Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Sunday, July 24, 2011

Lukas 15:1-7


Perumpamaan tentang domba yang hilang
15:1 Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.
15:2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."
15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
15:4 "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,
15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.
15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

Latar Belakang

Bacaan Lukas 15 sebenarnya adalah suatu kesatuan utuh dengan 3 perumpamaan yang diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya untuk menjawab sikap dan pemikiran orang-orang Farisi terhadap Yesus, salah satunya dalam Luk 15:2 (Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.").
Tiga Perumpamaan ini diberikan dengan nada klimaks, yang diawali dengan perumpamaan pertama tentang domba yang hilang (Luk 15:1-7), dilanjutkan dengan Perumpamaan tentang dirham yang hilang (Luk 15:8-10) dan mencapai puncaknya di Luk 15:11-32 pada perumpamaan tentang anak yang hilang.

Konteks bacaan ini sendiri, diawali dengan adanya 3 pihak, Tuhan Yesus sendiri - Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa - Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.
Harus dimengerti, bahwa pada masa itu bangsa Yahudi membangun suatu pemikiran teologi tentang adanya orang-orang benar dan orang-orang berdosa (inilah sebabnya Rasul Paulus senantiasa mengingatkan tentang para pengikut Yesus bahwa "dahulu" mereka adalah orang-orang berdosa).
Para pemungut cukai dan bahkan orang miskin dapat dianggap orang-orang berdosa, karena keadaan mereka yang miskin, dianggap sebagai suatu hukuman atas dosa tertentu. Pemikiran teologi seperti di atas kemudian membagi masyarakat ke dalam 2 golongan itu, sehingga golongan orang benar tidak berinteraksi dengan orang berdosa (miskin, kusta, pemungut cukai dll), apalagi duduk makan bersama.

Dari dasar inilah, Yesus kemudian menjelaskan kepada kaum Farisi dan ahli taurat posisi diri-Nya dan posisi Allah dalam melihat ciptaan-NYA. Yesus menegur mereka tentang pemikiran teologi mereka yang sudah jauh melenceng dari Ajaran Allah (Allah, kemudian Musa senantiasa menekankan bahwa Israel dahulu adalah budak di tanah Mesir, dan bahwa Allah yang membawa mereka keluar dari perbudakan - sehingga bersyukur kepada Allah, kerendahan hati dan kasih terhadap sesama - adalah yang sikap harus dijalankan, bukan sikap seperti yang ditunjukkan oleh kaum Farisi dan ahli taurat).

Struktur Bacaan Luk 15:1-7

a. Awal dan konteks masa itu yang melatar belakangi Yesus menjelaskan sikap-Nya - Luk 15:1-2
b. Perumpamaan tentang domba yang hilang - Luk 15:3-6
c. Arti perumpamaan itu sendiri - Luk 15:7

Ada satu pola terpadu yang dibangun dalam bacaan ini, juga sepanjang Lukas 15: Hilang - Ditemukan - Sukacita yang mewakili arti Berdosa - Bertobat - Keselamatan.

Cukup mudah untuk dimengerti secara jelas apa yang dimaksudkan Yesus dengan perumpamaan ini, dan tidak memerlukan penafsiran yang mendalam, karena Yesus sendiri sudah membuatnya sangat jelas. Sebagai pembanding yang sederhana untuk lebih lebih jelas, dapat kita baca di Mat 9:10-13 (Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.")

Aplikasi

Dari bacaan di atas, ada beberapa pokok penting yang bisa kita pelajari dan terapkan dalam kehidupan kita.

1. Daripada mempersoalkan siapa yang hilang dan ditemukan serta siapa 99 domba dalam perumpamaan ini, hal terpenting yang sebaiknya harus diperhatikan dan ditelaah, adalah bagaimana posisi Tuhan bagi orang berdosa. Perhatikan bahwa ketika ada satu domba yang hilang, posisi aktif untuk menemukan ada di tangan sang gembala, bukan di domba itu yang berusaha kembali - dengan demikian, Allah menemui manusia dan keselamatan kita adalah "hanya" karena Kasih Allah belaka (sola Gratia), bukan hasil kerja manusia. Setelah itu, keselamatan yang diperoleh haruslah senantiasa dikerjakan dengan aktif melalui kasih.

2. Dari Luk 15:2, yaitu ketika Yesus makan bersama orang-orang yang terpinggirkan dalam sosial kemasyarakatan Yahudi - akankah kita sebagai pribadi dan jemaat melaksanakan hal itu pula? atau bahkan kita membangun tembok pemisah dalam kehidupan kita atau bahkan dalam Gereja dan jemaat?
Pelajaran dari sikap Kaum Farisi dan ahli Taurat, membuat kita sebaiknya mengintrospeksi posisi kita sebagai Murid Yesus Kristus. Bagaimana sikap kita selama ini terhadap orang yang (kita anggap) berdosa? Atau bahkan kita membangun tembok pemisah dengan membuat kelompok eksklusif dalam bergaul dan berjemaat sesuai status dan kedudukan duniawi? Bukankah Guru Agung dan Tuhan kita Yesus Kristus datang untuk menghancurkan pemisah itu?

3. Kasih, adalah yang utama dan itulah pesan Yesus Kristus. Kasih Allah bagi Manusia dan Kasih manusia bagi sesama.
Sering dan mudah disebut, tetapi dalam penerapannya, baik pribadi dan jemaat sering kurang berhasil dalam pelaksanaannya – yang cukup berhasil adalah penerapan peraturan dan tradisi, baik adat maupun tradisi gereja. Ini mengingatkan kita supaya tetap menjadi Murid Yesus Kristus dan tidak berubah menjadi Kaum Farisi dan Ahli Taurat yang membuat hukum dan peraturan menjadi segalanya dengan meninggalkan Jiwa Pembuat Hukum dan Peraturan itu sendiri yaitu Allah yang penuh Kasih.

Allah mengutus Yesus untuk menyelamatkan yang terhilang dan berdosa, Yesus memberikan kita Roh Kudus untuk mengerjakan keselamatan yang kita peroleh dalam Kristus, dengan mencari dan membawa pulang yang terhilang. Amin.

ITT - Minggu 24 Juli 2011