Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Sunday, July 28, 2013

1 Yohanes 3:18-24

(Sesuai SBU - Rabu, 21 Agustus 2013)

3:18 Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
3:19 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah,
3:20 sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.
3:21 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah,
3:22 dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
3:23 Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.
3:24 Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.

Ketulusan Hati yang Mengasihi

PENGANTAR

Surat ini tidak memberitahukan kepada kita identitas penulisnya. Tetapi kalau membandingkan surat ini dengan Injil Yohanes, para ahli berpendapat bahwa penulis yang sama menulis kedua maha karya ini, ditilik dari gaya bahasa dan penulisan.
Menurut sejarah gereja, Rasul Yohanes tinggal di kota Efesus pada akhir hidupnya. Jadi ada kemungkinan besar Yohanes berada di Efesus waktu dia menulis surat ini. Kita tahu dari tradisi gereja bahwa Rasul Yohanes hidup sampai akhir abad pertama, sehingga kebanyakan ahli teologi berpendapat bahwa surat Yohanes yang pertama ini ditulis disekitar tahun 90.

Rasul Yohanes menulis tujuannya di dalam 1 Yoh.5:13 Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.
Rupanya ada banyak nabi-nabi palsu yang mengajarkan ajaran-ajaran mereka yang palsu dan menyesatkan banyak orang dari kebenaran. Dari apa yang ditulis Rasul Yohanes di dalam surat ini, kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa nabi-nabi palsu itu berasal dari satu golongan mula-mula yang dikemudian hari disebut “gnostik” dari kata bahasa Yunani yang berarti “pengetahuan.”

Menurut para ahli Alkitab, ajaran-ajaran orang “gnostik” ini dikembangkan pada abad kedua dan dasar dari ajaran golongan ini adalah sebagai berikut:
1. Unsur itu jahat dan roh itu baik.
2. Tubuh manusia yang dibuat unsur adalah jahat, dan Allah yang dari roh adalah baik.
3. Keselamatan diperoleh oleh pengetahuan istimewa, bukan iman dalam Kristus.
4. Kristus tidak datang sebagai manusia karena Allah yang paling baik tidak bisa mengenakan tubuh manusia yang paling jahat.
a. Ada orang yang percaya bahwa ternyata Kristus mempunyai tubuh, walaupun sebenarnya tidak.
b. Yang lain percaya bahwa roh Kristus masuk orang yang disebut Yesus pada saat baptisanNya dan meninggalkan Yesus sebelum kematianNya.
5. Apa yang jahat ialah unsur tubuh manusia, bukan pelanggaran perintah Allah, oleh karena itu orang boleh berbuat dosa.

Rasul Yohanes di dalam surat ini menghadapi ajaran-ajaran palsu ini. Ia menekankan bahwa Yesus datang sebagai manusia. Ia berkata bahwa kita bisa tahu bahwa kita mempunyai hidup yang kekal, dan hidup yang kekal itu datang oleh iman di dalam Yesus. Selanjutnya Rasul Yohanes berkata bahwa orang yang bertekun di dalam dosa tidak akan diselamatkan. Dosa itu adalah pelanggaran perintah Allah. Orang yang diselamatkan akan menuruti segala perintah Allah. Ia menyebut nabi-nabi palsu antikristus. Antikristus adalah semua orang yang mengajar ajaran palsu. 

Sama seperti sekarang ini, ada banyak sekali ajaran palsu, jadi kita harus mencari kebenaran dan bertekun di dalam ajaran yang benar ini supaya kita bisa diselamatkan.

URAIAN

Kalau umumnya kita mengenal "kasih" dengan membaca surat Rasul Paulus di 1Kor.13, maka bacaan kita kali ini merupakan penggalan dari ajaran "kasih" yang ditulis oleh Rasul Yohanes di 1Yoh.3.
Secara umum seluruh pasal 3 ini diberi perikop oleh Alkitab LAI sbb:

- 1Yoh.2:28-29 ~ 3:1-10 Anak-anak Allah
- 1Yoh.3:11-18 Kasih terhadap saudara sebagai tanda hidup baru
- 1Yoh.3:19-24 Keyakinan di hadapan Allah

Dari perikop ini, akan timbul pertanyaan ... keyakinan bagaimana di hadapan Allah?

Rasul Yohanes telah menegaskan bahwa orang percaya tidak berbuat dosa. Tanda yang nampak dari anak-anak Allah adalah kasih yang mereka lakukan. Namun, pada kenyataannya anak-anak Allah masih sering berbuat dosa. Misalnya, dengan tidak mengasihi saudara dan sesama manusia seperti Kristus mengasihi seluruh manusia. Jika demikian, apakah masih layak disebut anak-anak Allah? 

