidup, yang memegang jabatan imam ialah Eleazar dan Itamar.
3:5 TUHAN berfirman kepada Musa:
3:6 "Suruhlah suku Lewi mendekat dan menghadap imam Harun, supaya mereka melayani dia.
3:7 Mereka harus mengerjakan tugas-tugas bagi Harun dan bagi segenap umat Israel di depan Kemah Pertemuan dan dengan demikian melakukan pekerjaan jabatannya pada Kemah Suci.
3:8 Mereka harus memelihara segala perabotan Kemah Pertemuan, dan mengerjakan tugas-tugas bagi orang Israel dan dengan demikian melakukan pekerjaan jabatannya pada Kemah Suci.
3:9 Orang Lewi harus kauserahkan kepada Harun dan anak-anaknya; dari antara orang Israel haruslah orang-orang itu diserahkan kepadanya dengan sepenuhnya.
3:10 Tetapi Harun dan anak-anaknya haruslah kautugaskan untuk memegang jabatannya sebagai imam, sedang orang awam yang mendekat harus dihukum mati."
3:11 TUHAN berfirman kepada Musa:
3:12 "Sesungguhnya, Aku mengambil orang Lewi dari antara orang Israel ganti semua anak sulung mereka, yang terdahulu lahir dari kandungan, supaya orang Lewi menjadi kepunyaan-Ku,
3:13 sebab Akulah yang punya semua anak sulung. Pada waktu Aku membunuh semua anak sulung di tanah Mesir, maka Aku menguduskan bagi-Ku semua anak sulung yang ada pada orang Israel, baik dari manusia maupun dari hewan; semuanya itu kepunyaan-Ku; Akulah TUHAN."
3:14 TUHAN berfirman kepada Musa di padang gurun Sinai

Tanggungjawab Pelayan dalam Penyelenggaraan Ibadah

PENGANTAR

Buku Bilangan menceritakan tentang sejarah bangsa Israel selama hampir empat puluh tahun, sejak mereka meninggalkan Gunung Sinai sampai tiba di perbatasan timur Kanaan, yaitu negeri yang dijanjikan Allah untuk diberikan kepada mereka. Nama Bilangan diambil dari peristiwa yang paling penting dalam buku ini, yaitu sensus bangsa Israel. Sensus pertama diadakan oleh Musa di Gunung Sinai sebelum bangsa itu berangkat, dan yang kedua ketika mereka berada di wilayah bangsa Moab, di sebelah timur Sungai Yordan, kira-kira satu angkatan kemudian.
Dalam waktu antara sensus yang pertama dan sensus yang kedua, bangsa Israel pergi ke Kades-Barnea di perbatasan selatan Kanaan. Dari situ mereka mencoba memasuki negeri Kanaan, tetapi tidak berhasil. Sesudah bertahun-tahun lamanya tinggal di daerah sekitar Kades-Barnea itu, mereka pergi ke wilayah di sebelah timur Sungai Yordan. Sebagian dari bangsa itu menetap di sana, sedangkan yang lain bersiap-siap menyeberangi sungai itu untuk masuk ke negeri Kanaan.
Buku Bilangan adalah kisah tentang suatu bangsa yang seringkali berkecil hati dan takut menghadapi kesukaran-kesukaran. Mereka melanggar perintah Allah dan tak mau menurut kepada Musa yang ditunjuk TUHAN untuk memimpin mereka. Buku ini juga merupakan kisah tentang bagaimana TUHAN dengan setia dan tekun memelihara bangsa-Nya, walaupun mereka itu lemah dan tidak taat. Juga mengisahkan tentang Musa, yang kadang-kadang kurang sabar, tetapi tetap melayani TUHAN dan bangsa Israel dengan tabah.

Konteks Pembacaan:

Persiapan Rohani. - Persiapan dan pengaturan fisik bangsa Israel sudah selesai, namun masih ada satu persiapan yang sangat perlu diperhatikan, yaitu persiapan rohani. Walau ada Musa yg merupakan seorang pemimpin, namun kehidupan rohani Israel harus ditangani secara khusus dan serius. Eleazer dan Itamar putra Harun dipilih dan diurapi Tuhan dalam jabatan Imam, bukan utk memperoleh kedudukan yg terhormat, tetapi untuk melayani Tuhan. Mereka itulah yang bertanggungjawab untuk mengajarkan dan mempersiapkan kehidupan rohani umat.


1. Imam, etimologi
Imam (Inggris: 'priest'; Ibrani:kohen; Yunani hiereus). Kata ini berasal dari kata Yunani presbuteros, "tua", "penatua", yang mempunyai tugas memimpin himpunan orang beriman. Tetapi sekarang, kata ini sudah mewarisi arti kata Yunani hiereus, "kudus"). Di sini, kata ini dibahas dalam arti yang terakhir itu.
Baik dalam lingkungan kafir maupun dalam Perjanjian Lama (PL), kata ini menunjukkan orang yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang kudus.


