Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Sunday, October 17, 2010

Yesaya 8:5-8


8:5 TUHAN melanjutkan lagi firman-Nya kepadaku:
8:6 "Oleh karena bangsa ini telah menolak air Syiloah yang mengalir lamban, dan telah tawar hati terhadap Rezin dan anak Remalya,
8:7 sebab itu, sesungguhnya, Tuhan akan membuat air sungai Efrat yang kuat dan besar, meluap-luap atas mereka, yaitu raja Asyur dengan segala kemuliaannya; air ini akan meluap melampaui segenap salurannya dan akan mengalir melampaui segenap tebingnya,
8:8 serta menerobos masuk ke Yehuda, ibarat banjir yang meluap-luap hingga sampai ke leher; dan sayap-sayapnya yang dikembangkan akan menutup seantero negerimu, ya Imanuel!"

Latar Belakang

Tahun Penulisan: 740–680 S.M. Yesaya memiliki sebuah perjalanan pelayanan yang panjang yang disusun dari sekitar 740 sampai 680 S.M. Pelayanannya dimulai mendekati akhir kekuasaan dari Uzia (790-739 S.M.) dan terus berlanjut melalui kekuasaan Jotham (739-731 S.M.), Ahas (731-715 S.M.), dan Hizkia (715-686S.M.). Dari sudut peraturan bangsa-bangsa kafir tentang waktu, Yesaya melayani dari jaman Tiglath-pileser (745-727 S.M.) sampai pada jaman Sanherib (705-681 S.M.) dari Asyur.

Nama Yesaya memiliki arti “keselamatan dari Yahweh” atau “Yahweh adalah keselamatan”.
Pelayanan nabi Yesaya terjadi pada jaman raja Uzia, Yotam, Ahaz dan Hizkia (raja-raja Yehuda). Nabi‐nabi yang sejaman dengan Yesaya adalah nabi Hosea dan Mikha (Hos. 1:1 dan Mik. 1:1). Nabi Mikha hidup sejaman dengan Nabi Yesaya (Yesaya 1:1), tetapi ia lebih muda mengingat Nabi Yesaya telah mulai bekerja pada zaman pemerintahan raja Uzia. Kesamaan sebagian tulisan kedua nabi tersebut menunjukkan bahwa keduanya saling mengenal dan sering berdiskusi tentang hal‐hal yang terjadi pada zaman itu. Nabi Yesaya yang berasal dari kalangan bangsawan banyak melayani kalangan atas, sedangkan Nabi Mikha yang asalnya seorang petani kecil atau pemilik tanah melayani kalangan bawah yang lebih dikenalnya. Nabi Yesaya dan Mikha diutus Tuhan ke kerajaan Yehuda di sebelah selatan, sementara Nabi Hosea dan Amos diutus Tuhan ke‐10 suku kerajaan Israel di utara tetapi Nabi Hosea tampaknya lebih dulu diutus ke Israel di bandingkan Amos.

Nabi Yesaya adalah anak Amos (bukan nabi Amos). Ia berkarya dalam penulisan untuk pelayanannya kepada Allah antara tahun 740-700 SM pada periode raja Ahas (736-716 BCE). Raja Ahas dipandang oleh para pendukung tradisi deutoromis sebagai raja yang buruk. Ketika terjadi perang Siro‐Efraim (734-732 BCE) Ahas tidak mau bersekutu dengan raja Damsyik dan Samaria akan tetapi justru bergabung dengan Asyur karena tidak percaya dan kurang taatnya kepada Tuhan. Situasi perang dan kehancuran itulah yang melatarbelakangi karya kenabian Yesaya.

Dalam beberapa hal, Yesaya adalah suatu Alkitab bentuk kecil. Yesaya memiliki 66 pasal sementara Alkitab memiliki 66 Kitab. 39 pasal pertama dari Yesaya dapat disamakan dengan 39 kitab Perjanjian Lama yang secara lebih luas mengantisipasi kedatangan Mesias. 27 pasal terakhir dari Yesaya secara rapi serupa dengan 27 kitab dari Perjanjian Baru karena mereka berbicara tentang betapa besar Mesias dan KerajaanNya sebagai Hamba Tuhan. Pasal 1-39 berbicara tentang kebutuhan besar manusia akan keselamatan sementara pasal; 40-66 menyatakan ketentuan Allah tentang keselamatan dalam Mesias dan KerajaanNya.

