Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Wednesday, July 31, 2013

3 Yohanes 1:1-8

(Sesuai SBU - Rabu, 28 Agustus 2013)

1:1 Dari penatua kepada Gayus yang kekasih, yang kukasihi dalam kebenaran.
1:2 Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja.
1:3 Sebab aku sangat bersukacita, ketika beberapa saudara datang dan memberi kesaksian tentang hidupmu dalam kebenaran, sebab memang engkau hidup dalam kebenaran.
1:4 Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.
1:5 Saudaraku yang kekasih, engkau bertindak sebagai orang percaya, di mana engkau berbuat segala sesuatu untuk saudara-saudara, sekalipun mereka adalah orang-orang asing.
1:6 Mereka telah memberi kesaksian di hadapan jemaat tentang kasihmu. Baik benar perbuatanmu, jikalau engkau menolong mereka dalam perjalanan mereka, dengan suatu cara yang berkenan kepada Allah.
1:7 Sebab karena nama-Nya mereka telah berangkat dengan tidak menerima sesuatu pun dari orang-orang yang tidak mengenal Allah.
1:8 Kita wajib menerima orang-orang yang demikian, supaya kita boleh mengambil bagian dalam pekerjaan mereka untuk kebenaran.

Bantuan Pelayanan

PENGANTAR

Di dalam 3 Yohanes 1:1 dikatakan bahwa surat ini “dari penatua.”, sama seperti di awal 2Yoh.1:1 Jadi sangat besar kemungkinan orang yang menulis 2 Yohanes juga menulis 3 Yohanes. Menurut para ahli Alkitab, kemungkinan besar bahwa rasul Yohanes yang menulisnya. Dari sejarah gereja kita tahu bahwa rasul Yohanes tinggal di Efesus pada akhir kehidupannya. Jadi kemungkinan besar bahwa Rasul Yohanes berada di Efesus waktu menuliskan surat ini.

Surat ini termasuk surat yang terakhir di ditulis sebelum Kitab Wahyu, yaitu sekitar tahun 90 M. Untuk melihat perbandingan waktu Surat 3 Yohanes ditulis dalam masa PB, buka gambar Rentang Waktu Perjanjian Baru di sini

Kalau Surat 2 Yohanes berurusan dengan masalah kesesatan dan pengkhotbah keliling, maka Surat 3 Yohanes ini, berurusan dengan peringatan untuk membantu para pengkhotbah Kristen keliling.

Penerima Menurut 1:1 surat ini ditulis “kepada Gayus.” Siapakah Gayus ini kita tidak tahu secara pasti. Pada saat itu banyak penginjil yang pergi untuk memberitakan injil ke tempat-tempat lain dengan berpindah-pindah. Mereka biasanya menerima tumpangan dan bantuan dari saudara-saudara seiman di dalam jemaat di manapun mereka pergi. Gayus biasanya memberi tumpangan kepada mereka. Namun demikian seorang lain di dalam jemaat, Diotrefes, tidak mau memberi tumpangan kepada mereka dan dia mengucilkan anggota yang menerima penginjil-penginjil ini. Yohanes menulis kepada Gayus untuk mendorong dia untuk tetap berbuat baik dan menerima penginjil-penginjil ini dan memberi peringatan terhadap Diotrefes untuk bertobat dari perbuatannya yang jahat itu. Juga di akhir surat ini Rasul Yohanes menulis kesaksian yang baik tentang Demetrius.

Ada tiga orang yang secara khusus disebutkan dalam Surat 3 Yohanes ini:

1. Gayus (seorang saleh dalam gereja penerima)
a. Gayus adalah nama yang sangat umum dalam masyarakat Yunani dan Latin.
b. Ada tiga Gayus yang disebutkan dalam bagian lain Alkitab: Gayus dari Makedonia, Kis 19:29; Gayus dari Derbe, Kis 20:4; dan Gayus dari Korintus, Rom 16:23; 1 Kor 1:14.
c. Para pakar Alkitab menyepakati bahwa Gayus di 3 Yohanes ini bukan Gayus yang di sebut di bagian lain di Alkitab (point a).
d. Tradisi Katolik mengenal Gayus di 3 Yohanes ini sebagai Uskup dari Pergamus, yang ditunjuk oleh Rasul Yohanes.

2. Diotrefes (seorang perusuh tak berTuhan dalam gereja penerima)
a. Ini adalah satu-satunya penyebutan orang ini dalam PB. Namanya adalah nama yang langka yang berarti “dipelihara Zeus.” Betapa ironisnya bahwa seorang yang dinamai dengan nama “Zeus” justru mengganggu orang yang berperjalanan, sedangkan “Zeus” adalah “pelindung dari orang yang berperjalanan.”
b. Sikapnya dibongkar dalam ayat 9-10.

3. Demetrius (pembawa surat Yohanes kepada gereja lokal ini)
a. Tampaknya, ia adalah satu dari misionaris yang berkeliling dan pembawa surat dari Rasul ini di Efesus.
b. Tradisi Katolik menyebutkan Demetrius sebagai Uskup Filadelfia, yang ditunjuk oleh Rasul Yohanes.

URAIAN

Surat 3 Yohanes ini sifatnya sangat pribadi, karena ditujukan hanya kepada Gayus. Tetapi dari sifatnya yang sangat pribadi inilah, - seakan-akan surat ini kepada kita pribadi sekarang ini - sehingga kita dapat belajar lebih detail/terperinci tentang kehidupan rohani yang sehat, Kasih, Kebenaran, ketegasan sikap dan kejujuran dalam hidup berjemaat dan Pekabaran Injil.

3Yoh.1:1-2
1:1 Dari penatua kepada Gayus yang kekasih, yang kukasihi dalam kebenaran.
1:2 Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja.

Kalau biasanya kita kenal sebagai "dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat", maka dalam bacaan ini Rasul Yohanes menekankan bahwa dalam Rohani yang sehat maka segala sesuatu akan sehat dan baik saja. Pelajaran yang dapat kita petik di sini, bahwa ucapan salam dan doa Rasul Yohanes kepada Gayus, menekankan bawa Gayus hidup dalam jiwa atau rohani yang sehat, dan demikianlah kita sebagai orang percaya, hendaknya mempunyai kehidupan rohani yang baik.

3Yoh.1:3-4
1:3 Sebab aku sangat bersukacita, ketika beberapa saudara datang dan memberi kesaksian tentang hidupmu dalam kebenaran, sebab memang engkau hidup dalam kebenaran.
1:4 Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.

