Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Sunday, May 30, 2010

Renungan di Minggu Trinitas 2010

Hari Minggu Trinitas dirayakan satu minggu sesudah hari Pentakosta (Pentakosta I). Ia merupakan hari Minggu penutup cyclus hari-hari raya besar. Di sini pernyataan ALLAH dan kekudusan keesaanNYA menjadi pusat penyembahan Jemaat.Jadi dirayakan untuk menyaksikan ALLAH yang Esa.

Warna dasar : Putih
Lambang/Logo : Lingkaran segi tiga/triquetra
Warna lambangnya : Merah

Arti : Simbol ini merupakan simbol mula-mula dari ketritunggalan. Tiga buah lekukan yang tidak terputus. Pada pusat dari ketiga lekukan itu terbentuklah sebuah segitiga yang merupakan simbol warisan Tritunggal.

Karunia-karunia Roh Kudus

1. Jenis-jenis karunia Roh dan artinya.
2. Tujuan mengapa karunia-karunia Roh itu diberikan.
3. Bagaimana cara untuk memperoleh karunia-karunia Roh itu.
4. Durasi (jangka waktu berlakunya karunia Roh itu).

1. Jenis-jenis Karunia Roh Kudus dan Artinya

Berdasarkan 1 Korintus 12:7-11, kita dapat mengetahui adanya sembilan jenis karunia Roh Kudus yaitu:

1. Berkata-kata dengan hikmat.
Kata hikmat adalah Sofias dalam bahasa Yunani yang berarti hikmat atau kecerdasan. Hikmat yang demikian inilah yang diminta Salomo dari Allah sehingga dia mampu untuk menyelesaikan perkara dua orang perempuan sundal yang memperebutkan seorang anak (1Raja-raja 3:16-28). Yesus menubuatkan tentang penderitaan dan penganiayaan yang akan menimpa murid-muridNya sehingga Dia berkata Apabila kamu diperhadapkan kepada pemimpin-pemimpin jangan kuatir sebab Roh Kudus yang akan mengatakan perkataan-perkataan yang akan kamu ucapkan (Matius 10:28). Pada masa infansi gereja itu tentu hikmat atau kecerdasan untuk mengarahkan gereja itu sangat dibutuhkan terlebih apabila dilihat dari sisi para penolak-penolak kekristenan yaitu orang-orang Yahudi dan kafir. Tanpa mendapat hikmat dari Allah maka para rasul tidak akan dapat memberikan solusi pada masalah yang dihadapi oleh Jemaat abad pertama yaitu adanya sikap pandang rupa dalam memberikan kebajikan kepada janda-janda dengan melalaikan janda-janda keturunan Gerika (Kisah rasul 6).

2. Berkata-kata dengan Pengetahuan.
Kata pengetahuan dalam hal ini berasal dari kata Gnoseos (bahasa Yunani) yang dapat berarti pengetahuan atau mengingat-ingat. Roh Kudus memberikan kemampuan bagi orang percaya untuk mengingat perkara-perkara yang telah dikatakan oleh Yesus pada saat bersama-sama dengan mereka. Hal itu sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh Yesus yang akan dilakukan Roh Kudus apabila Roh Kudus turun (Yohanes 14:26) “...... ialah akan mengajarkan kepadamu segala perkara itu dan akan mengingatkan kamu segala sesuatu yang Aku sudah katakan kepadamu.” Allah tidak ingin agar FirmanNya itu dilupakan begitu saja melainkan Dia menginginkan agar firmanNya itu tetap disimpan didalam hati setiap orang yang percaya (Kolose 3:16-17).

3. Karunia untuk Menyembuhkan.
Dalam Kisah Rasul 3, Lukas menuliskan penyembuhan seorang timpang yang dilakukan Petrus dan Yohanes pada pintu gerbang Bait Allah yang bernama Pintu Elok. Dalam ayat 6 Petrus berkata agar didalam nama Yesus orang tersebut dapat berjalan. Selanjutnya didalam ayat 7 dikatakan seketika (segera) itu juga dia berjalan dan tidak hanya itu saja melainkan dia juga meloncat sebagai tanda bahwa dia sembuh total. Petrus tidak harus teriak-teriak didalam nama Yesus lalu kelumpuhan itu berangsur-angsur pulih seperti yang dilakukan semua orang-orang yang mengatakan dirinya dapat melakukan penyembuhan. Karunia penyembuhan bukan semata-mata bertujuan untuk menyembuhkan orang-orang sakit. Karena jikalau demikian Paulus selayaknya telah menyembuhkan Teropimus yang ditinggalkan dalam keadaan sakit di Miletus (2 Timotius 4:20). Mengapa dia tidak menyembuhkan padahal dia dapat menyembuhkan bermacam-macam penyakit? Karena karunia penyembuhan itu bukan menjadi tanda kepada orang percaya melainkan kepada orang yang tidak percaya.

4. Karunia Iman.
Karunia iman ini ditujukan kepada cara bagaimana seseorang itu percaya yaitu dengan mendengarkan firman Allah (Roma10:17) tentunya firman yang disampaikan langsung oleh Roh Kudus terhadap seseorang. Dalam tulisannya Paulus berkata “Roh Kudus berkata” (1 Timotius 4:1 ; Ibrani 3:7). Ini berarti bahwa adakalanya Roh Kudus berbicara langsung terhadap seseorang Kristen yang menjadikan iman orang itu semakin bertambah.

5. Karunia Mengadakan Mujizat.
Dalam teks ini kata mujizat berasal dari kata Yunani yaitu Dunaneon yang berarti kuasa atau kekuatan. Kata dunaneon ini biasanya ditujukan kepada ledakan yang maha dasyat tetapi juga ditujukan kepada suatu tindakan yang maha menakjubkan karena bersifat diluar kekuatan normal (supranatural). Kekuatan yang demikian hanya dimiliki oleh Allah. Nikodemus percaya kepada Sabda Kristus sesudah dia melihat mujizat (Yohanes 3:1, 2). Simon tukang sihir juga percaya kepada Pilipus sesudah dia melihat mujizat (Kisah Rasul 8:13).

6. Karunia bernubuat.
Dalam teks ini kata bernubuat adalah Propheteia yang berarti; 1. Menyatakan hal-hal yang pasti akan terjadi pada hari yang akan datang. 2. Ditujukan untuk mengajar. Dalam teks ini arti bernubuat cenderung ditujukan kepada tindakan seseorang yang mengajarkan firman Allah sesuai dengan apa yang dinyatakan Roh Kudus kepadanya. Hal itu dengan jelas digambarkan Paulus dalam 1 Korintus 4:4, 29-31.

7. Karunia untuk Membedakan Roh.
Karunia seperti ini ditujukan kepada karunia yang dimiliki seseorang untuk membedakan pengajaran. Dalam 1 Yohanes 4:1, 2 Yohanes menasehatkan orang Kristen abad pertama untuk menguji roh (pengajaran), tentu mereka harus mendapat karunia Roh agar dapat melakukannya.

8. Karunia Bahasa Roh.
Ditujukan kepada kemampuan seseorang berbicara dalam bahasa asing yang tidak pernah dipelajari sebelumnya. Hal itu dikaruniakan Roh Kudus kepada orang-orang tertentu agar pemberitaan injil itu tidak terkendala hanya karena bahasa. Contoh yang tepat untuk ini terdapat pada Kisah Rasul 2:1-8.

9. Karunia untuk mengartikan Bahasa Roh.
Ditujukan kepada karunia yang dimiliki seseorang untuk mengartikan maksud firman Allah yang disampaikan oleh seseorang yang mendapatkan karunia bahasa Roh dan bukan berarti menterjemahkan.