Senjata Makan Tuan

Dalam menyatakan kehendak-Nya, Tuhan sering memakai kehidupan seorang nabi secara simbolis. Ia menghampiri istrinya dan mengandung seorang anak laki-laki.
Allah menyuruh Nabi Yesaya memberi nama Maher-Syalal Hasy-Bas (bahkan sebelum Yesaya menghampiri istrinya), pada anaknya itu, yang berarti jarahan segera atau rampasan cepat. Kemudian Allah menyuuruh Nabi Yesaya menuliskan nama anak itu pada sebuah batu tulis besar, sehingga orang-orang yang membaca tulisan Maher-Syalal Hasy-Bas akan bertanya-tanya apa artinya.

Apa sebenarnya yg Allah kehendaki akan terjadi dari nama itu - berkaitan dengan situasi politik Kerajaan Yehuda?
Raja Ahas dari kerajaan Yehuda (Israel Selatan mendapat tekanan dari Kerajaan Israel Utara dan Kerajaan Aram, agar kerajaan Yehuda mau bersekutu dengan mereka melawan Kerajaan Asyur. Namun Raja Ahas menolaknya, sehingga mereka bersepakat untuk menghancurkan Kerajaan Yehuda. Ketika Raja Ahas mendengar bahwa kerajaannya akan diserang oleh kedua kerajaan itu, ia sangat ketakutan. Ketakutan itu diungkapkan pada Yes 7:2 = Lalu diberitahukanlah kepada keluarga Daud: "Aram telah berkemah di wilayah Efraim," maka hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin

Maksud Allah mengutus Yesaya adalah agar Raja Ahas tetap bersandar kepada Tuhan dan menantikan pertolongan-Nya saja. Firman yang diberitakan nabi Yesaya itu bertujuan agar Raja Ahas tetap tenang dan tidak perlu panik, sebab kedua musuh yg dihadapinya itu hanya seperti "2 puntung kayu api yang berasap" Yes 7:3-4 = Berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya: "Baiklah engkau keluar menemui Ahas, engkau dan Syear Yasyub, anakmu laki-laki, ke ujung saluran kolam atas, ke jalan raya pada Padang Tukang Penatu, dan katakanlah kepadanya: Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini, yaitu kepanasan amarah Rezin dengan Aram dan anak Remalya.

Artinya, mereka tidak berbahaya lagi karena bara apinya sudah hampir padam, hanya tinggal asapnya saja.

Namun sayang, sikap Raja ahas menunjukkan penolakan atas janji penghiburan Allah tersebut. Karena begitu kalut dan takut, Raja Ahas terdorong untuk meminta pertolongan pada Kerajaan Asyur. Melalui pertolongan Asyur, Ahas berharap dapat menghadapi serangan dari Israel Utara dan Aram. Namun yg terjadi sungguh di luar dugaan! Setelah Asyur menyerang dan menghancurkan Israel Utara dan Aram, ternyata malah langsung menyerang Kerajaan Yehuda.
Kerajaan asyur berubah dari kawan menjadi lawan. Dengan demikian, Raja Ahas terpukul oleh politiknya sendiri. Asyur yg semula diharapkan menjadi senjata untuk melawan dua musuhnya, justru berbalik menjadi senjata makan tuan.

Dengan demikian peringatan Tuhan melalui pemberian nama kepada anak Nabi Yesaya menjadi suatu kenyataan. Kerajaan Yehuda benar-benar mengalami Maher-syalal Hasy-Bas, yaitu penjarahan dan perampasan besar-besaran, sebab Raja Ahas dalam ketakutannya menghadapi musuh, menolak pertolongan Tuhan dan lebih mengandalkan pertolongan manusia, yaitu Asyur.

Dalam perikop ini, penolakan Raja Ahas atas pertolongan Tuhan digambarkan dengan "penolakan terhadap air Syiloah yg mengalir lamban". Air Syiloah sebenarnya bersumber dari sungai Gihon. Air itu memang kecil dan mengalir tenang serta lamban, namun mempunyai arti teologis bagi Yehuda. Sebab Raja Salomo diurapi menjadi raja di sumber sungai Gihon (1Raj1:33 = dan raja berkata kepada mereka: "Bawalah para pegawai tuanmu ini, naikkan anakku Salomo ke atas bagal betina kendaraanku sendiri, dan bawa dia ke Gihon.).