Gayus hidup dalam kebenaran, adalah suatu kesaksian yang diberikan oleh orang lain/kemungkinan besar penginjil yang singgah di jemaat itu kepada Rasul Yohanes. Jadi bukan hasil penilaian Yohanes sendiri atau pengakuan Gayus. Sukacita terbesar Yohanes, adalah ketika ia menyaksikan bahwa anak-anak rohaninya atau murid-muridnya melaksanakan injil/Kabar Sukacita yang ia beritakan. Demikianlah, kita sebagai orang percaya hendaknya melaksanakan ajaran Kristus dengan hidup dalam kebenaran.

3Yoh.1:5-6
1:5 Saudaraku yang kekasih, engkau bertindak sebagai orang percaya, di mana engkau berbuat segala sesuatu untuk saudara-saudara, sekalipun mereka adalah orang-orang asing.
1:6 Mereka telah memberi kesaksian di hadapan jemaat tentang kasihmu. Baik benar perbuatanmu, jikalau engkau menolong mereka dalam perjalanan mereka, dengan suatu cara yang berkenan kepada Allah.

Bandingkan sikap Gayus dengan Ibrani 13:1-2 = 13:1 Peliharalah kasih persaudaraan! 13:2 Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat. 
Bandingkan dengan Perintah Kristus dalam hal memberi sedekah di Mat.6:1-4!

Selanjutnya, ternyata apa yang Gayus perbuat terhadap orang-orang asing dalam perjalanan (yang adalah penginjil, karena mereka memberika kesaksian tentang Gayus di hadapan jemaat) - adalah suatu buah daripada ajaran Kristus. Jadi sikap Gayus adalah setia dalam pelayanan berdasarkan ajaranNYA, demikianlah kita sebagai orang percaya hendaknya senantiasa setia dan tulus dalam pelayanan serta melaksanakan perintahNYA.

3Yoh.1:7-8
1:7 Sebab karena nama-Nya mereka telah berangkat dengan tidak menerima sesuatu pun dari orang-orang yang tidak mengenal Allah.
1:8 Kita wajib menerima orang-orang yang demikian, supaya kita boleh mengambil bagian dalam pekerjaan mereka untuk kebenaran.

Di kedua ayat ini, Rasul Yohanes menuliskan dengan padat dan tepat, 2 hal yang sangat penting, yaitu prinsip pokok dalam kehidupan berjemaat, antara Penginjil dan Jemaat, dalam konteks kita sekarang adalah Pendeta/Hamba Tuhan dan Jemaat Tuhan (bukan jemaat pendeta bersangkutan):

1. Pelaksanaan Pekabaran Injil haruslah tetap dilihat sebagai pelaksanaan perintah Tuhan kita Yesus Kristus (Mat.28:18-20; Mark.16:15-16; Luk.24:46-48; Kis.1:8) - Luput dari itu, maka pekabaran Injil akan menjadi tidak berguna, khususnya bila menyangkut menerima sesuatu barang, apalagi dari orang yang tidak (mau) mengenal Allah.

2.  Ay.8 juga merupakan suatu kesatuan dari tugas Pekabaran Injil, karena dalam tugas mulia tersebut terdiri dari berbagai ragam unsur; ada yang menugaskan, ada yang berkhotbah/mengajar, ada yang menulis pengajaran, ada yang menerjemahkan pengajaran, ada pembawa surat, ada yang dipakai rumahnya buat berkumpul, ada yang mengumpulkan orang, ada yang menyediakan makanan (memasak), ada yang memberikan uangnya untuk membeli makanan dan minuman, ada yang menguji pengajaran tersebut dan yang terpenting, ada jemaat yang terpanggil untuk mendengarkan dan melaksanakan pengajaran tersebut. Bukankah ini suatu kehormatan, dapat mengambil bagian dalam melaksanakan perintah Kristus Yesus?

Jadi Pekabaran Injil bukanlah "one man show" atau "one priest show" (pekerjaan seorang manusia atau pendeta) belaka, tetapi adalah sebuah kerjasama antara Penginjil/Pendeta, Diaken, Penatua, Pengurus Pelkat, Komisi dan Jemaat, serta tugas semua orang percaya.
(Bertahun yang lalu, seorang sahabat pernah bertanya. Kenapa GPIB atau gerejamu tidak pernah mengirim penginjil untuk memberitakan Injil di daerah-daerah pelosok? Saya menjawabnya dengan kalem: "Sahabatku, tahukah kamu bahwa jemaat GPIB sudah mendekati 280an jemaat, belum termasuk Pospel-pospelnya, ... nah itu semua bisa terjadi karena dukungan seluruh jemaat GPIB, yang walaupun tidak hadir di pelosok, tetapi melalui kemurahan hati jemaat GPIB di seluruh Indonesia, mereka hadir mendukung para pendeta dan jemaat-jemaat di pedalaman sana".)

Rasul Yohanes memuji ketekunan para Penginjil dan kemurahan hati para jemaat di tempat Gayus. Demikianlah kita sebagai orang percaya hendaknya bertekun dalam mendukung Pekabaran Injil dan mendukung dengan kemurahan hati.

RANGKUMAN

Merangkum 3Yoh.1:1-8 adalah pelajaran 2 sisi bagi kita semua.

1. Bagi para Pekabar Injil dalam konteks sekarang ini adalah para Pendeta - Ada 3 hal, yaitu:

a. Memberitakan Injil bukan profesi untuk mencari keuntungan dan harta duniawi.
Mereka terpanggil dan diurapi serta di utus oleh Tuhan untuk mengajar dan memberitakan Firman Tuhan. Dari pengalaman berjemaat, cukup mudah untuk membedakan pekabar yang baik atau bukan. Bila sang Hamba Tuhan banyak menghabiskan waktu untuk mengajar dan menjelaskan Firman Tuhan lebih daripada menghabiskan waktu untuk ber-entertainment dengan jemaat, maka inilah Pekabar Injil yang baik yang dimaksud di ay.7 di atas.
Perhatikan bahwa Rasul Paulus juga mengecam di 2Kor.2:17 Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya. Juga di 1Tes.2:5-9 = 2:5 Karena kami tidak pernah bermulut manis -- hal itu kamu ketahui -- dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi -- Allah adalah saksi -- 2:6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus. 2:7 Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. 2:8 Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. 2:9 Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.

b. Para Pekabar Injil yang baik, tidak terikat dengan "apa, siapa, dimana, kapan, berapa dan bagaimana" pemberitaan Injil tersebut dilaksanakan.
Ketika para Pendeta diurapi melalui pentahbisan dan pengutusan, mereka mengamini perintah Kristus, yang salah satunya dicatat di Luk.10:7 Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Itu berarti; jangan meminta-minta pertolongan atau dengan kata lain, menggantungkan pekerjaan Kristus kepada manusia atau kelompok! - Bandingkan dengan Yehezkiel 34:1-10!
Jemaat ini adalah Jemaat Tuhan, bukan jemaat Pendeta A atau B - dan Tuhan sendiri akan mencukupkan kebutuhan jemaatNYA. Jangan mempermalukan IA hanya untuk harta duniawi.

c. Kristus Yesus sendiri mengatur pelayanNYA.
Di Mat.10:9-10 = 10:9 Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. 10:10 Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. - Luk.10:4-7 = 10:4 Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. 10:5 Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. 10:6 Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. 10:7 Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.
Firman Tuhan juga mengatur bahwa: 1Kor.9:14 Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.

