Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Sunday, May 8, 2011

Roma 5:1-5


Dibenarkan Karena Iman

Roma 5:1-5
5:1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.
5:2 Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.
5:3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,
5:4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
5:5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.


Latar Belakang

Surat Roma adalah satu-satunya surat yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat yang belum dikenalnya. Oleh karena itu surat Roma tidak banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi dari jemaat di Roma sehingga surat ini lebih bersifat objektif dan memperlihatkan kemurnian pengertian Rasul Paulus akan ajaran Kristus.

Beberapa pendapat yang menjelaskan bahwa Rasul Paulus adalah penulis surat ini, antara lain didasarkan pada penyebutan nama rasul Paulus secara eksplisit sebagai penulis di dalam Roma 1:1 dan juga banyaknya kecocokan antara apa yang dituliskan penulis surat Roma ini dengan apa yang rasul Paulus katakan dalam Kisah Para Rasul dan suratnya yang lain; sebagai contoh dalam Roma 11:1 dan Filipi 3:5 bahwa ia berasal dari suku Benyamin; dalam Roma 16:3 dan Kis 18:2-3 bahwa ia mengenal Priskila dan Akwila; dan di Roma 1:10-15 dan Kis 19:21 bahwa ia rindu mengunjungi orang percaya di Roma.

Penerima pertama dari surat ini adalah jemaat di Roma, yang tidak didirikan oleh Paulus sendiri, tetapi mungkin didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus dan orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10).
Dari beberapa kata dalam surat Roma dapat diambil kesimpulan bahwa jemaat pada waktu itu terdiri dari : orang Yahudi (Roma 7:4-6) dan orang non-Yahudi (Roma 11:13), yang merupakan mayoritas dalam jemaat.

Surat ini ditulis dari Kota Korintus (Roma 15:32), di mana Paulus berada di rumah Gayus (Roma 16:23), sementara menulis surat ini melalui pembantunya, Tertius (Roma 16:22), agaknya pada akhir perjalanan Paulus yang ketiga (Roma 15:25), menjelang awal musim pelayaran di wilayah Laut Tengah, yaitu pada akhir musim dingin (Februari – Maret thn. 57 M).
Keadaan Rasul Paulus pada saat itu digambarkan dalam Kisah Rasul 20:2-3. Ternyata pada waktu itu orang-orang Yahudi bermaksud membunuh dia sehingga ia terpaksa membatalkan pelayaran ke Siria dan mengambil jalan darat ke Filipi (sekitar 700 km dari Korintus). Ternyata Paulus sedang merencanakan untuk kembali ke Yerusalem untuk hari Pentakosta (Kisah Rasul 20:16) guna menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non Yahudi kepada orang-orang kudus di Yerusalem (Roma 15:25-27).

Struktur Bacaan

Catatan: Bacaan hari minggu ini sesuai SGK/SBU adalah Roma 5:1-6 yang merupakan penggalan dari perikop yang diberi judul oleh LAI "Hasil Pembenaran" yang mencakup ayat 1-11. Dan tidak sebagaimana biasanya, pekan ini penulis hanya membatasi bacaan sampai ke ayat 5 untuk mencoba menggali pemahaman tanpa terputus, karena pada ayat 6-11 Rasul Paulus membagi enam prinsip penderitaan penebusan Kristus yang akan kita pelajari dan bahas dalam kesempatan lain.

Roma 5 dibuka dengan kata, "sebab itu", yang menunjukkan bahwa ayat ini merupakan kelanjutan atau hasil akhir dari ayat sebelumnya (Rom 4:25 = yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita) yang mengajarkan bahwa kita dibenarkan melalui iman di dalam Kristus yang telah mati dan bangkit demi menebus dan menyelamatkan kita yang berdosa. Setelah kita dibenarkan, maka kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan Yesus Kristus.

Kemudian dilanjutkan dengan ayat 2a, “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini.” Dengan kata lain, ayat ini mengajarkan bahwa Kristus yang menjadi jalan masuk agar kita beroleh anugerah Allah yang menebus dan menyelamatkan kita dari dosa. Kata “jalan masuk” dalam terjemahan KJV: access dan dalam bahasa aslinya prosagōgē yang berarti admission (hak atau izin masuk; pengakuan). Melalui Kristus, kita diakui sebagai anak-anak Allah, kita mendapatkan izin masuk ke dalam anugerah Allah dan tentunya damai sejahtera sejati. Tanpa Kristus, tak mungkin ada jalan masuk kepada anugerah dan damai sejahtera dari Allah ini.