Jemaat kristus pada waktu itu mengalami apa yang dikatakan sebagai: "Tuduhan hati yang menyebabkan hidup menjadi tidak tenang". Mereka bergumul dengan orang-orang yang mereka benci karena orang-orang tersebut "jahat" dan akhirnya membuat mereka diliputi "keraguan" karena mereka sadar bahwa mereka tidak bisa melakukan apa yang Tuhan perintahkan untuk saling mengasihi (ay.18). Ketidak-mampuan untuk bisa saling mengasihi itulah yang membuat jemaat Kristus pada waktu itu mulai "menuduh hati mereka sendiri" bahwa mereka tidak pantas dan tidak layak" menjadi pengikut Kristus. Keraguan yang timbul inilah yang dimaksud Rasul Yohanes di dalam kalimat/frasa: "sebab jika kita dituduh olehnya," (ay.20) dan "jikalau hati kita tidak menuduh kita," (ay.21).

Uraian kali ini, akan menyorot tentang "keraguan" ini dan cara mengatasinya yang diberikan Allah melalui Rasul Yohanes.

1. Mengatasi Keraguan dengan Kasih terhadap sesama
1Yoh.3:18-19
3:18 Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
3:19 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah,

Kasih bagi anak-anak Allah bukanlah kata benda atau kata sifat, tetapi "kasih" adalah kata kerja. Hanya dengan menjalankan kasih yag disertai tindakan saja, maka kita boleh mendapat ketenangan bahwa kita mendapat jaminan dalam Kasih Allah. 
Perkataan Kristus di Mat.5:16 (Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.) mendasari untuk bagaimana sebenarnya tindakan kasih anak-anak Allah seharusnya dilaksanakan dan bukan hanya diperagakan secara verbal/ucapan belaka.

2. Mengatasi keraguan dengan Kebesaran Allah.
1Yoh.3:20
3:20 sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.

Allah menghendaki domba gembalaannya mendapatkan "padang yang berumput hijau dan air yang tenang". Bukan hidup dengan kekuatiran dan ketidakpastian terhadap gembalanya. Perhatikan ucapan Kristus di Yoh.10-27-28 (10:27 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, 10:28 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.).
Perhatikan juga, bahwa tujuan Rasul Yohanes menulis surat ini adalah untuk menguatkan dan mengarahkan jemaat Kristus atas iman percaya mereka karena mereka dikacaukan oleh ajaran-ajaran palsu yang menyesatkan. Jadi, kemungkinan besar, ada pula ajaran-ajaran yang menyatakan bahwa "keselamatan diperoleh dari pengetahuan istimewa", juga bahwa keselamatan kita akan terluput karena kesalahan masa lalu, dosa orangtua kita, dll dsb. Dan hal ini menyebabkan keraguan atas keyakinan para pengikut Kristus.
Di sinilah Rasul Yohanes menguatkan dengan mengatakan, bahwa bila kita telah menerima Yesus sebagai Juruslamat kita, dan dengan saling mengasihi dalam perbuatan ~ maka walaupun ada keraguan dalam hati kita, tetapi Allah Maha Tahu tentang hati anak-anakNYA. bandingkan dengan Roma 8:1 Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.

3. Mengatasi keraguan dengan Iman Percaya
1Yoh.3:21-24
3:21 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah,
3:22 dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
3:23 Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.
3:24 Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.

Keragu-raguan kita dapat kita atasi dengan:

- Iman Percaya terhadap kekuatan doa dengan hidup menuruti segala perintahNYA dan berbuat apa yang berkenan kepadaNYA (1Yoh.3:21-22)

- Iman Percaya dalam Yesus Kristus Anak ALLAH dan menjalankan perintah mengasihi yang diberikan Yesus Kristus. (1Yoh.3:23)

- Iman Percaya bahwa Roh Kudus yang adalah Allah berdiam di dalam kita (1Yoh.3:24) = Bandingkan dengan Roma 8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

PENUTUP

Merangkum uraian di atas, maka pelajaran yang kita dapat kita ambil untuk kehidupan kita sekarang adalah:

1. Kasih adalah berupa tindakan yang diambil dalam kebenaran (ay.18). Kebenaran mana bersumber pada Yesus Kristus dan pengajaranNYA. Sehingga ketika kita mengenal kebenaran dalam ajaran Kristus, hati kita boleh tenang di hadapan Allah (ay.19). 

2. Allah lebih mengenal kita dari pada kita mengenal diri sendiri (ay.20). Oleh karena itu sepatutnyalah kita menyerahkan segalanya bukan kepada penilaian hati melainkan pada belas kasihan Allah. Betapapun kuat dan hebatnya suara hati menuduh, kita dapat menghampiri Allah yang penuh belas kasihan dan pengampunan. Inilah dasar keberanian kita untuk menghampiri Allah dan memohon pada-Nya (ay.21).

3. Ketika menghampiri Allah, kita harus menuruti segala perintah-Nya dan melakukan yang berkenan pada-Nya (ay.22). Ini merupakan bukti, bahwa kita memiliki relasi dengan Allah yaitu relasi yang dilandasi dan diwarnai dengan dan oleh kasih (ay.23). Sangat penting diperhatikan, bahwa ketulusan hati yang penuh kasih hanya muncul jika atau karena percaya sepenuhnya kepada Yesus Kristus.

4. Allah telah mengaruniakan Roh Kudus kepada kita (ay.24). Roh yang diberikan pada kita merupakan jaminan kuat bahwa kita adalah anak-anak Allah.

ITT - Jakarta, Minggu 28 Juli 2013