Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Thursday, April 2, 2009

Renungan Memasuki Perjamuan Kudus


Perjamuan Kudus memang salah satu kegiatan gerejawi yang bisa & biasa disalah-artikan dan disalah-gunakan. Misalnya orang menganggap bahwa Perjamuan Kudus itu melulu sebagai upacara keramat, yang kalau tidak dijalani secara benar akan mendatangkan melapetaka. Pandangan seperti ini menyebabkan diberlakukannya persiapan Perjamuan Kudus yang begitu ketat. Perjamuan Kudus yang disalahgunakan misalnya memperlakukan roti dan anggur Perjamuan Kudus itu sebagai obat yang multi khasiat dan bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Akibatnya ada orang ikut Perjamuan Kudus dan melihat Perjamuan Kudus sebagai bentuk pengobatan alternatif saja. Jarang sekali orang melihat Perjamuan Kudus sebagai perenungan untuk memperjuangkan gaya hidup yang benar seperti Kristus sudah melakukannya secara sempurna dan tuntas.

Keikutsertaan seorang anggota jemaat dalam Perjamuan Kudus kalau diselami dengan dalam; bertujuan menimba kekuatan dan keberanian Kristus, untuk melakukan apa saja kehendak Bapa-Nya. Dengan menimba kekuatan & keberanian itu, kita juga memiliki kemampuan untuk hidup memperjuangkan perwujudnyataan secara sempurna kasih Allah dalam kehidupan kita.

Hal yang paling pokok dari kesatuan kita dengan Kristus adalah kasih agape yang dicirikan dengan pengorbanan diri. Pengorbanan diri yang pada konteks kita sekarang ini adalah menaklukkan ego kita dengan hanya bersandar kepada Firman Tuhan. Sebagaimana diperumpamakan Kristus dalam Yoh.15:1-8 (Pokok Anggur Yang Benar) “Sang Petani” yaitu Kristus Yesus akan berusaha sedemikian rupa, sehingga hal-hal yang menghambat, merusak, dan tidak memungkinkan para murid bertumbuh dan berbuah dalam kasih-Nya akan dibuang (ranting-ranting itu dipangkas dan disiangi). Ini bukan proses yang bisa kita terima dengan senang hati karena yang dilawan di sini adalah egoisme kita. Bukankah musuh yang paling sulit kita kalahkan adalah diri kita sendiri? Egoisme inilah yang tidak memungkinkan buah-buah kehidupan beriman kita dinikmati juga oleh sesama kita atau bahkan lebih tepatnya, tidak bisa berbuah. Bukankah petani menanam pohon buah-buahan agar pada waktunya buahnya bisa dipetik dan bukan supaya daunnya jadi lebih rimbun?

Perjamuan Kudus menjadi lambang dari kesediaan Kristus menjadi sumber dan inspirasi bagi setiap orang yang membuka diri dan menengadahkan tangan untuk menerima semangat Kristus itu. Dengan demikian keikutsertaan kita pada Perjamuan Kudus harus dilihat sebagai tanda peng-aminan dan peng-imanan kita atas kehidupan dan karya Kristus. Bersatu dengan Tubuh Kristus dalam Perjamuan Kudus berarti bahwa orang mesti punya semangat dan kesediaan berkorban demi kasih Allah kepada dunia ini seperti yang Yesus lakukan. Perjamuan Kudus menjadi lambang jaminan Tuhan, bahwa hidup dengan spiritualitas Yesus (yang anti egoisme) bukanlah hal yang mustahil, bahkan pada masa sekarang ini.

Selamat memasuki Perjamuan Kudus.

ITT - 1 April 2009