2. Bagi Jemaat Kristus, dalam konteks sekarang adalah kita semua - Juga Ada 3 hal

a. Membantu Pekabaran Injil adalah menyuka-hatikan Tuhan.
Mat.10:41-42 = 10:41 Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. 10:42 Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.
Sudah tentu, memberi berlandaskan sukacita karena sadar bahwa bantuan tersebut membuatNYA bersukacita pula. 2Kor.9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

b. Memberi bantuan hendaknya "hanya untuk kemuliaan Tuhan" belaka.
Bukan karena ingin dipuji atau dilihat manusia atau jemaat. Berhati-hatilah dalam motivasi memberi bagi pelayanan/pekerjaan Tuhan. Bila memberi dengan motivasi yang salah, maka yang terjadi adalah Pekerjaan Tuhan akan menjadi Kemauan si pemberi dan orang-orang disekelilingnya. Yesus Kristus mengingatkan hal ini, karena mengenal hati manusia yang mudah jatuh dalam kesombongan dan kemunafikan. Untuk menghindari itu, tidak ada jalan lain, selain memberikan dasar yang tepat, yaitu demi kemuliaan Nama Tuhan belaka, serta menyisihkan keinginan pribadi.
Jemaat ini adalah Jemaat Tuhan, bukan jemaat si A atau B. Jangan menganggap rendah Tuhan dengan mengukur dan mengatur pekerjaan Tuhan melalui harta kita!

c. Dengan membantu pelayanan, maka kita sebenarnya menerima "penghormatan" dengan sudah turut serta dalam pelayanan itu sendiri. 
Memberikan bantuan bukanlah hanya soal harta atau tenaga, tetapi dengan menghormati para pelayan dan mengasihi mereka dengan tulus, juga sudah termasuk dalam membantu pelayanan. Janganlah menghakimi seperti Diotrefes! Yang sangat mengemukakan ambisi pribadinya, menghalangi Pelayan Tuhan, tidak mau menerima pelayan Tuhan, bahkan mencegah/mengucilkan jemaat yang menerima pelayan-pelayan Tuhan itu! - (3Yoh.1:9-10 = 1:9 Aku telah menulis sedikit kepada jemaat, tetapi Diotrefes yang ingin menjadi orang terkemuka di antara mereka, tidak mau mengakui kami. 1:10 Karena itu, apabila aku datang, aku akan meminta perhatian atas segala perbuatan yang telah dilakukannya, sebab ia meleter melontarkan kata-kata yang kasar terhadap kami; dan belum merasa puas dengan itu, ia sendiri bukan saja tidak mau menerima saudara-saudara yang datang, tetapi juga mencegah orang-orang, yang mau menerima mereka dan mengucilkan orang-orang itu dari jemaat)

Jadi bermurah-hati dan berlakulah penuh kasih!, karena sebenarnya kita bukan hanya sedang mengeluarkan harta, tenaga atau waktu, melainkan kita sedang menyuka-hatikan Tuhan, memuliakan Nama Tuhan dan menerima kehormatan sebagai bagian dalam pelaksanaan tugas Kristus Yesus dalam Pekabaran Injil.

ITT - Jakarta, Rabu 31 Juli 2013

Sunday, July 28, 2013

1 Yohanes 3:18-24

(Sesuai SBU - Rabu, 21 Agustus 2013)

3:18 Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
3:19 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah,
3:20 sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.
3:21 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah,
3:22 dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
3:23 Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.
3:24 Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.

Ketulusan Hati yang Mengasihi

PENGANTAR

Surat ini tidak memberitahukan kepada kita identitas penulisnya. Tetapi kalau membandingkan surat ini dengan Injil Yohanes, para ahli berpendapat bahwa penulis yang sama menulis kedua maha karya ini, ditilik dari gaya bahasa dan penulisan.
Menurut sejarah gereja, Rasul Yohanes tinggal di kota Efesus pada akhir hidupnya. Jadi ada kemungkinan besar Yohanes berada di Efesus waktu dia menulis surat ini. Kita tahu dari tradisi gereja bahwa Rasul Yohanes hidup sampai akhir abad pertama, sehingga kebanyakan ahli teologi berpendapat bahwa surat Yohanes yang pertama ini ditulis disekitar tahun 90.

Rasul Yohanes menulis tujuannya di dalam 1 Yoh.5:13 Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.
Rupanya ada banyak nabi-nabi palsu yang mengajarkan ajaran-ajaran mereka yang palsu dan menyesatkan banyak orang dari kebenaran. Dari apa yang ditulis Rasul Yohanes di dalam surat ini, kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa nabi-nabi palsu itu berasal dari satu golongan mula-mula yang dikemudian hari disebut “gnostik” dari kata bahasa Yunani yang berarti “pengetahuan.”

Menurut para ahli Alkitab, ajaran-ajaran orang “gnostik” ini dikembangkan pada abad kedua dan dasar dari ajaran golongan ini adalah sebagai berikut:
1. Unsur itu jahat dan roh itu baik.
2. Tubuh manusia yang dibuat unsur adalah jahat, dan Allah yang dari roh adalah baik.
3. Keselamatan diperoleh oleh pengetahuan istimewa, bukan iman dalam Kristus.
4. Kristus tidak datang sebagai manusia karena Allah yang paling baik tidak bisa mengenakan tubuh manusia yang paling jahat.
a. Ada orang yang percaya bahwa ternyata Kristus mempunyai tubuh, walaupun sebenarnya tidak.
b. Yang lain percaya bahwa roh Kristus masuk orang yang disebut Yesus pada saat baptisanNya dan meninggalkan Yesus sebelum kematianNya.
5. Apa yang jahat ialah unsur tubuh manusia, bukan pelanggaran perintah Allah, oleh karena itu orang boleh berbuat dosa.

Rasul Yohanes di dalam surat ini menghadapi ajaran-ajaran palsu ini. Ia menekankan bahwa Yesus datang sebagai manusia. Ia berkata bahwa kita bisa tahu bahwa kita mempunyai hidup yang kekal, dan hidup yang kekal itu datang oleh iman di dalam Yesus. Selanjutnya Rasul Yohanes berkata bahwa orang yang bertekun di dalam dosa tidak akan diselamatkan. Dosa itu adalah pelanggaran perintah Allah. Orang yang diselamatkan akan menuruti segala perintah Allah. Ia menyebut nabi-nabi palsu antikristus. Antikristus adalah semua orang yang mengajar ajaran palsu. 