Selain mendapatkan damai sejahtera, sebagai anak-anak Tuhan yang telah ditebus oleh Kristus, kita juga mendapatkan kemuliaan Allah, sebagaimana yang tertulis di ayat 2b, “Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.” Kata “bermegah” dalam Alkitab KJV dipakai istilah rejoice atau bersukacita. Sungguh suatu anugerah yang sangat besar bagi kita, karena kita bukan hanya menerima pembenaran oleh Allah dan juga damai sejahtera sejati, kita pun akan menerima kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah yang dahulu pernah dirusakkan oleh dosa sekarang di dalam Kristus, kemuliaan Allah di dalam manusia menjadi pulih kembali dan kita ikut dimuliakan karena Kristus. Apa yang diajarkan di sini menjadi pelajaran penting bagi kita bahwa dosa bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi sangat fatal, bahkan kemuliaan Allah di dalam manusia pun menjadi rusak, tetapi melalui Kristus, kemuliaan Allah dipulihkan di dalam manusia, sehingga anak-anak-Nya kembali menyandang kemuliaan Allah di dalam diri mereka.

Kemudian, di ayat 3 & 4, dikatakan, “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” Di ayat ini, kata “Dan bukan hanya itu saja.” menunjukkan bahwa selain menerima damai sejahtera dari Allah, kita yang sudah dibenarkan melalui iman juga menerima hal yang lain, yaitu penderitaan/kesengsaraan.
Ini harus dilihat dalam konteks penulisan surat Roma, di mana jemaat-jemaat Kristen menerima penganiayaan dari kekaisaran Romawi yaitu barangsiapa yang berani menyebut Tuhan kepada pribadi selain Kaisar, harus dihukum mati. Dalam konteks inilah, Paulus menghibur jemaat Roma agar mereka juga bermegah di dalam kesengsaraan selain menerima damai sejahtera dari dan dengan Allah setelah dibenarkan melalui iman. Kata “kesengsaraan” dalam bahasa Yunani thlipsis berarti pressure (tekanan) atau bisa berarti persecution, tribulation, trouble, etc (penganiayaan, penderitaan, masalah, dll). Lalu, kata “bermegah” dalam bahasa Yunani kauchaomai bisa berarti rejoice (bersukacita).
Ada keistimewaan yang diajarkan Paulus di sini, bahwa secara jelas ia menerjemahkan ajaran Yesus dalam Mat 5:10 = Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Paulus tidak mengatakan, kalau kamu percaya dengan iman yang teguh, maka penderitaan/penganiayaan terhadap kamu akan sirna, tetapi Paulus meletakkan realita/kenyataan penderitaan atas aniaya itu dari sudut pandang kedaulatan Allah. Bahwa, dengan penderitaan yang dialami oleh jemaat Roma, mereka harus tetap bersuka-cita karena Yesus sudah mengatakan, bahwa orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran ialah yang empunya Kerajaan Sorga. Bahkan kesengsaraan yang dialami itu, berbuah ketekunan, Ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Penderitaan tidak melahirkan keputus-asaan bagi pengikut Kristus, melainkan melahirkan 3 buah baru, ketekunan, tahan uji dan pengharapan. (Bandingkan Yak 1:2-4 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.).

Pengharapan yang bagaimana?

Jawabannya ada di dalam ayat 5, “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Kita bisa memiliki pengharapan kepada Allah di dalam penderitaan, karena ada dua alasan yang dipaparkan Rasul Paulus, yaitu;
Pertama: Kasih Allah.
Penganiayaan, fitnahan, kesengsaraan, dan segala bentuknya bukan wujud kebencian Allah atau kutukan Allah, Segala bentuk penderitaan justru membuktikan Allah itu mengasihi umat-Nya sehingga Ia ingin mendewasakan imannya.
Jemaat mula-mula adalah saksi matanya. Mereka sungguh-sungguh beriman di dalam Kristus, sehingga untuk itu, mereka harus menderita menjadi santapan bagi singa yang lapar, dibakar hidup-hidup, dll. Bapa-bapa gereja yang agung juga mengalami hal yang sama. Dr. Martin Luther, seorang reformator gereja juga mengalami penderitaan yaitu dibuang dari gereja karena dianggap membangkang, padahal ia ingin menegakkan iman Kristen sejati di atas dasar Alkitab.
Bahkan kaum Puritan (Calvinis) harus mengungsi ke negara lain karena mereka dikucilkan dan dibuang.
Kedua: Penghiburan dan Pimpinan Roh Kudus.
Selain kasih dan pemeliharaan Allah, kita dapat sanggup menghadapi berbagai penderitaan, karena ada penghiburan dan pimpinan Roh Kudus. Roh Kudus membuat orang yang dipimpin-Nya sadar, taat, patuh kepada perintah Kristus. Di dalam Kis 16:9, Roh Kudus mencerahkan Paulus melalui sebuah mimpi agar ia memberitakan Injil ke daerah Makedonia. Tetapi uniknya, di daerah ini, tepatnya di kota Filipi, Lukas mencatat bahwa Paulus dan Silas difitnah dan dipenjarakan (Kis 16:19-34). Kalau kita melihat sekilas, maka kita mungkin bertanya, masa mungkin Roh Kudus memimpin hamba-Nya mengalami penderitaan?
Tetapi di sini, Alkitab sendiri memberitakan bahwa Roh Kudus memimpin hamba-Nya mengalami penderitaan. Lalu, apa tujuannya? Meskipun seolah-olah kelihatan negatif, tetapi Allah menunjukkan bahwa tujuannya adalah baik. Kalau kita kembali kepada kisah tadi, meskipun Paulus dan Silas dipenjara, tetapi Paulus dapat memberitakan Injil kepada kepala penjara tersebut setelah terjadi gempa bumi yang hebat membuka semua pintu penjara tetapi semua narapidana tersebut tidak melarikan diri (Kis 16:26-33). Kalau kita melihat pimpinan Tuhan hanya selalu positif, maka kita tidak dapat memahami pimpinan-Nya dan kehendak-Nya. Belajarlah untuk mengalami dan mengenali kehendak dan pimpinan-Nya melalui Roh Kudus. Lalu, percayalah bahwa pimpinan-Nya selalu baik bagi kita menurut kehendak-Nya meskipun seolah-olah pimpinan Roh Kudus selalu kelihatan negatif.