2. Jabatan keimaman
Keimaman yang resmi berkembang diantara suku Lewi pada masa Musa. Para imam dalam Perjanjian Lama mewakili umat dihadapan Allah. Para imam diangkat oleh Allah (Keluaran 28:1, Bilangan 3:10), ia harus bertindak atas nama manusia dalam hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Sebagai contoh, ia harus mempersembahkan kurban dan persembahan karena dosa, memohon doa syafaat bagi umat yang diwakilinya, dan memberkati mereka
Tiap hari, imam besar juga harus mempersembahkan kurban sajian (Imamat 6:19-22) dan mengambil bagian dalam tugas-tugas umum para imam (Keluaran 27:21). Tugas-tugas ini banyak. Para imam harus memimpin semua kurban persembahan dan perayaan. Mereka menjadi penasehat di bidang pengobatan bagi masyarakat (Imamat 13:15), dan mereka yang melaksanakan pengadilan (Ulangan 17:8-9; 21:5; Bilangan 5:11-28 ).
Hanya imam yang dapat memberi berkat dalam nama Allah (Bilangan 6:22-27) dan meniupkan nafiri-nafiri yang memanggil umat itu untuk berperang atau untuk mengadakan perayaan (Bilangan 10:1-10)

3. Tugas & kedudukan orang Lewi
Kekhususan semua org Lewi selain menjadi kepunyaan Allah, adalah menjadi pengganti semua anak sulung suku2 lainnya. Mereka harus bertangggungjawab thd kehidupan ibadah umat. Karena Ibadah sangat penting dalam perjalanan bangsa Israel menuju tanah perjanjian, sehingga umat hidup dalam puji-pujian dan penyembahan kepada Allah.
Orang Lewi melayani imam dari umur 30 sampai 50 tahun (Bilangan 4:39) atau dari umur 25 sampai 50 tahun (Bilangan 8:23-26). Setelah berumur 50 tahun, mereka hanya diperbolehkan membantu rekan-rekan mereka.
Para imam Lewi ini hidup dari persepuluhan umat (Bilangan 18:21, 24-32). Karena suku Lewi tidak memiliki wilayah milik pusaka, 48 kota dan tanah penggembalaan di sekitarnya diberikan kepada mereka (Bilangan 35:1-8 ).
Penugasan imam-imam sangat dikhususkan pada zaman kerajaan. Imam besar mengurapi raja untuk menandakan bahwa Allah telah memilih dia untuk tugasnya sebagai raja ( 1 Samuel 10:1)
Alkitab mencatat perempuan juga memimpin dan mengajar bahkan menjadi nabi. Namun ada jabatan yang tak pernah diberikan kepada perempuan. Yaitu jabatan imam.


Konteks masa kini – PKB

Berintegritas
Mencakup pengertian memiliki hati yang tulus. Orang yang berintegritas memiliki etika dan moral yang baik, tak ada kemunafikan, dan bertekad memegang janji . Pria yang berintegritas adalah pria yang antara ucapan dan tindakannya sama benar, tak ada yang disembunyikan, tidak mendua.

Integritas pelayanan akan muncul/nampak dalam tiga hal:
(1) Integritas nampak dalam pengakuan. Pria berintegritas tahu apa yang mereka yakini dan lakukan. Ia tahu apa yang benar. Ia tak mudah tergoyahkan. Ia tahu apa yang harus dilakukan, meski harus membayar harga yang mahal.
(2) Integritas nampak dalam keselarasan (their walk matches their talk). Apa yang dikomunikasikan kepada istri dan anak selaras dengan apa yang dilakukan. Istri dan anak tak akan begitu saja percaya kepada suami/ayah yang hanya kelihatan "saleh" di gereja namun "salah" dalam keluarga, kantor, dan komunita lainnya. Para pria perlu mengembangkan konsistensi antara apa yang mereka lakukan pada hari Minggu dan apa yang mereka lakukan pada hari lain.
(3) Integritas nampak dari karakter. Para pria perlu menunjukkan "kejujuran" dalam bertindak. Dengan kesadaran bahwa "Saya tak mau melakukan hal yang salah bukan karena takut dilihat oleh orang-orang di sekitar saya. Saya melakukan hal yang benar karena itulah karakter saya. Sekalipun saya pernah berbuat salah, saya tak akan malu mengakuinya, dan saya akan memohon pemulihan dari Tuhan."