Sama seperti sekarang ini, ada banyak sekali ajaran palsu, jadi kita harus mencari kebenaran dan bertekun di dalam ajaran yang benar ini supaya kita bisa diselamatkan.

URAIAN

Kalau umumnya kita mengenal "kasih" dengan membaca surat Rasul Paulus di 1Kor.13, maka bacaan kita kali ini merupakan penggalan dari ajaran "kasih" yang ditulis oleh Rasul Yohanes di 1Yoh.3.
Secara umum seluruh pasal 3 ini diberi perikop oleh Alkitab LAI sbb:

- 1Yoh.2:28-29 ~ 3:1-10 Anak-anak Allah
- 1Yoh.3:11-18 Kasih terhadap saudara sebagai tanda hidup baru
- 1Yoh.3:19-24 Keyakinan di hadapan Allah

Dari perikop ini, akan timbul pertanyaan ... keyakinan bagaimana di hadapan Allah?

Rasul Yohanes telah menegaskan bahwa orang percaya tidak berbuat dosa. Tanda yang nampak dari anak-anak Allah adalah kasih yang mereka lakukan. Namun, pada kenyataannya anak-anak Allah masih sering berbuat dosa. Misalnya, dengan tidak mengasihi saudara dan sesama manusia seperti Kristus mengasihi seluruh manusia. Jika demikian, apakah masih layak disebut anak-anak Allah? 

Jemaat kristus pada waktu itu mengalami apa yang dikatakan sebagai: "Tuduhan hati yang menyebabkan hidup menjadi tidak tenang". Mereka bergumul dengan orang-orang yang mereka benci karena orang-orang tersebut "jahat" dan akhirnya membuat mereka diliputi "keraguan" karena mereka sadar bahwa mereka tidak bisa melakukan apa yang Tuhan perintahkan untuk saling mengasihi (ay.18). Ketidak-mampuan untuk bisa saling mengasihi itulah yang membuat jemaat Kristus pada waktu itu mulai "menuduh hati mereka sendiri" bahwa mereka tidak pantas dan tidak layak" menjadi pengikut Kristus. Keraguan yang timbul inilah yang dimaksud Rasul Yohanes di dalam kalimat/frasa: "sebab jika kita dituduh olehnya," (ay.20) dan "jikalau hati kita tidak menuduh kita," (ay.21).

Uraian kali ini, akan menyorot tentang "keraguan" ini dan cara mengatasinya yang diberikan Allah melalui Rasul Yohanes.

1. Mengatasi Keraguan dengan Kasih terhadap sesama
1Yoh.3:18-19
3:18 Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
3:19 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah,

Kasih bagi anak-anak Allah bukanlah kata benda atau kata sifat, tetapi "kasih" adalah kata kerja. Hanya dengan menjalankan kasih yag disertai tindakan saja, maka kita boleh mendapat ketenangan bahwa kita mendapat jaminan dalam Kasih Allah. 
Perkataan Kristus di Mat.5:16 (Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.) mendasari untuk bagaimana sebenarnya tindakan kasih anak-anak Allah seharusnya dilaksanakan dan bukan hanya diperagakan secara verbal/ucapan belaka.

2. Mengatasi keraguan dengan Kebesaran Allah.
1Yoh.3:20
3:20 sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.

Allah menghendaki domba gembalaannya mendapatkan "padang yang berumput hijau dan air yang tenang". Bukan hidup dengan kekuatiran dan ketidakpastian terhadap gembalanya. Perhatikan ucapan Kristus di Yoh.10-27-28 (10:27 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, 10:28 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.).
Perhatikan juga, bahwa tujuan Rasul Yohanes menulis surat ini adalah untuk menguatkan dan mengarahkan jemaat Kristus atas iman percaya mereka karena mereka dikacaukan oleh ajaran-ajaran palsu yang menyesatkan. Jadi, kemungkinan besar, ada pula ajaran-ajaran yang menyatakan bahwa "keselamatan diperoleh dari pengetahuan istimewa", juga bahwa keselamatan kita akan terluput karena kesalahan masa lalu, dosa orangtua kita, dll dsb. Dan hal ini menyebabkan keraguan atas keyakinan para pengikut Kristus.
Di sinilah Rasul Yohanes menguatkan dengan mengatakan, bahwa bila kita telah menerima Yesus sebagai Juruslamat kita, dan dengan saling mengasihi dalam perbuatan ~ maka walaupun ada keraguan dalam hati kita, tetapi Allah Maha Tahu tentang hati anak-anakNYA. bandingkan dengan Roma 8:1 Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.

3. Mengatasi keraguan dengan Iman Percaya
1Yoh.3:21-24
3:21 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah,
3:22 dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
3:23 Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.
3:24 Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.

Keragu-raguan kita dapat kita atasi dengan:

- Iman Percaya terhadap kekuatan doa dengan hidup menuruti segala perintahNYA dan berbuat apa yang berkenan kepadaNYA (1Yoh.3:21-22)

- Iman Percaya dalam Yesus Kristus Anak ALLAH dan menjalankan perintah mengasihi yang diberikan Yesus Kristus. (1Yoh.3:23)

- Iman Percaya bahwa Roh Kudus yang adalah Allah berdiam di dalam kita (1Yoh.3:24) = Bandingkan dengan Roma 8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

PENUTUP

Merangkum uraian di atas, maka pelajaran yang kita dapat kita ambil untuk kehidupan kita sekarang adalah:

1. Kasih adalah berupa tindakan yang diambil dalam kebenaran (ay.18). Kebenaran mana bersumber pada Yesus Kristus dan pengajaranNYA. Sehingga ketika kita mengenal kebenaran dalam ajaran Kristus, hati kita boleh tenang di hadapan Allah (ay.19). 

2. Allah lebih mengenal kita dari pada kita mengenal diri sendiri (ay.20). Oleh karena itu sepatutnyalah kita menyerahkan segalanya bukan kepada penilaian hati melainkan pada belas kasihan Allah. Betapapun kuat dan hebatnya suara hati menuduh, kita dapat menghampiri Allah yang penuh belas kasihan dan pengampunan. Inilah dasar keberanian kita untuk menghampiri Allah dan memohon pada-Nya (ay.21).

3. Ketika menghampiri Allah, kita harus menuruti segala perintah-Nya dan melakukan yang berkenan pada-Nya (ay.22). Ini merupakan bukti, bahwa kita memiliki relasi dengan Allah yaitu relasi yang dilandasi dan diwarnai dengan dan oleh kasih (ay.23). Sangat penting diperhatikan, bahwa ketulusan hati yang penuh kasih hanya muncul jika atau karena percaya sepenuhnya kepada Yesus Kristus.