2. Tujuan Karunia Roh Kudus

Karunia-Karunia Roh Kudus diberikan oleh Roh Kudus dengan tujuan tertentu, dan tujuan itu dapat dibagi dalam tiga bagian besar yaitu:

1. Untuk meneguhkan firman Allah.
Objek pemberitaan firman Allah yang memerlukan karunia Roh ini adalah orang-orang yang tidak percaya. Jikalau mereka sudah melihat sesuatu yang menakjubkan diluar dari kemampuan manusia (kekuatan supranatural) maka umumnya mereka akan percaya. Nikodemus percaya kepada Yesus Kristus sesudah melihat mujizat yang dilakukan oleh Yesus (Yohanes 3:1, 2). Dalam Markus 16:15-20 Yesus menyuruh murid-muridNya untuk memberitakan Injil. Yesus mengetahui bahwa pemberitaan itu akan kurang mendapat respon apabila tidak disertai tanda-tanda ajaib, Itulah sebabnya dalam ayat 20 dikatakan bahwa tanda-tanda ajaib itu meneguhkan pemberitaan mereka. Hasil yang pertama dari pemberitaan yang disertai dengan mujizat terdapat dalam Kisah Rasul 2:1-41, yaitu dibaptiskannya kira-kira 3000 orang yang percaya setelah mereka melihat mujizat Allah.

2. Bertujuan untuk meneguhkan Sidang Jemaat (1 Korintus 14:2).
Paulus berkata dalam Roma 10:17 bahwa iman itu timbul oleh sebab mendengar Firman Allah yang dilakukan Allah dengan memberikan karunia Roh Kudus yaitu bernubuat (mengajar) firman Allah. Sebagai hasil pengajaran itu Sidang Jemaat akan semakin teguh didalam iman. Sebaliknya jikalau Roh Kudus tidak memberikan karunia bernubuat kepada seseorang dari anggota jemaat, maka pengajaranpun tidak ada dan sebagai akibatnya iman atau keyakinan Jemaat itupun jadi rapuh dan mengarah kepada gaya hidup duniawi serta mengikuti ajaran-ajaran yang kontradiksi dengan firman Allah.

3. Bertujuan untuk meneguhkan individu.
Allah sangat peduli terhadap perorangan maupun kelompok. Untuk meneguhkan iman seseorang itu Roh Kudus mengaruniakan: Iman - tentu melalui perkataan yang dikatakan langsung oleh Roh Kudus itu kepada yang bersangkutan. Paulus mendengar Roh Kudus berbicara kepadanya secara langsung, 1 Timotius 4:1, “.... Roh Kudus berkata dengan jelasnya ....” Hal ini tentu akan menjadi nilai plus bagi seseorang yang mengalami hal yang demikian yang kemudian akan menjadikan imannya semakin kuat.

3. Cara Untuk Menerima Karunia Roh Kudus

Dalam Alkitab Perjanjian Baru kita mendapat informasi bahwa ada dua cara untuk menerima karunia-karunia Roh itu. Yang pertama adalah melalui baptisan Roh Kudus. Sebelum kenaikanNya ke surga, Yesus telah berpesan kepada rasul-rasul itu agar tidak meninggalkan Yerusalem karena mereka akan menerima janji Allah, dimana Yohanes membaptiskan dengan air tetapi mereka akan dibaptis dengan Roh Kudus (Lukas 4:48; Matius 3:11; Kisah Rasul 1:4, 5). Selanjutnya dalam Kisah Rasul pasal dua dinyatakan bahwa pada hari raya Pentakosta yang pertama sesudah kebangkitan Kristus, rasul-rasul dipenuhi dengan Roh Kudus yang memenuhi tempat mereka berhimpun yang turun menyerupai lidah api. Sebagai hasilnya rasul-rasul penuh dengan Roh Kudus (baptisan Roh Kudus) dan mendapat salah satu karunia Roh yaitu berkata-kata dalam bahasa lain. Hal yang sama juga dialami oleh keluarga Kornelius. Ketika Petrus menyampaikan Firman Allah, Roh Kudus turun ke atas sekalian orang yang mendengar (Kornelius dan kaum keluarganya) (Kisah Rasul 10:24), persis seperti yang terjadi pada Kisah Rasul 2:1-4. "Dapatkah seorang menegahkan air itu daripada membaptiskan orang yang sudah menerima Roh Kudus sama seperti kami ini?" (Kisah Rasul 10:47). Sebagai konsekuensi kejadian tersebut, keluarga Kornelius berbicara di dalam berbagai-bagai bahasa sehingga orang-orang yang datang dengan Petrus-pun heran dan berkata bahwa Allah-pun mencurahkan RohNya kepada orang kafir yang juga adalah penggenapan nubuatannya di dalam Yoel 2:28-30.

Kemudian cara yang ke-dua adalah dengan penumpangan tangan rasul. Orang-orang yang mendapat tumpangan tangan rasul akan mendapat karunia Roh Kudus. Tentu penumpangan itu bukan atas kemauan rasul itu sendiri melainkan Roh Kudus, “Tetapi sekaliannya itu dikerjakan oleh Roh yang Satu itu juga dengan membahagi-bahagi kepada masing-masing, sebagaimana kehendak-Nya” (1 Korintus 12:11).

Contohnya: (1) Kisah Rasul 6:1-5, salah satu dari tujuh saudara yang dipilih itu melakukan tanda-tanda mujizat di Samaria sebagai konsekuensi tumpangan tangan rasul. (2) Kisah Rasul 19:1-7, orang Kristen di Efesus mendapat tumpangan tangan dari Paulus dan mereka bernubuat dan berkata-kata dalam berbagai bahasa.

Orang-orang yang mendapat tumpangan tangan rasul tidak dapat menumpangkan tangan ke atas orang lain sehingga orang tersebut mendapat karunia Roh. Hal itu menjadi penyebab sehingga Petrus dan Yohanes harus turun ke Samaria untuk menumpangkan tangan ke atas orang-orang yang telah dibaptis pada waktu mendengarkan khotbah Pilipus yaitu salah seorang diantara tujuh orang yang mendapat tumpangan tangan dari rasul pada Kisah Rasul 6. Sesudah semua rasul dan orang-orang yang mendapat tumpangan tangan dari rasul meninggal, maka karunia-karunia Roh berhenti.

4. Jangka waktu (durasi) berlakunya Karunia Roh Kudus

Satu hal yang perlu kita ingat bila kita berbicara tentang masa berlakunya karunia-karunia Roh Kudus yaitu bahwa Allah selalu merencanakan pekerjaanNya dengan teratur. Maksudnya ialah bahwa dalam pekerjaanNya Dia telah menetapkan; (1) Kapan pekerjaan itu dimulai; (2) Bagaimana memulai; (3) Apa yang dibutuhkan (diperlukan) untuk memulai dan menindak-lanjuti; (4) Berapa dan apa harga yang harus dibayar; (5) Berapa-lama pekerjaan itu akan berlangsung. Semua hal-hal di atas dapat dikaji dengan jelas dan nyata di dalam penciptaan alam semesta, dimulai pada hari pertama dan berakhir pada hari ke-enam, selanjutnya kesinambungan kehidupan di dalam alam semesta terjadi secara alami. Contoh yang lain adalah dalam pemberian hukum. Pada mulanya Allah memberikan hukumNya kepada kepala-kepala keluarga yang dikenal dengan zaman Bapa-bapa (zaman Patriakh). Zaman (periode) ini berakhir pada zaman Yakub (hukum tersebut mengikat non Yahudi ketika Allah memberikan hukum Taurat bagi orang Yahudi melalui Musa) di gunung Sinai. Hukum inilah yang dilakukan oleh Kornelius (Kisah Rasul 10) sehingga doa dan amal serta rasa takutnya kepada Allah diperkenankan Allah. Dalam hal ini pada waktu Allah memberikan hukumNya kepada bangsa Israel (Yahudi) maka non Yahudi diikat oleh hukum yang diberikan pada zaman Bapa-bapa, tetapi ini hanya untuk periode tertentu, yang kita tahu bahwa kedua hukum itu berakhir pada waktu Yesus disalibkan (Efesus 2:15, 16) dan kemudian lahirlah hukum yang baru yaitu hukum Kristus (Galatia 3:27, 28; 1 Korintus 9:28, “.... aku takluk dibawah hukum Kristus ....”).

