Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Wednesday, July 17, 2013

Kejadian 39:11-23

(Sesuai SBU - Rabu, 31 Juli 2013)

39:11 Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorang pun tidak ada di rumah.
39:12 Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar.
39:13 Ketika dilihat perempuan itu, bahwa Yusuf meninggalkan bajunya dalam tangannya dan telah lari ke luar,
39:14 dipanggilnyalah seisi rumah itu, lalu katanya kepada mereka: "Lihat, dibawanya ke mari seorang Ibrani, supaya orang ini dapat mempermainkan kita. Orang ini mendekati aku untuk tidur dengan aku, tetapi aku berteriak-teriak dengan suara keras.
39:15 Dan ketika didengarnya bahwa aku berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannyalah bajunya padaku, lalu ia lari ke luar."
39:16 Juga ditaruhnya baju Yusuf itu di sisinya, sampai tuan rumah pulang.
39:17 Perkataan itu jugalah yang diceritakan perempuan itu kepada Potifar, katanya: "Hamba orang Ibrani yang kaubawa ke mari itu datang kepadaku untuk mempermainkan aku.
39:18 Tetapi ketika aku berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannya bajunya padaku, lalu ia lari ke luar."
39:19 Baru saja didengar oleh tuannya perkataan yang diceritakan isterinya kepadanya: begini begitulah aku diperlakukan oleh hambamu itu, maka bangkitlah amarahnya.
39:20 Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana.
39:21 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu.
39:22 Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya.
39:23 Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil.

Di Penjarapun Tuhan tetap Menyertai

Pengantar

Untuk menggambarkan pribadi Yusuf; ada suatu kutipan yang menarik dari kata-kata bijak Martin Luther: "“Even if I knew that tomorrow the world would go to pieces, I would still plant my little apple tree and pay my debts.” (Walau aku tahu besok dunia akan berakhir, aku akan tetap menanam pohon dan membayar utangku) - (Martin Luther dikenal sangat menyayangi tumbuhan dan selalu meluangkan waktunya di taman/kebunnya) - kalimat ini kalau disederhanakan berarti: Apapun yang terjadi, aku akan tetap melakukan hal yang benar dan melayaniNYA dengan kebenaran itu". Kira-kira itulah yang bisa kita pakai untuk mengenal pribadi Yusuf dalam bacaan kita ini.

Selebihnya yang kita tahu mengenai Yusuf sampai dengan bacaan ini adalah:
(Dari Kejadian 37 & 39):

- Yakub sangat menyayangi Yusuf, lebih dari saudara-saudaranya yang lain, karena Yusuf lahir dari Rahel, istri kesayangannya. Yakub membuat jubah berwarna warni khusus untuk Yusuf.
- Sejak belia Yusuf dapat menafsirkan mimpi. Ia menceritakan 2 mimpinya, dimana dua-duanya menggambarkan saudara-saudaranya, bahkan ayah dan ibunya akan bersujud menyembahnya.
- Kedua hal di atas menyebabkan saudara-saudaranya dari ibu-ibu lain menjadi iri hati dan benci kepada Yusuf.
- Ketika berusia 17 tahun, Yusuf disuruh Yakub mencari saudara-saudaranya yang menggembalakan domba di kota lain. Ketika itulah Yusuf ditangkap oleh saudara-saudaranya dan hendak dibunuh. Ruben, kakak sulung, mencegah, sehingga mereka akhirnya hanya membuang Yusuf ke dalam sumur kering.
- Sewaktu Ruben tidak berada di dekat sana, atas usulan Yehuda saudara-saudara yang lain menjual Yusuf kepada pedagang Midian dan Ismael yang lewat di situ dalam perjalanan ke Mesir.
- Yakub ayahnya, menyangka Yusuf telah tewas, karena laporan palsu saudara-sadara Yusuf.
- Di Mesir, Yusuf dijual menjadi budak pegawai istana, Potifar. 
- Yusuf selalu disertai Tuhan sehingga pekerjaannya selalu berhasil.
- Selanjutnya Yusuf diangkat sebagai kepala urusan rumah tangga dan harta Potifar.
- Menolak bujuk rayu istri Potifar untuk berbuat serong, difitnah oleh istri Potifar, sehingga akhirnya dijebloskan ke penjara.
- Di penjarapun tetap disertai Tuhan sehingga beroleh kepercayaan kepala penjara sebagai pengurus seluruh tahanan.

Selanjutnya, Kitab Kejadian 40 s/d akhirnya di pasal 50, menjadikan Yusuf sebagai tokoh sentral kisahnya, dan ditutup dengan wafatnya Yusuf di Kej.50:26 (Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir.)