Aplikasi

Dari bacaan di atas, ada banyak hal yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan kita sekarang ini, antara lain:

1. Roma 5:1-2 adalah suatu terjemahan terhadap apa yang Yesus Kristus ucapkan di Yoh 14:6 = "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Rasul Paulus dengan sangat konsisten memelihara ajaran itu, dan melihat benang merah atas apa yang Yesus Kristus ucapkan dengan realita perkembangan jemaat-Nya. Ini bukan Doktrin, tetapi suatu perintah yang harus dijalankan, dan ditegaskan Paulus bagi jemaat Roma dan kita sebagai Jemaat Kristus. Kerusakan kita karena dosa telah dipulihkan Yesus, dan kita boleh bermegah dalam pengharapan untuk menerima Kemuliaan Allah. Karena menyandang kemuliaan Allah, kita tidak boleh sembarangan bertindak di dalam hidup kita. Artinya, kita harus tetap hidup kudus, karena kita sedang menyandang dan memancarkan kemuliaan Allah di dalam Kristus. Sebagai murid Yesus Kristus, kita tidak boleh hanya berhenti di konsep anugerah, tetapi terus berlanjut pada pertanggungjawaban sebagai respon kita terhadap anugerah Allah yaitu dengan menjalankan perintah-Nya. Kekristenan bukan meniadakan Taurat dengan alasan bahwa Kristus telah menggenapinya, tetapi kekristenan adalah mengerti dan menjalankan Taurat dari perspektif Injil Kristus.

2. Roma 5:3-4, mengajarkan bahwa dalam keadaan apapun, murid Yesus dapat berbuah. Perspektif bahwa kalau kita sudah menjadi orang percaya, maka kita akan terlepas dari penderitaan, harus diluruskan dengan prinsip bahwa dalam penderitaan sekalipun, murid-murid Yesus tetap akan berbuah. Ketekunan, tahan uji dan pengharapan, adalah suatu proses dalam kesengsaraan yang boleh kita megahkan dalam nama Yesus Kristus. Menjadi orang Kristen atau murid Yesus bukan seketika menjadikan kita kebal dan bebas dari derita dan sengsara, melainkan menjadikan kita berbuah, bahkan dalam kesengsaraan sekalipun.

3. Roma 5:5 mengajarkan, bahwa pengharapan kita atas dasar Yesus Kristus tidak akan pernah mengecewakan dan sekarang ini kita punya Roh Kudus yang Yesus Kristus tinggalkan bersama kita. Tugas kita adalah supaya kita tidak lepas dari pengharapan itu dan berpaling ke dunia. Ingatlah bahwa ketika kita sebagai Murid Yesus berusaha sungguh-sungguh memegang Firman Tuhan dan Kebenaran, maka kita akan dibuang dan diasingkan dari dunia ini. Rasul Paulus mengingatkan kita di 2 Tim 4:3-4 = Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
Waktu itu sudah dan sedang terjadi di sekeliling kita sekarang ini, peganglah nasihat Rasul Paulus selanjutnya di 2 Tim 4:5 = Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! Nasihat Rasul Paulus bagi Timotius ini bisa kita pegang sebagai nasihat buat kita Murid Tuhan Yesus yang punya Roh Kudus, gunakanlah itu.

Dibenarkan karena Iman sebagai tema hari minggu ini, bukanlah suatu kesimpulan akhir, melainkan suatu awal bagi proses dalam kehidupan kita sebagai Murid Tuhan Yesus. Karena kita sudah dibenarkan karena Iman, maka kita harus senantiasa berusaha untuk hidup dengan memelihara kekudusan serta senantiasa bersyukur dan berbuah kasih. Apapun keadaannya, sengsara dan derita sekalipun, berbuahlah bagi Kemuliaan Tuhan, ... Amin.

ITT, Minggu 8 Mei 2011