Hukum Taurat sudah berakhir dan tidak lagi mengikat manusia, dimulai pada hari Pentakosta yang pertama sesudah kebangkitan Kristus (hukum Taurat itu hanya bersifat sementara, Galatia 3:23-25). Jikalau hukum Taurat itu masih mengikat dan dapat menyelamatkan manusia, mengapa Paulus yang dahulu disebut Saul meninggalkan ritual-ritual yang diperintahkan di dalam hukum Taurat dan dibaptiskan untuk jalan keampunan dosa yang tidak pernah diperintahkan didalam hukum Taurat? Karena periode hukum Taurat dan prinsip yang diberikan pada zaman Bapa-bapa sudah berakhir maka siapa saja yang mencoba untuk mendapatkan (mencari) keselamatan melalui salah satu hukum tersebut tidak mendapat bagian di dalam pengorbanan Kristus (Galatia 4:4, 5; Kisah Rasul 17:30).

Rasul-rasul dan Sidang jemaat bertangung-jawab untuk memberitakan Injil itu yang merupakan kuasa Allah untuk menyelamatkan manusia (Efesus 3:10; Kisah Rasul 8:3, 4; Roma 1:16). Yesus mengetahui batas kemampuan murid-muridNya dalam mengemban misi ini, yaitu kemampuan untuk mengingat segala perkataan yang dikatakan Yesus dan juga ketidak-yakinan orang-orang yang mendengarkan pengajaran Injil itu. Untuk mengantisipasi hal ini Yesus berjanji bahwa Bapa akan mengutus Roh Kudus untuk mengajarkan dan mengingatkan segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Yesus kepada mereka (Yohanes 14:26), tentu dengan memberikan karunia-karunia Roh. Tetapi sistim itu hanya bersifat temporer (sementara). Paulus berkata di dalam 1 Korintus 13:8-10 bahwa:
1. Kasih tiada berkesudahan tetapi nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti dan pengetahuan akan lenyap.
2. Tiga jenis karunia Roh di atas merupakan wakil dari enam karunia Roh lainnya yang di dalam istilah Theologia disebut Sinokdoke. Hal itu berarti jikalau satu saja berakhir dari karunia Roh itu, maka yang lainpun ikut berakhir.
3. Paulus menyatakan alasan mengapa karunia-karunia Roh itu berlaku - yaitu karena pengetahuan mereka tidak lengkap dan nubuat (pengajaran) mereka tidak sempurna. Paulus mengatakan ke dua hal di atas tidak sempurna adalah karena ditujukan kepada metode untuk mendapatkan pengetahuan dan untuk usaha menyampaikan pengajaran - dimana mereka tergantung dengan ilham atau karunia Roh Kudus itu. Sekalipun mereka berhasrat untuk memberitakan tetapi jikalau mereka tidak mendapat ilham, maka mereka tidak berbuat apa-apa, “.... Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya” (1 Korintus 12:11). Dan di dalam 1 Korintus 14:1-31 dengan jelas Paulus mengatakan kepada kita bahwa karunia itu diberikan kepada seseorang tentu sesuai dengan keinginan dan kualitas kehidupan rohani seseorang.
4. Paulus mengatakan waktu berakhirnya karunia Roh itu yaitu apabila yang sempurna itu tiba. Kata sempurna di dalam teksnya di dalam bahasa Yunani yaitu to teleion - yaitu sebuah kata benda yang berjenis kelamin netral. Alkitab berada di dalam jenis kelamin yang sama, jadi kemungkinannya adalah apabila kitab itu sudah sempurna atau sudah lengkap dan tertulis yang dapat dipakai sebagai kanon pengajaran dan prilaku (aksi) maka karunia-karunia Roh Kudus itu tidak lagi berlaku. Barang siapa yang mengaku bahwa dia mendapat salah satu karunia Roh itu, maka dia hanya berupaya untuk menipu orang (2 Tesalonika 2:8, pengajar palsu datang dengan tanda-tanda mujizat palsu), yang harus berteriak-teriak sampai parau agar orang lumpuh bisa perlahan-lahan berdiri lalu lumpuh lagi yang sangat berbeda dengan mujizat Allah lewat Petrus hambaNya (Kisah Rasul 3:1-8). Petrus hanya berbicara serta menegakkan dia berdiri dan yang lumpuh itupun berdirilah dan meloncat-loncat pada saat Petrus berkata berdiri dan tidak lumpuh lagi serta mengikut Petrus dan Yohanes.

Kesimpulan

Sebelum bayi berjalan dengan kedua kakinya, dia merangkak dengan bantuan ke-dua tangannya. Tetapi apabila dia sehat dan bertumbuh dengan baik jadilah dia balita. Dia tidak mempergunakan tangannya lagi untuk merangkak melainkan dengan gagahnya dia berlari kian kemari dengan kedua kakinya. Roh Kudus menjadi pembimbing bagi orang Kristen pada abad pertama pada masa infansi gereja itu dengan cara melengkapi gereja itu dengan berbagai-bagai karunia sesuai dengan yang Dia inginkan. Walau demikian Roh Kudus dalam waktu yang bersamaan juga mengilhami orang-orang tertentu untuk menuliskan firman Allah yang selanjutnya akan dipakaiNya sebagai sarana untuk membimbing orang Kristen. Karunia-karunia Roh Kudus hanya bersifat temporer dan bukan untuk selama-lamanya, yang berakhir ketika firman Allah itu sudah tertulis dengan sempurnanya dan orang-orang yang mendapat tumpangan rasul itu meninggal dunia.

Pustaka acuan:
1. Barclay M. Newman Jr., Kamus Yunani-Indonesia, P.T. BPK. Gunung Mulia
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi II 1991, Balai Pustaka.
3. Kurt Aland, Matthew Black, The Greek New Testament, edisi III, 1983, United Bible Sociaties

ITT - Sabtu, 30 Mei 2010

Sunday, May 23, 2010

Yoel 2:28-29


2:28 "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.

2:29 Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu

Pendahuluan

Hari Raya Pentakosta

Adalah suatu perayaan pengucapan syukur bangsa Israel atas hasil panen gandum. Pesta itu dirayakan tujuh minggu (Yunani Pentakosta berarti kelima puluh) setelah hari Paskah. Sebab itu juga dikenal dengan nama “Hari Raya Tujuh Minggu” (Ul.16:10) dalam bhs Ibrani shavuoth. Dalam Perjanjian Baru dihubungkan dengan turunnya Roh Kudus (Kis.2).

Pentakosta dan pencurahan Roh Kudus

Hari raya Paskah yang kita peringati merupakan peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus. Yesus bangkit dari kematian sesudah 3 hari. Kemudian selama 40 hari Yesus membuktikan kepada semua orang bahwa Ia benar-benar hidup kembali. Sesudah itu Dia naik ke sorga, dan 10 hari kemudian tibalah saatnya pencurahan Roh Kudus, yang terjadi pada hari raya Pentakosta.

Pentakosta adalah hari ke-50. Pada Perjanjian Lama, bangsa Israel menyebutkannya dengan hari raya Tujuh Minggu, dihitung 7 hari x 7 minggu setelah Paskah, dan keesokan harinya adalah hari raya Pentakosta. Mereka merayakannya secara hukum Taurat dan pada peristiwa ini, mereka juga berkumpul di Yerusalem untuk merayakannya (Kisah 2:5). Bersamaan dengan itu, sebanyak 120 murid Yesus berkumpul di satu tempat seperti perintah Tuhan sebelum Ia naik ke sorga, untuk menanti kegenapan janji Bapa, yaitu tentang pencurahan atau baptisan Roh Kudus (Kisah 1:15, 3-5, 12). Dan pada hari Pentakosta, janji Tuhan digenapi sehingga mereka penuh dengan Roh Kudus dan berkarunia lidah. Peristiwa ini merupakan kelahiran gereja Tuhan yang pertama.

Tahun Gereja

Pentakosta artinya hari ke-lima puluh sesudah Paskah. Dirayakan sebagai hari Keturunan Roh Kudus. Sejak abad ke III secara umum dirayakan oleh Gereja. Hari ini juga diperingati sebagai kelahiran Gereja, di mana melalui kuasa Roh Kudus Gereja dilengkapi untuk melaksanakan tugas pengutusannya kepada bangsa-bangsa.


Warna dasar : Merah
Lambang/Logo : Lidah-lidah api dan burung merpati
Warna merpati : Putih Perak
Lidah-lidah api pinggirnya : Kuning
Arti : Di sini, ke tujuh lidah api yang menyimbolkan ke tujuh suluh api yaitu tujuh Roh ALLAH (Wahyu 4:5) membentuk lingkaran yang menghadirkan kekalan, keabadian. Merpati yang menukik dan lidah api menunjuk kepada peristiwa pencurahan ROH KUDUS pada hari Pentakosta (Kisah Rasul 2:2-3).