4. Allah telah mengaruniakan Roh Kudus kepada kita (ay.24). Roh yang diberikan pada kita merupakan jaminan kuat bahwa kita adalah anak-anak Allah.

ITT - Jakarta, Minggu 28 Juli 2013

Wednesday, July 24, 2013

Roma 2:25-29

(Sesuai SBU - Rabu 14 Agustus 2013)

2:25 Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya.
2:26 Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat?
2:27 Jika demikian, maka orang yang tak bersunat, tetapi yang melakukan hukum Taurat, akan menghakimi kamu yang mempunyai hukum tertulis dan sunat, tetapi yang melanggar hukum Taurat.
2:28 Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah.
2:29 Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.

Yahudi sejati dan Sunat sejati

LATAR BELAKANG

Surat Roma ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat Kristus di kota Roma. Secara umum disetujui bahwa “duri dalam daging” Paulus adalah mata yang kabur, sehingga ia tidak secara fisik menuliskan sendiri surat ini, namun ia menggunakan tenaga penulis, Tertius (Roma 16:22).
Kemungkinan waktu penulisan kitab Roma adalah tahun 56-58 Masehi. Surat ini adalah salah satu dari sedikit kitab di Perjanjian baru yang dapat dilacak tanggal penulisannya dengan cukup akurat. Hal ini dilakukan dengan membandingkan Kis.20:2 dst. dengan Roma 15:17 dst. Kitab Roma kemungkinan besar ditulis di kota Korintus menjelang akhir perjalanan Paulus yang ke tiga, tepat sebelum ia berangkat ke Yerusalem.
Kemungkinan lain secara kronologis dari tulisan-tulisan Paulus menurut F. F. Bruce dan Murray Harris dengan sedikit penyesuaian adalah:


Surat ini sampai ke Roma diantar oleh Febe (Roma 16:1-2). Surat ini adalah surat terpanjang yang ditulis oleh Rasul Paulus dan dengan kandungan teologis yang amat penting dan mendalam.

Struktur surat Roma pasal 2 :

Roma 2:1-16
1-5 : Kritik terhadap superioritas.
6-11 : Penghakiman atas perbuatan.
12-16 : Aplikasinya (Yahudi gagal, Yunani gagal).
Tanda-tanda perjanjian (Taurat & Sunat) memang tidak dapat diabaikan, oleh karena itu Paulus menjelaskan posisi Taurat (17-24) dan Sunat (25-29) bukanlah keistimewaan rohani.

Roma 2:17-29
17-20 : Asumsi keistimewaan.
21-22 : Kecaman terhadap asumsi.
23-24 : Mereka bermegah terhadap Taurat, tapi justru melanggar Taurat.
25-29 : Ketidakbergunaan sunat.

Sunat
Kej.17:10-14 adalah dasar dari Hukum Taurat sehingga seluruh kaum Yahudi memegang teguh tradisi ini. Tradisi ini sedemikian teguhnya, sehingga ketika akhirnya mereka menjadi pengikut Kristus, maka orang-orang percaya Non-Yahudi pun dituntut harus melaksanakan sunat. Hal ini menjadi kunci pertikaian antara Yahudi dan Non Yahudi, Paulus dan kaum pengikut Kristus Yahudi.

URAIAN

Bacaan kita hari ini, adalah penggalan dari perikop Alkitab LAI: Hukum Taurat dan sunat tidak menyelamatkan orang Yahudi - yang mencakup Roma 2:17-29.
Sebelum masuk ke Roma 2:25-29, mari lihat sejenak ke ayat sebelumnya pada perikop di atas Roma 2:17-24.

1. Keyakinan yang berlebihan dari ketaatan beragama (Roma 2:17-20)
- Bermegah karena garis keturunan.
- Bermegah karena Hukum Allah/Taurat.
- Bermegah karena punya Allah yang memilih mereka.
- Bermegah karena menjadi bangsa pilihan Allah.

2. Pencemaran berbungkus ketaatan (Roma 2:21-24)
- Kemunafikan
- Menghina Allah dengan dosa melawan hukum Taurat sendiri.
- Mempermalukan Nama Allah bagi bangsa lain dengan perbuatan dosa itu.

Maka pada bacaan hari ini, kita dapat menguraikan ke dalam:

3. Sunat Sejati

Roma 2:25 
2:25 Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya.

Kaum Yahudi beranggapan bahwa keselamatan mereka terjadi hanya karena tanda lahiriah, yaitu sunat, Para Rabbi Yahudi bahkan mengajarkan bahwa Abraham akan menunggu pintu neraka dan akan mencegah kaum bersunat untuk masuk neraka!
Paulus menekankan bahwa sunat tiada berguna bila hukum Taurat dilanggar.

Roma 2:26-29a
2:26 Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat?
2:27 Jika demikian, maka orang yang tak bersunat, tetapi yang melakukan hukum Taurat, akan menghakimi kamu yang mempunyai hukum tertulis dan sunat, tetapi yang melanggar hukum Taurat.
2:28 Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah.
2:29 Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah.

Paulus kemudian melanjutkan dengan memaparkan bahwa bila seseorang hidup benar di hadapan Allah dengan ketulusan, maka mereka akan berkenan dihadapanNYA lebih daripada kepada kaum bersunat/Yahudi yang hidup seperti pada point 1 dan 2 di atas.
Lebih dari itu untuk kita ketahui; Bangsa Yahudi percaya bahwa orang benar akan menghakimi orang fasik (1Kor 6:2). Mereka selalu menempatkan diri mereka sendiri sebagai orang benar, yang akan menghakimi, sedangkan bangsa lain sebagai orang fasik.
Pandangan Paulus disini berakar dari ajaran Yesus (Mat 12:41-42 = 12:41 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus! 12:42 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!; juga Luk 11:31-32). 

Konsep itu juga dipakai oleh Paulus untuk membalikkan keadaan kaum Yahudi. Bagaimana kalau mereka yang dihakimi oleh kaum tidak bersunat?

Sunat dalam hati, bukanlah konsep baru oleh Paulus. Perjanjian Lama berkali-kali menekankan perlunya sunat secara rohani (Ulangan 10:16 Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.; Yeremia 4:4 Sunatlah dirimu bagi TUHAN, dan jauhkanlah kulit khatan hatimu, hai orang Yehuda dan penduduk Yerusalem, supaya jangan murka-Ku mengamuk seperti api, dan menyala-nyala dengan tidak ada yang memadamkan, oleh karena perbuatan-perbuatanmu yang jahat!").

Roma 2:29b
29b Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.