Menolak air Syiloah yang tenang itu mengandung arti kiasan sebagai sikap yang menolak janji-janji Tuhan. Seharusnya Raja Ahas tetap tenang, sebab Allah melindungi mereka dari serbuan Kerajaan Israel Utara dan Kerajaan Aram. Tetapi, mereka perlu menyandarkan diri kepada pertolongan Tuhan.
Ternyata, Raja Ahas lebih menyandarkan diri kepada kuasa Kerajaan Asyur daripada penyertaan Tuhan, sebab ia hanya melihat Asyur dari segi penampilan lahiriah ... yg bagai Sungai Efrat yg kuat dan besar. Ia tdk menyadari bahwa Asyur juga dapat meluap seperti banjir besar yang akhirnya menelan bukan hanya kerajaan Israel Utara dan Aram, tetapi juga menimpa Kerajaan Yehuda.

Sikap Raja Ahas sering kita praktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Ketika menghadapi himpitan dan persoalan hidup, kita membiarkan diri dikuasai oleh ketakutan dan kepanikan. Ironisnya dalam situasi krisis demikian, kita justru menolak uluran serta janji pertolongan Tuhan, dan malahan mengandalkan kuasa duniawi yang tampaknya besar dan kuat. Perasaan takut dan panik terlalu sering menguasai kita, sebab kita menghadapi permasalahan atau problem yang ada, tidak dengan kejernihan iman.

Ahas memilih untuk mengatasi krisis dengan cara meminta bantuan Asyur, sehingga ia hanya menghilangkan satu krisis dengan cara menciptakan krisis yang lain. Di sisi lain, Hizkia – yang pada mulanya juga meminta bantuan Mesir – memutuskan untuk bersandar pada TUHAN dan akhirnya mendapat kemenangan.
Teladan Hizkia ini menjadi contoh konkrit bagaimana TUHAN berdaulat untuk menyelamatkan umat-Nya. Hanya saja mereka perlu bertobat dan bersandar pada TUHAN, sebagaimana telah difirmankan, "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yes 30:15 = Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." Tetapi kamu enggan).

Aplikasi

"Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” Yeremia 17:7

Yesaya 31:1- 3 = Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN. Akan tetapi Dia yang bijaksana akan mendatangkan malapetaka, dan tidak menarik firman-Nya; Ia akan bangkit melawan kaum penjahat, dan melawan bala bantuan orang-orang lalim. Sebab orang Mesir adalah manusia, bukan allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa. Apabila TUHAN mengacungkan tangan-Nya, tergelincirlah yang membantu dan jatuhlah yang dibantu, dan mereka sekaliannya habis binasa bersama-sama.

Wanita-wanita teladan dalam Alkitab yg menyandarkan diri kepada Tuhan

1. Lidia - Kis 16:14
Setelah Lidia percaya kepada Tuhan, ia dan seisi rumahnya dibaptis. Kemudian ia membuka rumahnya menjadi tempat berkumpul bagi jemaat-jemaat lain. Paulus dan rekan-rekannya dapat mengabarkan Injil dan menguatkan iman jemaat karena keramah-tamahannya, yang diberikan di sela-sela kesibukan jadwal usahanya (Kis.16:15,40). Filipi merupakan kota Eropa pertama yang diinjili Paulus selama masa penginjilannya. Lidia memberikan teladan yang begitu baik sehingga belakangan Paulus menulis kepada gereja yang sudah berdiri di Filipi – berterima kasih kepada jemaat atas kebaikan hati dan dukungan mereka (Flp. 4:14-20).

2, Priskilla - Kis 18:2
Membantu mengarahkan Apolos dalam penginjilan - Kis 18:26

3. Debora - Hakim2 4:4
Hakim Wanita yang adil dan bersandar penuh hanya pada Tuhan.

Pesan Tuhan Yesus: Yohanes 10:10 = 10:10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

ITT - 19 Oktober 2010 Ibadah PW1 di Ibu C.Makagiansar