Khotbah

Yoel 2:28 "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.
2:29 Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu.

Penulis

Tradisi Yahudi mengaitkan kitab ini dengan Yoel bin Petuel, sebagaimana disebutkan di 1:1. Perjanjian Baru memberikan kesaksian yang sangat kuat bahwa penulis kitab ini adalah Yoel. Di Kisah Para Rasul 2:16 Petrus secara eksplisit menyebut nama Yoel sebagai penyampai firman Tuhan yang ia kutip dari Yoel 2:28-32. Selain di kitab ini, nama Yoel bin Petuel tidak muncul lagi. Penambahan “bin Petuel” di sini sangat diperlukan karena nama “Yoel” (berarti “Yahweh adalah Allah”) merupakan nama yang sangat umum, seperti terlihat dari melimpahnya jumlah orang yang bernama sama.

Struktur kitab

Secara umum struktur Kitab Yoel dapat dibagi menjadi 4 bagian yang saling terkait.
Pendahuluan 1:1
Tulah belalang 1:2-14
Hari Tuhan 1:15-2:17
Jawaban Tuhan 2:18-3:21
Tulah belalang yang terjadi merupakan bencana yang sangat hebat dan belum pernah terjadi sebelumnya serta menuntut pertobatan dari pihak bangsa Yehuda (1:2-14). Selanjutnya Yoel melihat bencana ini juga sebagai tanda datangnya hari TUHAN yang gelap bagi mereka (1:15-2:11). Respon yang diharapkan TUHAN dari mereka adalah pertobatan yang sungguh-sungguh (2:12-17). Apabila mereka bertobat, TUHAN akan mengampuni dan memberikan janji sebagai jawaban TUHAN terhadap pertobatan mereka. Rentetan janji ini dijelaskan di 2:18-3:21.

Topik

Topik yang menonjol adalah Roh Kudus. Yoel menyinggung tentang pencurahan Roh Kudus atas umat TUHAN (2:28-29; bdk. Kis 2:15-21). Dalam teologi Yoel, Roh Kudus berperan sebagai Roh Restorasi. Pencurahan Roh Kudus merupakan tanda bagi pemulihan perjanjian (2:27), janji pemulihan secara umum (2:18-27), dan pemuliaan (3:1-6).22 Aspek lain tentang Roh Kudus adalah universalitasnya. Kalau dahulu Roh hanya diberikan pada orang-orang tertentu (Bil 11:25; Ul 34:9; 2Sam 23:2; 2Raj 2:9), sekarang Roh diberikan pada “semua orang” (2:28). Semua orang yang berseru kepada nama TUHAN (2:32) akan diselamatkan dan hal itu ditandai dengan pemberian Roh Kudus sebagai jaminan. Universalitas ini melampaui batasan jenis kelamin, usia maupun status sosial (2:28-29).

Isi

Mari perhatikan sebuah kalimat dengan 4 kata pada ayat 28; Aku akan mencurahkan Roh-Ku

Aku — menandakan Kedaulatan Allah.
Akan - ketetapan/penentuan Allah
Mencurahkan - kemurahan hati Allah
Roh-Ku - pribadi Allah

Ini adalah suatu pernyataan allah yang sangat tegas dalam alkitab. Ini menunjukkan bagaimana cara Allah bekerja dalam menegakkan kerajaanNya di muka bumi ini. Allah mencurahkan Roh-Nya dan ini tidak dapat dilakukan oleh manusia, .... tak ada yg bisa mencurahkan Roh Allah atas orang lain, hanya Allah sendiri.

Mari kita coba memahami hal ini dari beberapa sudut pandang:

1. "Aku akan mencurahkan Roh-Ku" - Ini adalah Janji untuk Hari Terakhir.
Yoel memakai kata: Kemudian dari pada itu akan terjadi - menandakan bahwa pencurahan berkat itu akan terjadi setelah penghakiman Allah atas orang-orang fasik di Israel. 800an tahun kemudian, Rasul Petrus mengutipnya dalam khotbahnya pada hari pentakosta (kis2:14-41). Ketika mengutip Yoel, Petrus memakai istilah "Akan terjadi pada hari-hari terakhir". Hari terakhir pada konteks PB adalah suatu masa yang terjadi antara keturunan RK sampai masa Kedatangan Kristus yang kedua kali. Pentakosta adalah tanda diawalinya suatu masa, yaitu masa hari terakhir di atas. Perhatikan bahwa hitungan waktu kita sekarang adalah hitungan waktu manusia. Waktu Allah, bukan waktu manusia.
Apa yang dinubuatkan Yoel di tahun 830 SM, digenapi dan dikutip oleh Petrus di tahun 33 M, dan penggenapannya berlangsung sampai kini dan baru akan tergenapi penuh ketika Yesus Kristus datang ke dua kali.

2. "Aku akan mencurahkan Roh-Ku" - Ini adalah Janji untuk semua orang/manusia.
Perhatikan disini, bahwa janji pencurahan Roh itu adalah untuk semua manusia.Bukan hanya untuk kalangan tertentu, dhi kalangan imam di israel, tetapi untuk anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.

Bilangan 11:29b Musa berkata: Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka! mengingatkan kita akan cerita ketika Musa mengeuh kepada Allah akan beban yang ia tanggung sendiri dalam memimpin umat Israel, lalu Allah memerintahkan Musa mengumpulkan 70 orang tua-tua Israel ke dalam kemah pertemuan dan memberikan RohNya kepada mereka, bahkan Eldad dan Medad yang tidak berada di kemah itupun kepenuhan Roh dan mereka seperti Nabi.

Keadaan seperti inilah yang Yoel nubuatkan akan terjadi, tetapi atas seluruh manusia, bukan hanya orang Israel tertentu saja.

Apa yang Musa harapkan, apa yang Yoel nubuatkan, apa yang Petrus khotbahkan, sekarang berlaku untuk seluruh manusia, juga untuk semua kita yang ada di sini.

Itulah yang menjadi inti kalimat yang berisi 4 kata di atas .... bukan hanya bagi para presbiter, pelayan PA/PT, tetapi bagi seluruh pribadi. Tua maupun muda, kecil atau besar, jemaat ini sekalipun, mengalami pencurahan Roh Tuhan.

3. "Aku akan mencurahkan Roh-Ku" - Ini adalah janji untuk semua kalangan.
2:29 Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu.

Allah Bapa, Yesus Kristus & Roh Kudus tidak memberlakukan diskriminasi. Manusialah yang sering memberlakukan diskriminasi untuk dirinya sendiri. Kitalah yang sering mengelompokkan diri ke dalam kelompok kita, dan menyebutnya geng kita, lalu kita bergaul hanya dengan geng itu, yang berpikir sama, bertingkah-laku sama, berpendapat sama. Kita membagi lagi kelas kita dengan kelas usia, jenis kelamin, warna kulit, suku, .... cara berpakaian, penghasilan, pekerjaan. manusia sangat ahli dalam hal ini, dan barangsiapa yang berbeda kelompok atau pikiran dengan kita, maka ia bukan teman kita, bahkan menjadi musuh kita, saingan kita, bahkan kita bisa melakukan hal-hal yang mengejutkan dengan memaksakan kehendak kita dengan membuang orang-orang yang tidak segolongan dengan kita dan dengan keji memfitnah mereka.

Allah tidak bekerja seperti itu. Ia tidak memandang muka, Ia tidak memandang jenis kelamin: anakmu laki-laki dan perempuan; Ia tidak memandang usia, orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan; bahkan tidak memandang status sosial, - Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu

4. "Aku akan mencurahkan Roh-Ku" - Ini adalah Janji yang mempunyai dan mengandung Maksud Allah.
Kis 16:9-10 Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!" Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.

Mimpi dan penglihatan bukan diberikan Tuhan untuk hanya dinikmati secara pribadi, atau hanya supaya kita lebih merasa dekat dengan Tuhan, tetapi penglihatan itu diberikan dengan maksud khusus oleh Tuhan, yaitu supaya kita mampu memberitakan Kristus, melalui pengembangan diri kita, pelayanan kita dan pola kesaksian kita dan akhirnya jemaat kita dan Jemaat Kristus.