Allah tidak melihat sesuatu secara eksternal atau kelihatan saja. Perbuatan memang menjadi kriteria penghakiman Allah (ayat 6-11), tetapi perbuatan tersebut terkait dengan hati manusia yang paling dalam (Roma 2:16). Penekanan pada aspek batiniah disini merupakan kritikan keras terhadap sikap Bangsa Yahudi yang cenderung mengagungkan hal-hal yang lahiriah, misalnya hukum Taurat yang tertulis, sunat, kebangsaan, dll.

PENERAPAN

Kali ini, penulis tidak akan membuat suatu kesimpulan, tetapi menawarkan suatu terobosan kontroversial dengan me-reformulasi dan menulis ulang Roma 2:25-29 dalam konteks kehidupan pengikut Kristus sekarang ini. (kata sunat diganti dengan baptis)

"Baptisan memang ada gunanya, jika engkau mentaati Ajaran Kristus; tetapi jika engkau melanggar Ajaran Kristus, maka baptisanmu tidak ada lagi gunanya. Jadi jika orang yang belum dibaptis memperhatikan dan melakukan Ajaran Kristus, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah dibaptis?"
"Jika demikian, maka orang yang belum dibaptis, tetapi yang melakukan Ajaran Kristus, akan menghakimi kamu yang mempunyai Alkitab dan baptisan, tetapi yang melanggar Ajaran Kristus.
Sebab yang disebut Orang Kristen bukanlah orang yang lahiriah Kristen atau lahir dari orangtua dan keluarga yang sudah Kristen, dan yang disebut baptis, bukanlah baptisan yang dilangsungkan secara lahiriah saja". "Tetapi orang Kristen sejati ialah dia yang tidak nampak kekristenannya dan baptisan ialah baptis di dalam hati, secara rohani, bukan secara lahiriah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah."

Rasul Paulus mengkritik dengan keras kaum Yahudi, dan kritikan tersebut masih tetap relevan bagi kita sebagai pengikut Kristus yang dalam perkembangan dan praktek keagamaannya dari hari ke hari, semakin mendekati sikap kaum Yahudi, yang hanya mementingkan lahiriah daripada batiniah!

ITT - Jakarta, Rabu 24 Juli 2013. 

Sunday, July 21, 2013

Kejadian 11:1-9

(Sesuai SBU - Rabu, 7 Agustus 2013)

11:1 Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya.
11:2 Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.
11:3 Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan tér gala-gala sebagai tanah liat.
11:4 Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."
11:5 Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu,
11:6 dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.
11:7 Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."
11:8 Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.
11:9 Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.

Babel

LATAR BELAKANG

Ada beberapa hal yang perlu dipahami dan melatar-belakangi bacaan kita pekan ini.

1. Secara struktur, Kitab Kejadian pasal 11:1-9 ini adalah suatu akhir dari bagian pertama kitab Kejadian, yaitu "Sejarah mula-mula". Pasal 12 s/d selesai di pasal 50, akan berkisah mengenai Janji Allah kepada Abraham, Ishak, Yakub dan kisah lahirnya bani Israel, serta kisah Yusuf dan Israel di Mesir.
Secara garis besar Kitab Kejadian dapat dilihat sebagai:
- Kej.1 - 11:9 = Sejarah mula-mula
- Kej.11:10 - 11:32 = Daftar Keturunan
- Kej.12 - 25:11 = Kisah Abraham
- Kej.25:12-18 = Daftar Keturunan
- Kej.25:19 - 35:22a = Kisah Yakub
- Kej.35:22b - 36:43 = Daftar Keturunan
- Kej.37 - 46:7 = Kisah Yusuf
- Kej.46:8-27 = Daftar Keturunan
- Kej.46:28 - 50 = Tinggal di Mesir
Sejarah mula-mula (lebih terkenal dengan istilah ‘Primeval History’) dalam Kej. 1:1-11:9 merupakan awal persiapan seluruh isi kitab ini. Bagian ini memaparkan permulaan kehidupan manusia di tamab Eden dan bagaimana kehidupan tersebut akhirnya harus diakhiri karena ketidaktaatan manusia. Akhirnya dimulailah babak kehidupan manusia seperti yang kita ketahui sekarang. Mulai pasal 12 dan teks-teks selanjutnya, perhatian difokuskan pada leluhur bangsa Israel, yaitu Abraham, Ishak dan Yakub. Gambaran kehidupan yang dialami ke-3 bapa leluhur tersebut setidaknya mewakili atau menggenapi gambaran kehidupan pada bagian sebelumnya.

2. Bacaan pekan ini Kej.11:1-9 melatar-belakangi Kej.10 dan bukan sebaliknya. Dengan pemahaman ini, kita tidak akan dibingungkan ketika membaca Kitab Kejadian pasal demi pasal. Salah satu petunjuk: Kej.10:5, Kej.10:10 dan Kej.10:25 yang awal terjadinya dikisahkan dalam Kej.11.

3. Kej.1-5 jelas menunjukkan bahwa semua manusia berasal dari Adam dan Hawa. Selanjutnya Kej.10 menunjukkan bahwa semua manusia berasal dari Nuh dan istrinya (khususnya baca Kej 10:32). Karena air bah memusnahkan semua manusia kecuali Nuh dan keluarganya, maka jelas bahwa semua manusia saat setelah itu (khususnya dalam konteks bacaan ini), adalah keturunan Nuh.

4. Setelah air bah. Allah mengeluarkan FirmanNYA di Kej.9:1-17 (dengan pola perintah dan janji seperti yang pernah kita pelajari di Kej.13:14-18). Secara khusus perintahNYA di Kej.9:1 = Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi.

URAIAN

Kej.11:1-2
11:1 Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya.
11:2 Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.

Melaksanakan Perintah

Ayat 1 menjelaskan keadaan awal seluruh manusia pasca air bah. Manusia punya satu bahasa dan satu logat, ini menunjukkan bahwa mereka berasal dari satu pasang manusia, dalam hal ini Nuh yang adalah keturunan ke-9 dari Adam (Daftar keturunan Adam sampai Israel dapat di unduh di sini). Ayat 2 adalah pelaksanaan perintah Allah untuk memenuhi bumi (Kej.9:2). Adapun awal keberangkatan anak-anak Nuh dan keturunannya itu bermula dari pegunungan Ararat (1) ke sebelah Timur, sehingga menjumpai tanah Sinear (3) yang terletak di dataran Mesopotamia (lihat gambar).


Kej.11:3-4
11:3 Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan tér gala-gala sebagai tanah liat.
11:4 Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."