Uraian

Sekali lagi kita pelajari dari bacaan kita ini, bahwa segala Rancangan Allah tidak akan dapat dibendung oleh manusia. Bahkan usaha (jahat) manusia untuk membendung rencana itu, justru akan dipakai Allah sebaliknya, bahkan akan semakin mensukseskan Rencana Allah tersebut.
Yusuf yang sejak usia belia diberi mimpi oleh Allah menimbulkan kesayangan dan kebencian. Lebih disayang oleh ayahnya yaitu Yakub, karena ia lahir dari Rahel, istri yang sangat dikasihi Yakub - dan dibenci oleh saudara-saudaranya karena cemburu oleh kasih sayang ayah mereka yang lebih kepada Yusuf dan oleh mimpi-mimpi Yusuf itu serta boleh jadi karena Yusuf jauh lebih tampan dari mereka semua (Kej.36b: Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya). Dalam Tradisi Islam, ketampanan Yusuf dilukiskan sebagai: "Setengah dari seluruh keindahan yang disediakan Allah untuk manusia diberikan kepada Yusuf; setengahnya lagi untuk seluruh umat manusia yang lain."

Kej.39:11-19
39:11 Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorang pun tidak ada di rumah.
39:12 Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar.
39:13 Ketika dilihat perempuan itu, bahwa Yusuf meninggalkan bajunya dalam tangannya dan telah lari ke luar,
39:14 dipanggilnyalah seisi rumah itu, lalu katanya kepada mereka: "Lihat, dibawanya ke mari seorang Ibrani, supaya orang ini dapat mempermainkan kita. Orang ini mendekati aku untuk tidur dengan aku, tetapi aku berteriak-teriak dengan suara keras.
39:15 Dan ketika didengarnya bahwa aku berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannyalah bajunya padaku, lalu ia lari ke luar."
39:16 Juga ditaruhnya baju Yusuf itu di sisinya, sampai tuan rumah pulang.
39:17 Perkataan itu jugalah yang diceritakan perempuan itu kepada Potifar, katanya: "Hamba orang Ibrani yang kaubawa ke mari itu datang kepadaku untuk mempermainkan aku.
39:18 Tetapi ketika aku berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannya bajunya padaku, lalu ia lari ke luar."
39:19 Baru saja didengar oleh tuannya perkataan yang diceritakan isterinya kepadanya: begini begitulah aku diperlakukan oleh hambamu itu, maka bangkitlah amarahnya.

Setia dalam Cobaan

Kunci dari penolakan Yusuf adalah sikapnya yang setia, bertanggungjawab dan takut akan Allah. Ini keluar dari mulut Yusuf yang menolak ajakan istri Potifar itu, ketika ia diajak berlaku serong (Kej.39:9b Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"). Dan walaupun penolakan itu jelas dan tegas, perhatikan bahwa cobaan itu terus mendera Yusuf dan berlangsung dari hari ke hari (Kej.39:10 Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia.) - Luar biasa beratnya cobaan itu, apalagi bagi seorang yang sangat muda seperti Yusuf - bandingkan dengan cobaan bagi pemuda dan pemudi sekarang, dengan banyaknya pornografi di internet, cara pacaran yang bebas dan narkoba.

Mari lihat keadaan Yusuf dalam cobaan ini.

1. Cobaan Yusuf datang di saat ia baru saja mengalami promosi.
Dari seorang budak belian menjadi kepala rumah tangga dan harta dari seorang kaya dan berkedudukan seperti Potifar (seorang mesir, pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja) bukanlah suatu langkah kecil. Itu adalah suatu promosi yang besar karena menyangkut kepercayaan penuh dari seorang tuan yang berbeda suku bangsa, adat istiadat dan derajat. Kunci keberhasilan bagi Yusuf tersebut terletak di Kej.39:2 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.
Jadi tanggungjawab yang semakin besar itu mendatangkan cobaan. Walaupun Yusuf bisa saja berbuat apa saja dengan kuasanya sekarang, tetapi ia tidak melakukannya karena takut akan Allah tersebut. 
Untuk itu kita senantiasa diingatkan, bahwa dalam kemenangan, dalam kesukacitaan, kita senantiasa harus waspada. (1Kor 10:12 Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!) - bandingkan dengan Raja Daud; kemenangan yang ia peroleh selama peperangan dengan berhadapan bahaya maut, berhasil ia lewati dengan baik. Tetapi ketika ia sedang menikmati kemenangannya dengan diam tentram dan aman di istana raja, justru ketika itu pula ia jatuh dan kalah oleh dosa ketika melihat Batsyeba binti Eliam (2Sam 11:2 Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya.).