Bukan hanya dengan hadir pada ibadah, tetapi mendengarkan firman tuhan, bukan hanya mendengarkan tapi melakukan firman dalam kehidupan sehari-hari. bukan hanya menutup mata ketika berdoa dan menunggu amin, tetapi merasakan doa itu dalam batin dan berseru kepadaNya supaya RohNya bekerja melalui doa kita, dan memakai diri kita sebagai awal dari doa itu.

Berbagai Pekerjaan Roh Kudus

Dari kesaksian Alkitab kita menemukan banyak sekali pekerjaan Roh Kudus. Sebab itu kita tidak bisa membatasinya hanya sekadar menyembuhkan secara ajaib (di luar atau melampaui prosedur medik) atau membuat orang beribadah secara emosional dan antusias. Roh Kudus menjadi saksi utama Yesus Kristus dan memberi kekuatan kepada orang-orang beriman untuk bersaksi (Luk 24:48-49, Kis 1:8), mengajar dan mengingatkan jemaat kepada apa yang dikatakan Yesus (Yoh 14:26), mengajari dan memberanikan bersaksi di pengadilan (Mat 10:19-20), mendorong melakukan pekerjaan diakonia (Kis 6:1-6), meneguhkan iman di saat penderitaan dan menghadapi maut (Kis 7:55), menyaksikan bahwa kita adalah anak-anak Allah (Roma 8:15-16), membebaskan orang percaya dari hukum dosa dan hukum maut (Roma 8:2), menghidupkan tubuh kita yang fana (Roma 8:11), meneguhkan pengharapan (Rom 5:5), jaminan atau panjar keselamatan kita (Ef 1:14), meterai keselamatan (Ef 4:30), dan mempersatukan jemaat (Filipi 2:1-4) dan buah Roh:
5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. 5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. 5:25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, 5:26 dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.

ITT - PF RG.Bethania 07:00 23 Mei 2010 Hari Pentakosta.

Friday, May 7, 2010

Roma 3:21-26


3:21 Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi,
3:22 yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan.
3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,
3:24 dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
3:25 Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.
3:26 Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus

Manusia Dibenarkan Karena Iman

Pendahuluan

Allah menciptakan manusia manurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej. 1:27). Inilah pernyataan Alkitab tentang penciptaan manusia. Kesegambaran manusia dengan Allah dapat diartikan secara luas. Kesegambaran itu tentu saja bukan dalam arti kemiripan wajah. Bukan pula keserupaan tubuh. Manusia segambar dengan Allah berarti di dalam diri manusia ada keilahian Allah. Dalam tubuh, jiwa dan roh manusia ada kehendak dan keinginan Allah, sehingga manusia merupakan media mengenal dan memahami keberadaan Allah. Allah berkenaan dengan keberadaan manusia, sehingga Allah dapat dikenal melalui keberadaan manusia itu sendiri. Inilah arti kesegambaran Allah yang sesungguhnya.
Akan tetapi tidak lama setelah peristiwa penciptaan itu, manusia jatuh ke dalam dosa. “Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (ay 23). Kejatuhan manusia ke dalam dosa menjadikan rusaknya gambar Allah yang ada di dalam diri manusia. Sejak itu manusia tidak lagi segambar dengan Allah. Begitu rusaknya gambar Allah di dalam diri manusia itu, sehingga di dalam diri manusia tidak lagi dapat ditemukan kehendak Allah. Dosa telah menghancurkan segala yang berkenaan dengan Allah di dalam diri manusia. Dosa telah memutus mata-rantai hubungan manusia dengan Allah. Bahkan sebaliknya telah terjadi pertentangan dan pemberontakan antara manusia dengan Allah. Apa yang dikehendaki manusia semuanya justru selalu melawan dengan kehendak Allah. Akibat dosa itu, tindakan dan perbuatan manusia merupakan wujud pemberontakan terhadap kehendak Allah.
Kejatuhan manusia ke dalam dosa menjadikan manusia itu diperbudak dosa dan menjadi milik iblis. Manusia yang semula adalah milik Allah, karena Allah yang menciptakannya, akhirnya menjadi jatuh ke tangan iblis. Sekalipun manusia memiliki keinginan untuk kembali kepada Allah penciptanya, tetapi ternyata manusia tidak dapat melepaskan diri dari kuasa dosa. Sebab manusia bukan hanya milik iblis tetapi telah menjadi hamba dosa.

Allah menyelamatkan manusia

Berbagai tindakan dan perbuatan telah dilakukan Allah untuk melepaskan manusia dari cengkraman dosa. Allah telah memberikan hukum-Nya, Hukum Taurat, untuk menuntun manusia ke jalan yang benar, tatapi manusia ternyata tidak dapat kembali kepada Allah. Hukum Taurat itu ternyata tidak dapat membenarkan manusia, sekalipun dijalankan dengan sebaik-baiknya. Kemudian Allah mengutus para nabinya, memberikan firman-Nya untuk dilaksanakan di dalam kehidupan sehari-hari, hal itu juga ternyata tidak dapat menyelamatkan manusia itu dari kuasa dosa.
Terakhir, Allah mengutus Anak-Nya, Yesus Kristus menyelamatkan manusia dari kuasa dosa dan agar tidak menjadi milik iblis. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Akan-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepda-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3: 16). Allah menyelamatkan manusia melalui, di dalam dan oleh Yesus Kristus. Untuk itu Yesus Kristus harus menanggung penderitaan, bahkan mati di kayu salib, sebagai tebusan terhadap manusia. Paulus berkata: Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!(1Kor. 6: 20). Sebagai hasil konkritnya, Paulus mengatakan: “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup” (Rm. 5:18).

Dibenarkan karena iman

Barangsiapa yang percaya kepada Yesus Kristus akan selamat. Itu berarti keselamatan diperoleh bukan lagi dengan cara melakukan hukum Taurat, tetapi cukup dengan beriman kepada-Nya. Berbagai peristiwa keselamatan yang dilakukan Yesus Kristus kepada orang berdosa hanya berdasarkan iman kepada-Nya. Hal itu dapat dilihat dalam berbagai peristiwa. Misalnya, seorang perempuan berdosa datang kepada Yesus untuk memohon pengampunan dosa. Ia menangis di kaki Yesus sambil meminyakinya dengan minyak yang harum dan menyekanya dengan rambutnya penuh kasih. Atas dasar sikap dan perbuatannya itu, Yesus berkata kepada perempuan berdosa itu: “Dosamu telah diampuni” – “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!” (Luk. 7: 48, 50).
Hal yang sama juga dikatakan Yesus kepada salah seorang yang berpenyakit kusta: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau” (Luk. 17:19). Demikian juga kepada orang yang buta yang disembuhkan Yesus dekat Yerikho, ketika meminta kesembuhan dari Yesus, ia berseru: “O Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus bertanya kepadanya; “Apa yang engkau kehendaki supaya Aku perbuat kepadamu?” Lalu orang buta itu menjawab: “Supaya aku melihat!” Lalu Yesus berkata kepadanya: “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Luk. 18: 38-42).

Rasul Paulus mengakomodir tindakan dan perbuatan Yesus terhadap orang berdosa, yaitu ‘imanmu yang menyelamatkan engkau’, menjadi pembenaran terhadap orang berdosa. Kebenaran Allah tidak lagi didasarkan atas pelaksanaan Hukum Taurat, sebagaimana memang disaksikan kitab Taurat itu sendiri dan kitab para nabi. Dalam hal ini rasul Pulus mengatakan: “Karena kami yakin bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat” (Rm. 3; 28).
Pembenaran Allah atas orang-orang berdosa didasarkan pada kasih-Nya. Puncak kasih Allah terhadap dunia, juga terhadap manusia berdosa, diperlihatkan Allah ketika Ia yang adalah firman Allah dan Allah sendiri menjadi manusia (Yoh. 1: 1-4,14). Karena Yesus Kristus adalah wujud kasih Allah kepada manusia maka barangsiapa yang percaya kepada-Nya akan selamat dan memperoleh kehidupan yang kekal. Percaya kepada Yesus, dalam arti beriman kepada-Nya menjadi dasar pembenaran manusia.