Jatuh (lagi) dalam Dosa

Ayat 3 memperlihatkan bahwa pada saat itu, manusia telah mampu membuat batu bata yang dibakar dan dalam penggunaannya dilekatkan dengan aspal (ter). Ini merupakan suatu perkembangan/terobosan baru dalam teknologi pembangunan untuk menggantikan batu dan tanah liat. Dengan ukuran dan daya rekat yang kuat, ini berarti menghasilkan keseimbangan dan kekuatan yang merata, sehingga dapat dipakai untuk membangun struktur bangunan yang (lebih) tinggi dan kuat. Hal yang menarik diperhatikan, bahwa walaupun ahli teknologi, arkeologi (sejarah/pra-sejarah) dan ilmu pengetahuan lain sering menganggap Alkitab sebagai dongeng atau cerita yang tidak/kurang akurat, tetapi apa yang tertulis di Alkitab justru selalu menjadi dasar penelitian mereka. Dari ayat ini pula, dapat diketahui bahwa pada saat itu (menurut beberapa ahli saat itu antara tahun 2400 - 2300 SM) teknologi pembuatan batu bata dan pembangunan bangunan tinggi telah diketahui oleh manusia.

Latar belakang dari ayat 4 yang perlu diketahui adalah:
- Pada saat itu manusia masih tinggal secara berpindah dan belum membangun rumah permanen.
- Bangunan permanen seperti menara atau kota lebih cenderung dibangun untuk ibadah/penyembahan.
- Jadi suatu kota awalnya adalah bangunan suci yang akhirnya menjadi tempat tinggal didekat/sekitar bangunan  tersebut.
- Model menara yang tinggi dikenal sebagai ziggurat, yang berupa menara dengan tangga batu - biasanya dibangun oleh bangsa Sumeria, Babilonia, Elam, dan Akkadia - sebagai tempat turun naiknya allah mereka, atau penghubung langit dan bumi.

Dengan latar belakang itu, kita segera melihat adanya suatu pemberontakan baru umat manusia terhadap Allah di ayat 4 ini.
- Dosa ini terjadi lagi walaupun masih lekat pada mereka bagaimana Allah menghukum manusia dengan air bah dan memusnahkan manusia berdosa, selain Nuh dan keluarganya. Dengan memakai Peleg (Kej.10:25) - Peleg berarti "terbagi" - dan memakai Kej.11:10-16 - bisa diketahui bahwa Peleg lahir 101 tahun setelah air bah (2+35+30+34=101). Hanya berselisih sekitar 100 tahun dan dosa melawan Allah kembali terjadi (mengingat panjangnya usia manusia pada waktu itu, 100 tahun adalah waktu yang cukup singkat).
- Dosa ini adalah melawan Perintah Langsung dari Allah dengan tidak mau terserak ke seluruh bumi.
- Dosa timbul dari adanya kemampuan di ayat 3 sehingga meninggikan diri sendiri di ayat 4.

Kej.11:5-7
11:5 Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu,
11:6 dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.
11:7 Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."

Tindakan Allah

Pemaparan turunnya TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan di ayat 5, adalah suatu gaya bahasa yang biasa disebut Anthropomorphism atau personifikasi yang menggambarkan Allah sebagai manusia. Gaya bahasa ini juga mengandung sinisme dan humor, karena kalau saja menara tersebut tingginya sampai ke langit, untuk apa TUHAN berusaha turun dan melihat? Toh dari atas sana sudah kelihatan! - tapi yang jelas kita tangkap di sini, adalah pembangunan menara dengan maksud dan tujuan di ayat 4 menarik perhatian Allah!

Ayat 6 dan 7 merupakan suatu rangkuman tindakan Allah dengan menyatakan KasihNYA. Mengapa demikian?
- Allah yang sudah dan pasti mengetahui motivasi manusia yang jahat dan berdosa tidak menghukum dengan kejam seperti air bah lagi, sesuai janji kasihNYA di Kej.8:21
- Tindakan Allah lebih kelihatan sebagai suatu pencegahan. Bukankah mudah saja IA menghukum mereka dengan menghancurkan menara dan kota itu? Tetapi dengan mengacaukan bahasa, manusia akan berhenti berkomunikasi dan sulit untuk bekerjasama lagi.
- Pernyataan Allah dalam FirmanNYA bahwa: "Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana." - menunjukkan bagaimana sempurna dan hebatnya ciptaan Allah, sehingga apa yang manusia rencanakan dengan usaha yang sungguh dan berkenan bagiNYA, pasti akan terlaksana.
- Jadi TUHAN mengacaukan bahasa manusia untuk mencegah mereka berbuat dosa yang lebih hebat lagi dan supaya memenuhi peritahNYA di Kej.9:1 supaya berpencar!

Kej.11:8-9
11:8 Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.
11:9 Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.

Akibat Tindakan Allah

- Pembangunan Kota dan menara berhenti dan gagal.
- Terjadi kekacauan sehingga manusia berpencar dan berserakan ke berbagai penjuru bumi dalam kelompok bangsa dan bahasa mereka sendiri (tetap dalam suatu kesatuan, tetapi lebih kecil).
- Ada banyak bahasa yang timbul karena pemisahan ini. Kalaupun banyak persamaan kata dalam berbagai bahasa, tentu kita maklumi, karena bahasa sebenarnya timbul dari satu asal sebelum dikacau-balaukan TUHAN.
- Nama Babel dikenal sekarang dengan istilah "kebingungan" dari kata Ibrani "balal". Tetapi asal kata aslinya adalah dari bahasa Babilonia sendiri. Babel (bab-ilim) berarti Pintu gerbang tuhan. 

KESIMPULAN

1. Sesuai dengan Firman Tuhan yang berisi Perintah, berkat dan janjiNYA di Kej.9:1-17, Kasih TUHAN dinyatakan bagi manusia yang sebelumnya telah dimusnahkan TUHAN karena keberdosaan mereka - Kasih itu mengalir melalui Nuh yang hidup benar di hadapanNYA, sehingga dari keturunan Nuh-lah perintah, berkat dan janji TUHAN ini diberikan.

2. Pada awalnya perintah itu dipatuhi, tetapi kemudian ketika mereka tiba di tempat yang lebih baik di tanah Sinear, maka dosa kembali melanda dan manusia bangkit melawan perintah TUHAN. Bahkan pengetahuan dan kemampuan yang manusia peroleh dari TUHANpun menjadikan mereka sombong dan melawan TUHAN. Perhatikan bahwa pengetahuan dan kemampuan manusia ditopang oleh otak sebagai pusat daya pikir dan didukung oleh pengajaran TUHAN sendiri (melalui NUH TUHAN mengajar membuat bahtera). Jadi tidak ada sebenarnya istilah "Belajar Sendiri" atau "Beradaptasi", karena asal muasal semua kemampuan tersebut adalah Karya Sang Pencipta.