Bersekutu
Para pria perlu mengembangkan persekutuan di dalam tiga area kehidupan:
(1) Ia memerlukan kedekatan dengan Allah. Para pria perlu menyadari bahwa Allah menjadikan manusia untuk mengenal Dia – bahkan lebih dalam dari itu. Manusia perlu to enjoy Him, to experience Him. Manusia diciptakan oleh Allah untuk Allah. Ia dapat menikmati kehadiran Allah setiap waktu dalam hidupnya.
(2) Ia memerlukan kedekatan dengan istri. Para pria perlu menyadari untuk melihat pernikahan bukan sekedar sebagai "the marriage thing," misalnya dengan cara membelikan barang-barang untuk istri tapi meninggalkan istri "di belakang." Pernikahan bukanlah hanya menyangkut benda-benda yang diberikan. Perhatian, kasih, kedekatan, dan keterlibatan emosi adalah hal yang amat dibutuhkan seorang istri. Seorang ahli mengklasifikasikan kedekatan dalam beberapa hal tersebut:
Emosi : tertawa dan menangis bersama
Sosial : pergi, berjalan, menemui teman-teman bersama
Fisik : berpegangan tangan, bersentuhan
Rohani : berdoa bersama, beribadah bersama
Kedekatan/keintiman antara suami dan istri melibatkan semua hal : membagi impian, harapan, ketakutan, dan kegagalan; beranjak lambat laun dari "the marriage thing" sampai menjadi "total person."
(3) Ia memerlukan kedekatan dengan orang lain. Para pria memerlukan persekutuan dengan sesama pria dalam bentuk "male-friendship/fellowship." Dalam Alkitab terdapat banyak tokoh yang memiliki sahabat pria: Musa- Harun; Yosua – Kaleb; Daud – Yonathan; Paulus – Barnabas, Timotius, Lukas; Tuhan Yesus – Petrus, Yakobus, Yohanes, para murid. Amsal 27:17 menyatakan, "besi menajamkan besi, para pria (terjemahan harfiah dari teks Ibrani, LAI menterjemahkan dengan kata ‘orang’) menajamkan sesamanya." Kebanyakan pria tidak memiliki teman dekat – khususnya secara rohani. Kita harus menciptakan situasi yang memungkinkan para pria merobohkan tembok-tembok pemisah dan saling mengenal satu dengan yang lain. Kekristenan bukan "a solo sport" (olah raga tunggal). Para pria hendaklah bertumbuh bersama di dalam persekutuan – saling mendukung dan menguatkan.

Beridentitas
Alkitab menyuguhkan model yang positif dan prinsip maskulinitas sejati yang menyeluruh dari seorang pria. Para pria digambarkan memiliki identitas yang jelas. Mereka dicipta oleh Allah, segambar dengan rupa Allah. Mereka dicipta secara unik, baik secara kepribadian, temperamen, maupun fisik. Di mata Allah, kita berharga dan dikasihi. Allah mengasihi kita sampai Tuhan Yesus rela mati untuk kita.
Maskulinitas sejati kita dapatkan dari Tuhan Yesus. Ia dapat menangis dan penuh belas kasihan; tetapi Ia dapat tegas dan keras seperti paku. Ia berani menegur orang Farisi dan ahli Taurat, tetapi di lain saat begitu lembut berbicara dan memberi pertolongan. Para pria perlu menyatakan identitasnya dengan jelas di tengah-tengah dunia ini.

Berpengaruh
Para pria perlu menyadari perubahan dunia dan masyarakat saat ini. Kita hidup dengan dua tujuan. Kita hidup untuk kekekalan bersama Kristus, tapi semasa hidup ini kita menginvestasi banyak hal dalam memberi pengaruh pada orang lain – bahkan keluarga kita sendiri.
Mazmur 78 menggambarkan bagaimana ayah mengajar anak, dan pada gilirannya anak mengajar generasi berikutnya. Generasi berikut dipengaruhi oleh tindakan kita hari ini. Kita dapat mempengaruhi anak yang lahir pada abad ke-21 sejak saat ini. Betapa besar pengaruh ayah dalam kehidupan anak-anak. Dietrich Bonhoeffer pernah berkata : "A righteous man is one who lives for next generation." Itulah pengaruh.

Ajakan

Kalau Kaum Bapak memiliki empat karakter demikian, tentunya peran dan kehadiran para pria di tengah keluarga, lingkungan pekerjaan, dan masyarakat sosial akan sangat terasa. Marilah kita bergandeng tangan, bersekutu, dan membentuk suatu "fellowship" tempat anda tidak merasa berjuang sendiri menghadapi tantangan hidup ini. Ingatlah bahwa kehadiran anda di tengah rekan lain sangat berarti.Karakter itu menunjukkan kehadiran kuasa Roh Kudus atas keteladanan Kristus terhadap firman Allah Bapa kita.

ITT - Februari 2009