Martin Luther kemudian mengembangkan pemahaman pembenaran karena iman ini. Menurut Luther, siapapun orangnya tidak dapat selamat hanya dengan melakukan Hukum Taurat. Hukum Taurat tidak cukup dan tidak mampu menyelematkan manusia. Lagi pula, manusia sendiri tidak mungkin dan tidak mampu melakukan hukum Taurat dari dirinya sendiri. Oleh karena itu manusia tidak ada yang selamat dan dibenarkan dari dirinya sendiri. Manusia benar hanya karena dibenarkan Allah. Pembenaran Allah itu didasarkan atas kasih Allah terhadap manusia.

Pandangan Luther ini merupakan reaksi terhadap pemahaman gereja Katolik pada waktu itu, yang menekankan keselamatan dapat diperoleh sebagai jasa atas perbuatan baik. Perbedaan pandangan ini membuat Katolik dan Protestan (Lutheran) berseteru dan saling mengutuk selama hampir lima abad lamanya. Namun, kedua belah pihak sepakat mengakhiri perseteruan tersebut dengan adanya kesepakatan yang ditanda tangani pada 31 Oktober 1999 di Augsburg, Jerman, yaitu dengan tema The Joint Declaration on the Doctrine of Justification – Deklarasi Bersama tentang Ajaran Pembenaran, ditemukanlah titik temu antara pemahaman Katholik dengan Protestan tentang pembenaran karena iman. Gereja Katolik memahami perbuatan baik dapat diperhitungkan sebagai jasa untuk memperoleh keselamatan.
Maksudnya adalah agar orang Kristen berupaya mewujudkan keselamatan yang diperolehnya sebagai anugrah Allah dalam bentuk perbuatan yang konkrit. Sedangkan gereja Protestan, khususnya gereja Lutheran, mengajarankan keselamatan hanya dengan anugrah Allah dan perbuatan tidak dapat diperhitungkan sebagai jasa memperoleh keselamatan. Maksudnya adalah agar orang Kristen tidak jatuh pada kesombongan diri, yang hanya mengandalkan perbuatannya untuk memperoleh keselamatan. Keselamatam itu hanya diperoleh melalui anugrah Allah dalam iman kepada Yesus Kristus.

Ajaran Luther itu didasarkan pada konsep pemahaman iman sola fide – hanya karena imanlah manusia diselamatkan. Iman kepada Yesus Kristuslah yang membenarkan kita di hadapan Allah – justification by faith. Oleh karena itu perbuatan manusia tidak akan dipertimbangkan untuk memperoleh keselamatannya. Perbuatan baik manusia bukanlah untuk memperoleh keselamatan, tetapi buah iman. Iman itu sendiri bukan merupakan usaha manusia tetapi adalah karya Roh Kudus yang bertumbuh di dalam diri manusia. Dengan demikian beriman kepada Yesus Kristus adalah juga anugrah Allah. Allah sendiri melalui Roh Kudus yang menanamkan dan bertumbuh dengan anugrah Allah, sola gratia – hanya oleh anugrah Allah. Berdasarkan pemahaman ini, maka akhirnya pembenaran oleh iman adalah anugrah Allah yang kita terima di dalam dan oleh Yesus Kristus.

Relevansi pembenaran karena iman

Pembenaran karena iman merupakan tindakan terobosan yang dilakukan Allah di dalam dan oleh Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia dari hukuman atas keberdosaannya. Akan tetapi beriman dan berbuat baik bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan. Ketika Paulus menekankan pembenaran oleh iman, dan bukan oleh perbuatan, maka itu dimaksudkan bahwa dasar hubungan manusia dengan Allah adalah di dalam iman kepada Yesus Kristus. Namun demikian orang beriman harus menghasilkan buah yang baik. Sebab tanpa buah yang baik, sebagaimana dikatakan rsul Yakobus, adalah iman yang mati (Yak. 2:17). Dengan demikian orang yang beriman harus memperlihatkan kelakuan dan perbuatan yang baik. Sementara orang yang dapat melakukan yang baik hanya dimungkinkan atas dasar iman kepada Yesus Kristus.

Kedua pemahaman ini, beriman dan berbuat baik, adalah sejalan dan mempunyai hubungan langsung. Oleh karena itu tidak perlu orang yang berbuat baik merasa bangga atas perbuatan baik yang dilakukannya. Sebab dengan melakukan hal-hal yang baik, itulah yang semestinya dilakukan oleh orang yang beriman. Sebaliknya, orang beriman tidak perlu merasa berbangga diri karena iman yang dimilikinya. Iman adalah anugrah, pemberian Allah, sehingga harus dapat diberlakukan di dalam tindak dan perbuatan yang konkrit. Ketika seseorang menyatakan dirinya sebagai orang Kristen, yang percaya kepada Yesus Kristus, maka ucapan dan perbuatannya harus sesuai dengan sejajar dengan pengakuannya. Ketika orang berbuat baik, misalnya mengasihi sesamanya, maka itupun harus disyukuri sebagai pemberian Allah. “Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yoh. 4:19). Marilah kita hayati dan memberlakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, bahwa kita dibenarkan karena iman kepada Yesus Kristus.

ITT - 7 Mei 2010 - PKB SP4 Bpk.L.Montang

Wednesday, May 5, 2010

Roma 2:17-24


2:17 Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah,
2:18 dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak,
2:19 dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan,
2:20 pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran.
2:21 Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri?
2:22 Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala?
2:23 Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu?
2:24 Seperti ada tertulis: "Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain.

Perikop ini menarik perhatian karena gambaran yang tajam terhadap kesombongan agama dalam ayat 17-20.
Namun, saya dapat membayangkan suatu tafsiran demikian:
1) Paulus mengecam kesombongan agama;
2) cara untuk tidak sombong adalah mengakui keabsahan agama lain;
maka 3) semua agama sama martabatnya.

Padahal, pada ayat sebelumnya Paulus sudah menempatkan hari kiamat dalam rangka Injil dan Yesus Kristus, dan dalam pasal 1 sudah mengecam kebanyakan manusia yang menyembah berhala. Maka, apa maksud Paulus yang sebenarnya?

Tujuan dari Paulus dalam bagian surat ini adalah menempatkan semua manusia di bawah kuasa dosa (3:20). Hal itu tidak sulit bagi bangsa-bangsa yang hidup dalam keberhalaan sehingga mengalami segala bentuk kekacauan hidup (Rom 1:18-31). Tetapi bagaimana dengan orang Yahudi? Pada awal pasal 2, Paulus membuktikan bahwa mengecam dosa (2:1) tidak meluputkan manusia dari hukuman Allah jika tetap melakukan dosa (2:2-16). Allah tidak memandang bulu (2:11).

Jadi, pada ayat 17-23 Paulus menerapkan 2:1 kepada orang Yahudi. ayat 17-20 adalah cara orang Yahudi menghakimi orang lain, sedangkan ayat 21-23 menyebutkan apa yang mereka lakukan yang sama. Cara orang Yahudi menghakimi itu halus. ayat 17-18 menyampaikan hal-hal yang justru baik. Paulus sendiri mengajar kita untuk bermegah dalam Allah (5:11) dan tahu akan kehendak-Nya (12:2). Memang dia bersandar kepada Kristus, bukan Taurat, tetapi dia mengakui Taurat sebagai firman Allah (7:12). Jadi, tidak ada keraguan Paulus terhadap penyataan Allah. Inti masalah muncul dalam ayat 19-20. Mereka bukan hanya yakin akan Allah, tetapi juga akan diri sendiri. Firman Allah dianggap miliknya sendiri, dan mereka seakan-akan berbagi dalam keunggulan Firman itu.

Dalam ayat 21-23 sikap sombong itu disertai kemunafikan. Walau tidak semua orang Yahudi melakukan semua dosa ini, Paulus tahu bahwa kehidupan mereka juga tidak beres. Pada ayat 24 dia mengutip bagian PL yang ditulis untuk Israel yang dihukum oleh pembuangan ke Babel (Yes 52:5 - Tetapi sekarang, apakah lagi urusan-Ku di sini? demikianlah firman TUHAN. Umat-Ku sudah dirampas begitu saja. Mereka yang berkuasa atas dia memegahkan diri, demikianlah firman TUHAN, dan nama-Ku terus dihujat sepanjang hari, bnd. Yeh 36:20 = Di mana saja mereka datang di tengah bangsa-bangsa, mereka menajiskan nama-Ku yang kudus, dalam hal orang menyindir mereka: Katanya mereka umat TUHAN, tetapi mereka harus keluar dari tanah-Nya.) untuk menunjukkan bahwa sejak lama Israel tidak sanggup melakukan Taurat. Orang Yahudi tidak berbeda dari Israel yang dibuang karena dosanya.