2. Cobaan Yusuf datang karena kelebihannya.
Hanya ada 3 tokoh di Alkitab yang dilukiskan elok dan tampan rupanya. Yusuf (Kej.39:6b), Daud (1Sam 16:12) dan Absalom (2Sam 14:25). Dan hanya Yusuf yang berhasil melewati cobaan oleh ketampanannya itu. Bukan saja itu, kelebihan karena kasih sayang Yakub yang lebih banyak kepada Yusuf juga mendatangkan sengsara, karena saudara-saudaranya membencinya dan akhirnya menjualnya sebagai budak. Sekali lagi kita belajar, bahwa segala kelebihan juga dapat mendatangkan hal yang tidak menyenangkan. Kelebihan merupakan tanggung jawab, bukan untuk disalah-gunakan.

Dari 2 macam cobaan di atas, Yusuf membuktikan bahwa dirinya tetap setia kepada Allah. Dan ketika cobaan itu sudah begitu dekat dan mendera; Yusuf melakukan suatu hal yang sangat tepat, yaitu "lari". Ya, ia melarikan diri, karena untuk cobaan seksual semacam itu, tidak ada jalan lain kecuali menghindarkan diri sejauh-jauhnya - Allah mengajarkan hal ini kepada kita melalui kisah Yusuf.

Kej.39:20-23
39:20 Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana.
39:21 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu.
39:22 Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya.
39:23 Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil.

Berkat yang tersamar

Setiap kali cobaan menerpa kehidupan kita, maka kebanyakan kita akan melihatnya sebagai dukacita. Bagaimana tidak? Dalam usia yang sangat muda (pada konteks ini usia 20 tahunan), Yusuf mengalami gelombang kehidupan yang sangat keras. Dianiaya saudara-saudaranya, dihempaskan ke lubang sumur, dijual sebagai budak, dan baru saja beberapa tahun menjalani kehidupan yang membaik dengan bekerja di rumah Potifar serta sekarang harus kembali dihempaskan ke penjara - dan ini semua terjadi bukan karena kesalahannya!

Tetapi dari semua ini, apa yang Yusuf alami bukan lain dari berkat yang tersamar yang Allah rancangkan bagi kehidupannya. 
"Berkat? Apa tidak salah? Berkat apa yang didapat dengan dipenjara?" Tentu kita akan bertanya demikian.
Untuk itu mari kita lihat dengan persepsi Allah, yang biasa kita baca di Pengkhotbah 3:1 (3:1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.) dan keseluruhan pasal 3 tersebut. Dengan dasar itu, kita akan melihat cobaan dengan cara:

1. Cobaan bukan dan tidak pernah berasal dari Allah. Yak.1:13 (1:13 Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.)

2. Cobaan itu selalu dari manusia itu sendiri. Yak.1:14-15 (1:14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. 1:15 Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.)

3. Selalu ada jalan keluar dalam cobaan. 1Kor.10:13 (Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya).
Jalan keluar bagaimana? Allah, melalui Yusuf mengajarkannya kepada kita;

- Melihat setiap bentuk cobaan sebagai dosa. Yusuf menyatakan secara tegas bahwa itu dosa (Kej.39:9). Bandingkan dengan cara masa kini manusia menyebut dosa; Film cabul disebut hiburan dewasa, perzinahan disebut affair, kata kotor disebut latah, homoseksual/lesbianisme disebut gaya hidup alternatif dst. Membungkus dan menyembunyikan dosa dengan istilah manis!

- Menghadapi dengan tindakan penolakan. Yusuf tidak mengatakan "jangan, nanti ada orang" tapi menjawab dengan tegas bahwa ini dosa!

- Penolakan Yusuf konsisten dan terus menerus.(Kej.39:10 Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia.)

- Menghindari dan lari dari dosa cobaan itu. Yusuf tidak lagi mau membicarakan ini baik-baik, tetapi ia lari.

Apa yang Yusuf lakukan dalam menghadapi cobaan berkenan di hadapan Allah, dan bukankan Allah senantiasa beserta Yusuf?
Coba kita lihat, seandainya Yusuf tidak dipenjara.

- Dalam usia mudanya, dengan tanggungjawab yang besar dan kekuasaan yang besar, bisa jadi lama-lama Yusuf akan lupa diri sehingga terpengaruh dengan kehidupan bebas masyarakat Mesir waktu itu.
- Dalam usia mudanya, hasrat seksual yang mulai bergejolak serta digodai terus menerus oleh istri Potifar, bisa jadi suatu saat Yusuf akan gagal menolaknya.