Jadi, Paulus bermaksud untuk membuktikan bahwa orang Yahudi termasuk manusia berdosa. Apakah dengan demikian tidak ada relevansi bagi kita? Tentu ada, tetapi kita sebagai jemaat Kristus semestinya terdapat bukan dalam perikop ini tetapi dalam ayat-ayat berikut, yaitu kelompok yang melakukan hukum Taurat walaupun tidak disunat (2:27-29). Kelompok itu yang menggenapi janji Allah dalam PL bahwa Dia akan memperbaharui hati umat-Nya oleh Roh Kudus (misalnya Yer 31:33 dan Ul 30:6). Kelompok itu tidak lain dari jemaat Kristus, yang hatinya diperbaharui (pasal 6) sehingga oleh kuasa Roh (pasal 8) dapat melakukan Taurat, yakni hidup dalam kasih (13:8).

Jadi, ketika jemaat menyombongkan diri seakan-akan berbagi dalam keunggulan Kristus, dia sebenarnya menempatkan diri dengan Israel dalam pembuangan, dengan Israel yang hatinya belum diubah oleh Roh Kudus. Sama halnya ketika jemaat menghakimi orang lain, sedangkan hidupnya sendiri tidak beres. Akibatnya sekarang mungkin juga sama dengan apa kata Paulus pada ayat 24, yakni nama Allah dihujat oleh karena kesombongan dan kemunafikan itu.

Hanya, jalan keluarnya bukan keraguan terhadap kebenaran iman kristen, melainkan pembaharuan hati dengan menyerap sikap Injil sendiri. Ketika Paulus berbicara tentang bermegah dalam Allah, hal itu disertai dua kemegahan yang lain, yaitu bermegah dalam pengharapan (5:2) dan bermegah dalam kesengsaraan (5:3). Dalam kata lain, kemegahan yang dimaksud Paulus adalah siap menderita bersama-sama dengan Kristus, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (8:17 = Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.). Hati yang demikian sudah bosan dengan kesombongan, dan sudah jijik terhadap kemunafikan.

Sudut Pandang Lain Roma 2:17-24 - HIDUPLAH SEBAGAI TELADAN BAGI ORANG LAIN

Ketika kita membaca Roma 2:17-24, maka kita akan menemukan kritik Rasul Paulus kepada orang-orang Yahudi yang salah memanfaatkan keselamatan yang dianugerahkan Allah kepada mereka. Dari sisi historis/sejarah orang-orang Yahudi dikenal sebagai orang-orang terkemuka yang dipilih Allah sebagai contoh/teladan bagi dunia kepada orang-orang yang bukan Yahudi. Namun menyedihkan, karena mereka gagal menjadi contoh/teladan bagi dunia orang Yahudi.

Indikator kegagalan itu ditegaskan dalam ayat 21-23. ”Jadi bagaimana engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar ”jangan mencuri” mengapa engkau sendiri mencuri. Engkau yang berkata ”jangan berzinah” mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala? Engkau bermegah atas Hukum Taurat, mengapa engkau menghina Allah dengan melanggar Hukum Taurat itu? Malah dalam ayat 24 ditegaskan bahwa karena kamulah (orang Yahudi) maka nama Allah dihujat diantara bangsa-bangsa.

Sebenarnya kritik yang dihadapkan Rasul Paulus, terkait dengan lingkungan hidup ke-Yahudian, justru menjadi bahan pembelajaran bagi kita, untuk tidak mencontohi gaya hidup yang duniawi. Dan sebetulnya kenyataan yang dibeberkan oleh Rasul Paulus, memberi indikasi terjadinya kesenjangan antara ibadah ritual dengan ibadah sosial, dalam artian bahwa orang memahami ibadah ritual di gereja, ibadah sektor dan wadah-wadah kategorial yang justru dipahami terkait dengan urusan sorgawi yang tidak punya keterkaitan dengan ibadah sosial yaitu kehidupan sehari-hari ditengah keluarga, gereja dan masyarakat.

Karena itu sebagai persekutuan hidup yang terkecil yakni Keluarga, kita diingatkan untuk membangun hidup yang saling peduli, saling memperhatikan, antar suami-istri, orang tua dan anak agar kata dan perbuatan hidup kita dalam keseharian mencerminkan sikap hidup yang takut akan Tuhan, yang berjalan menurut firmanNya. Dengan maksud bahwa ibadah ritual yang khusyuk di tempat ibadah, menjadi nyata dalam perilaku hidup kita sesehari. Hidup Kristiani yang selalu berupaya jauh dari penyimpangan terhadap kebenaran firmanNya yang menuntun kita kepada kebenaran.

ITT - 5 Mei 2010

Saturday, May 1, 2010

Sola Fide


Apakah Tanpa iman seseorang bisa mendekati Tuhan? Lalu bagaimana ia akan mendekati Tuhan? Apakah dengan Akal Budi? Apakah dengan Pengalamannya? Lalu apa kaitan antara Iman dengan Akal Budi dan Pengalaman? Apakah Standar untuk berkenan kepada Allah pada Perjanjian Lama berbeda dengan Perjanjian Baru? Ataukah Allah mengubah ketetapanNya? Dengan cara bagaimanakah kita dapat menghampiri dan berkenan kepada Allah?

Dalam Firman Tuhan jelas dituliskan bahwa ” Tetapi Tanpa Iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah” ( Ibrani 11:6 ). . Sebenarnya bukan hanya kepada Allah, bahkan semua hubungan kemanusiaan, mulai dari ibu-bayi, kakak-adik, suami-istri, guru-murid semuanya harus berlandaskan kepada satu dasar, yaitu Iman. Seandainya suami akan selalu memeriksa segala Fakta tentang istrinya, baru percaya kepadanya, atau sebaliknya, maka semua hubungan akan hancur berantakan. Allah sudah menaruh dasar ini ke dalam Natur Mind dan Heart dari manusia, sehingga semua Relasi di dunia harus dihubungkan dengan faktor intrinsik di dalam diri Manusia, yaitu PERCAYA.

Hilangkanlah semua faktor PERCAYA dalam Hubungan antar manusia, maka yang akan kita dapatkan di dunia ini adalah kecurigaan dan prasangka yang akan menghancurkan peradaban manusia.

Jadi jelas, bahwa Iman dalam kekristenan bukan Iman yang Emosional atau Cengeng setelah Kekristenan tidak bisa dijelaskan dengan Akal Budi. Melainkan Iman yang menjadi SEMUA LANDASAN Pengetahuan dan Akal Budi yang akan menggerakkan Kehendak dan Rasio untuk berserah penuh. Agustinus mengatakan : Aku Beriman supaya Aku bisa mengerti. Jadi yang mana dulu : Percaya dulu, baru Mengerti? Atau Mengerti dulu, baru Percaya? Kedua hal ini tidak perlu dipertentangkan karena Iman sudah mencakup Pengertian yang benar ke dalamnya dan Pengertian yang benar sudah merupakan bagian dari Iman. Seperti Rasul Paulus mengatakan : Kalau kalian berpegang teguh pada apa yang saya beritakan itu, maka Kabar Baik itu menyelamatkan kalian, kecuali kalau Saudara percaya tanpa pengertian. ( 1 Kor 15:2 , BIS)….Karena Iman, kita mengerti……. ( Ibrani 11:3 ).