Dan akhirnya, .... supaya Rencana dan Rancangan Allah bagi Yusuf berhasil, maka Allah mengambil Yusuf dari tempat yang enak di rumah Potifar dan menempatkannya di penjara. Penjara adalah tempat baru bagi Allah mengasah Yusuf supaya bersinar ... tepat pada waktuNYA. Bahkan fitnah istri Potifar tidak akan mampu membendung rencanaNYA, malah semakin membantu.
Bandingkan Maz.105:17-19 (105:17 diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak. 105:18 Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, 105:19 sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya.)

Seperti Yesus di Yes.53:7, tidak ada tercatat pembelaan diri dari Yusuf ketika ia akan dipenjara. Tetapi semuanya ia jalankan dengan tetap setia kepada Allah. Dan karena Allah menyertai Yusuf senantiasa, Yusuf bahkan menjadi kesayangan kepala penjara dan menjadi orang kepercayaan di dalam penjara. Jadi apa yang kelihatan sebagai cobaan bagi Yusuf, adalah cara Allah menyatakan berkatNYA. Menyelamatkan Yusuf dari cobaan dengan memindahkan ia ke penjara.

Dikemudian hari, atas segala yang ia alami, Yusuf menjawab saudara-saudaranya dan memberikan kesaksiannya di Kej. 50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

Penutup

Banyak dari tokoh Alkitab mengalami peristiwa dipenjara. Yusuf, Simson, Daniel, Yeremia, Hosea, Yohanes Pembaptis, Yohanes, Petrus, Paulus dan Silas mengalami hidup di penjara, dan dalam penjara itulah Allah menyatakan kasih dan kuasaNYA kepada mereka. Penjara adalah masa terburuk dalam kehidupan mereka dan dari situlah kita bisa belajar bahwa walaupun dalam masa tersebut, kesetiaan mereka terhadap Allah tidak pernah kendor dan tetap membara. Kita juga belajar, bahwa dalam masa apapun, Tuhan tetap merancangkan keselamatan bagi kehidupan kita. Masa-masa buruk tersebut Tuhan pakai untuk mengajar kita bertobat, mengajar kita lebih setia, mengajar kita akan penggenapan rencanaNYA dan mengajar kita untuk terus berkarya bagi pekerjaanNYA.

Pelajaran menarik dari Yusuf:

Dalam melewati masa-masa kelam dalam pencobaan di kehidupannya, secara menyeluruh dapat kita lihat dan simpulkan bahwa Yusuf banyak belajar dari pengalamannya itu. Ia belajar untuk hidup baik dengan sesamanya, ia belajar kemampuan administrasi mengelola rumah dan penjara, bahkan negara, dan yang paling utama ia belajar tentang ketaatan dan kesetiaan kepada Allah akan menghasilkan berkat.

Perhatikan pola berjenjang ini:

a. Yusuf dipercaya atas suatu penugasan. Kej.37:13-14 (37:13 Lalu Israel berkata kepada Yusuf: "Bukankah saudara-saudaramu menggembalakan kambing domba dekat Sikhem? Marilah engkau kusuruh kepada mereka." Sahut Yusuf: "Ya bapa." 37:14 Kata Israel kepadanya: "Pergilah engkau melihat apakah baik keadaan saudara-saudaramu dan keadaan kambing domba; dan bawalah kabar tentang itu kepadaku." Lalu Yakub menyuruh dia dari lembah Hebron, dan Yusuf pun sampailah ke Sikhem.)

b. Yusuf dipercaya sebagai kepala pengurus rumah tangga. Kej.39:4 (39:4 maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf)

c. Yusuf dipercaya sebagai pengurus tahanan di penjara. Kej.39:22-23 (39:22 Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya. 39:23 Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil)

d. Yusuf dipercaya sebagai kuasa atas suatu negara. Kej.41:40-41 (41:40 Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu."41:41 Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.)

Pola Allah membentuk Yusuf, adalah dengan melatih Yusuf melalui berbagai kerikil kehidupan sehingga ia menjadi tahan uji dan semakin bijak dan layak dipakai dalam Pekerjaan Allah.

Bandingkan dengan ucapan Tuhan kita Yesus Kristus dalam perumpamaanNYA di Mat.25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. dan di Lukas 16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.

Demikian pula, Allah melatih kita melalui berbagai hal dalam kehidupan kita, utamanya masa-masa suram - untuk membuat kita siap dan mampu mengemban tugas pelayanan kita sebagai muridNYA dalam dunia ini. Bukankah kunci keberhasilan Yusuf dan kemudian kita sebagai murid Yesus, adalah karena Tuhan beserta kita senantiasa?

ITT - Jakarta, Rabu 17 Juli 2013