Karena iman, maka Abraham dibenarkan ( Kejadian 15 :6 ). Jadi dari Kitab Kejadian sampai Wahyu, Iman adalah syarat untuk masuk ke dalam Perjanjian Anugerah Tuhan. Bacalah Ibrani pasal 11, yang penuh dengan pahlawan iman, yang tidak mendapat semua yang dijanjikan di dunia ini. Tapi mereka mengarahkan kepada upah di masa depan ( Ibrani 11:26, 38 ). Mereka mengharapkan Kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. ( Ibrani 11:10). Itulah dasar keselamatan dari PL, yaitu mereka mengarahkan diri kepada Perjanjian Anugerah Tuhan, yang Tuhan persiapkan untuk mereka. Iman mereka MELIHAT jauh ke depan bahwa Perjanjian Anugerah Tuhan akan terus berlangsung dalam relasi Pencipta-Ciptaan. Dan Puncaknya adalah Penyataan Diri Allah sendiri, yaitu Yesus Kristus. ( bacalah Relasi ini dalam Ibrani 11sampai 12:3). Kenapa Penulis Ibrani menuliskan kalimat “dengan mata tertuju kepada Yesus”? ( 12:2). Tidak lain karena pahlawan iman kita pada PL telah MELAKUKANNYA.

Jadi, syarat untuk berkenan kepada Allah tetap satu, yaitu Iman. Mulai dari Adanya Relasi Pencipta-Ciptaan, Allah tetap berkenan kepada orang yang BERIMAN kepadaNya. Dan Sola Fide ini juga menjadi syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga melalui Pengorbanan Kristus. Tidak ada perbuatan baik apapun yang berkenan kepada Allah karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah ( Roma 3:23). Dan Inilah dasar dari Injil. Inilah dasar mengapa Allah harus menjadi manusia dan mempercayakan diriNya supaya manusia bisa percaya kepadaNya. Iman berkenaan dengan PEMBENARAN dan PENGUDUSAN atau REGENERASI dari manusia. Karena manusia Yesus telah menjadi penggantian bagi kita supaya kita DIBENARKAN di hadapan Allah. Iman adalah Dasar Pembenaran yang TELAH dilakukan oleh Yesus di hadapan Tuhan Allah.

Rasul Paulus merangkumkan dasar Injil berdasarkan iman di dalam surat Roma 1 : 16-17: Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.”

Dari Iman kepada Iman. Dari Kebenaran kepada Iman. Itulah Injil Kekuatan Allah, bukan berdasarkan kekuatan manusia. Ketika kita percaya kepada Kebenaran Allah, maka SEMUA KEBENARAN kita mesti ditinggalkan, karena semuanya adalah kenajisan bagi Allah.

Dari Iman kepada Iman. Berarti Orang yang Benar memulai dari Iman dan akan mengakhirinya dalam Iman. Bukan dari Iman kepada Perbuatan. Bukan dari kebenaran Allah kepada Kebenaran Diri. Jadi apakah sesudah kita beriman, kita mesti berbuat baik, bukan masuk ke dalam kategori PEMBENARAN kita. Tidak ada PERBUATAN APA-APA yang dapat membuat kita memasuki Perjanjian Anugerah Allah. Mulai dari Adam, Abraham, Musa, sampai Perjanjian Baru, Allah lah yang MENCARI manusia dan MENETAPKAN PERJANJIAN bagi manusia. Manusia harus MEMBERI DIRI untuk masuk ke dalam Perjanjian Anugerah itu.

Dari Iman kepada Iman. Merupakan suatu proses perjalanan hidup orang percaya. Karena orang percaya SUDAH DIBENARKAN, maka dia AKAN hidup oleh IMAN, dan AKAN hidup berdasarkan IMAN. Sekali saja dalam hidupnya mengandalkan kekuatan perbuatannya sendiri, maka ia berdosa terhadap KEBENARAN ALLAH. Paradoksnya adalah : Orang Benar akan hidup oleh Iman, dan Orang beriman menunjukkan dia Orang yang DIBENARKAN.

Tetapi kemudian kita bertanya, apakah iman orang kristen adalah iman yang “asal percaya” atau “pokoknya beriman”? Disinilah kesulitan mendefinisikan iman. Kalau kita katakan : Hanya percaya maka engkau selamat, maka berarti kita bisa percaya saja, lalu berbuat dosa seenaknya. Toh, kita tetap selamat. Disisi lain, kalau kita mendefinisikan Iman terlalu rumit, maka apakah tidak akan menyelewengkan ajaran iman dari Alkitab? Jelas, Alkitab menekankan bahwa PERCAYA merupakan syarat menerima Karunia Hidup Kekal. HANYA PERCAYA. Tetapi jelas juga, Alkitab mengingatkan bahwa bukan Iman yang kosong atau mati, tetapi Iman yang didalamnya terdapat sesuatu yang dapat dinilai.

Yakobus 2 :22-24 : Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.” Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.

Jelas kalau kita membaca Yakobus, iman yang ditekankan adalah iman yang hidup. Karena kita Beriman, maka Perbuatan kita Akan……….Itulah dalil dasar dari Yakobus, karena dia jelas mengalamatkan suratnya kepada orang yang percaya. Ketika Abraham disebut Orang Beriman, ia bukan hanya beriman dengan TIDAK MENUNJUKKAN PERBUATAN, tetapi Imannya ditunjukkan dengan perbuatan Mempersembahkan Anaknya, Ishak. Tetapi kebenaran ini tidak bisa dipahami begitu saja secara gamblang, dalam arti tidak bisa kita katakan sebaliknya : Kalau Anda TIDAK MENUNJUKKAN PERBUATAN anda, maka anda bukan Orang BERIMAN. Seandainya point ini terlalu ditekankan, maka kita akan menjadi Legalisme dan akan menilai orang hanya dari perbuatannya.

Rasul Paulus ketika menekankan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan karena melakukan Hukum Taurat, mempunyai dasar yang berbeda dalam menjelaskan iman kristen. Penekanan Rasul Paulus adalah Kebenaran Allah yang telah dinyatakan dalam Kristus sebagai pengganti kita, HANYA bisa melalui Iman diterima. Bukan dengan melakukan ini dan itu. Hukum Taurat adalah petunjuk bahwa kita butuh Kebenaran Allah, sedangkan Iman Kristen adalah Penerimaan atas penerimaan Allah terhadap kita. TIDAK ADA yang bisa ditambahkan dalam Kebenaran Allah ini lagi. Yang harus dilakukan adalah PERCAYA.

R.C Sproul dalam bukunya FAITH ALONE menjelaskan bahwa iman kristen terdapat 3 elemen penting :

1. Notitia : Iman melibatkan pengetahuan. Bagaimana kita bisa beriman, kalau kita tidak mengenal Siapa yang kita imani? Jadi, ungkapan :”Tidak menjadi masalah apa yang kamu percayai, sepanjang kamu tulus mempercayainya”, jelas bertentangan dengan Iman Kristen.

2. Assensus : Iman adalah persetujuan. Kita menyetujui bahwa kita tidak bisa Benar jika mengandalkan diri kita. Kita assent proporsi Yesus mati di kayu salib sebagai suatu Kebenaran yang menyelamatkan.

3. Fiducia : iman adalah suatu Kehendak yang akan berefek kepada tindakan. Fiducia berarti kecenderungan positif dari jiwa atau pikiran pada suatu objek.

Dalam Firman Tuhan, Ibrani 11: 1-3 : Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.

Jadi, apakah Iman Kristen itu sederhana? Ya, Only Faith ( Sola Fide ). Tetapi apakah Iman Kristen itu Sembarangan dan Asal-asal? Tidak, karena iman Kristen adalah Iman yang dipimpin oleh Roh Tuhan, Iman yang menghasilkan ketaatan, Iman yang melahirkan kasih. Lalu, apakah Iman dan Perbuatan Baik bertentangan? Tidak. Kenapa mesti dipertentangkan suatu Hubungan Sebab-Akibat?

Karena kita Beriman, maka…………….Akhirnya kita akan didapati Setia ( Beriman). Itulah pengharapan terbesar kita. From Faith to Faith. Dan yang akan memimpin adalah Allah sendiri.

Iman yang Benar (Sola Fide) berlandaskan kepada konsep Anugerah (Sola Gratia). Sola Fide dan Sola Gratia harus berlandaskan Wahyu Khusus dalam Alkitab (Sola Scriptura). Sola Scriptura menyaksikan hanya Kristus (Sola Christos). Semuanya Rencana Keselamatan adalah untuk Soli Deo Gloria.

ITT - 01 Mei 2010