3. Bukan oleh pembangunan kota dan menara yang ditentang TUHAN, tetapi maksud tujuan dan kesombongan manusia serta sikap yang melawan perintah TUHAN. Jadi membangun suatu menara atau bangunan tinggi bukanlah merupakan dosa. Yang menjadi dosa, adalah ketika pembangunan menara atau bangunan yang tinggi dimaksudkan untuk mencapai langit dan pemujaan terhadap allah lain, disertai kesombongan untuk mencari nama dan melawan perintah TUHAN. Ayat ini biasanya disalah-gunakan dengan mengecam pembangunan pencakar langit dan menara yang tinggi di masa kini. 

4. Kemampuan manusia dan segala apapun yang manusia lakukan hendaknya senantiasa memuliakan Allah seperti yang dimaksud di 1 Kor 10:31. Juga meninggikan diri akan berujung kepada dosa dan akibatnya. Yesus Kristus sendiri mengajarkan kepada kita di Mat.23:12 Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. - 1Petrus 5:5-6 Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.

5. TUHAN menyukai persatuan. Yang dibenciNYA adalah kalau persatuan itu dilakukan untuk berbuat dosa. Perhatikan bahwa dalam bacaan kita, tidak ada seorangpun yang mencegah dibangunnya menara dan kota ini. Ini menunjukkan bahwa yang menentukan salah benar, dosa tidaknya suatu hal adalah suara mayoritas dan bukan Firman TUHAN! Jebakan mayoritas sering kita alami dalam pengambilan keputusan di kalangan Gereja dengan voting/pemungutan suara terbanyak, untuk hal-hal yang sebenarnya diatur dalam Firman TUHAN, atau kita takut berpendapat sesuai Firman TUHAN karena suara terbanyak/mayoritas berpandangan sebaliknya. Bandingkan Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

ITT - Jakarta, Minggu 21 Juli 2013

Wednesday, July 17, 2013

Kejadian 39:11-23

(Sesuai SBU - Rabu, 31 Juli 2013)

39:11 Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorang pun tidak ada di rumah.
39:12 Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar.
39:13 Ketika dilihat perempuan itu, bahwa Yusuf meninggalkan bajunya dalam tangannya dan telah lari ke luar,
39:14 dipanggilnyalah seisi rumah itu, lalu katanya kepada mereka: "Lihat, dibawanya ke mari seorang Ibrani, supaya orang ini dapat mempermainkan kita. Orang ini mendekati aku untuk tidur dengan aku, tetapi aku berteriak-teriak dengan suara keras.
39:15 Dan ketika didengarnya bahwa aku berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannyalah bajunya padaku, lalu ia lari ke luar."
39:16 Juga ditaruhnya baju Yusuf itu di sisinya, sampai tuan rumah pulang.
39:17 Perkataan itu jugalah yang diceritakan perempuan itu kepada Potifar, katanya: "Hamba orang Ibrani yang kaubawa ke mari itu datang kepadaku untuk mempermainkan aku.
39:18 Tetapi ketika aku berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannya bajunya padaku, lalu ia lari ke luar."
39:19 Baru saja didengar oleh tuannya perkataan yang diceritakan isterinya kepadanya: begini begitulah aku diperlakukan oleh hambamu itu, maka bangkitlah amarahnya.
39:20 Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana.
39:21 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu.
39:22 Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya.
39:23 Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil.

Di Penjarapun Tuhan tetap Menyertai

Pengantar

Untuk menggambarkan pribadi Yusuf; ada suatu kutipan yang menarik dari kata-kata bijak Martin Luther: "“Even if I knew that tomorrow the world would go to pieces, I would still plant my little apple tree and pay my debts.” (Walau aku tahu besok dunia akan berakhir, aku akan tetap menanam pohon dan membayar utangku) - (Martin Luther dikenal sangat menyayangi tumbuhan dan selalu meluangkan waktunya di taman/kebunnya) - kalimat ini kalau disederhanakan berarti: Apapun yang terjadi, aku akan tetap melakukan hal yang benar dan melayaniNYA dengan kebenaran itu". Kira-kira itulah yang bisa kita pakai untuk mengenal pribadi Yusuf dalam bacaan kita ini.

Selebihnya yang kita tahu mengenai Yusuf sampai dengan bacaan ini adalah:
(Dari Kejadian 37 & 39):

- Yakub sangat menyayangi Yusuf, lebih dari saudara-saudaranya yang lain, karena Yusuf lahir dari Rahel, istri kesayangannya. Yakub membuat jubah berwarna warni khusus untuk Yusuf.
- Sejak belia Yusuf dapat menafsirkan mimpi. Ia menceritakan 2 mimpinya, dimana dua-duanya menggambarkan saudara-saudaranya, bahkan ayah dan ibunya akan bersujud menyembahnya.
- Kedua hal di atas menyebabkan saudara-saudaranya dari ibu-ibu lain menjadi iri hati dan benci kepada Yusuf.
- Ketika berusia 17 tahun, Yusuf disuruh Yakub mencari saudara-saudaranya yang menggembalakan domba di kota lain. Ketika itulah Yusuf ditangkap oleh saudara-saudaranya dan hendak dibunuh. Ruben, kakak sulung, mencegah, sehingga mereka akhirnya hanya membuang Yusuf ke dalam sumur kering.
- Sewaktu Ruben tidak berada di dekat sana, atas usulan Yehuda saudara-saudara yang lain menjual Yusuf kepada pedagang Midian dan Ismael yang lewat di situ dalam perjalanan ke Mesir.
- Yakub ayahnya, menyangka Yusuf telah tewas, karena laporan palsu saudara-sadara Yusuf.
- Di Mesir, Yusuf dijual menjadi budak pegawai istana, Potifar. 
- Yusuf selalu disertai Tuhan sehingga pekerjaannya selalu berhasil.
- Selanjutnya Yusuf diangkat sebagai kepala urusan rumah tangga dan harta Potifar.
- Menolak bujuk rayu istri Potifar untuk berbuat serong, difitnah oleh istri Potifar, sehingga akhirnya dijebloskan ke penjara.
- Di penjarapun tetap disertai Tuhan sehingga beroleh kepercayaan kepala penjara sebagai pengurus seluruh tahanan.

Selanjutnya, Kitab Kejadian 40 s/d akhirnya di pasal 50, menjadikan Yusuf sebagai tokoh sentral kisahnya, dan ditutup dengan wafatnya Yusuf di Kej.50:26 (Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir.)



Uraian

Sekali lagi kita pelajari dari bacaan kita ini, bahwa segala Rancangan Allah tidak akan dapat dibendung oleh manusia. Bahkan usaha (jahat) manusia untuk membendung rencana itu, justru akan dipakai Allah sebaliknya, bahkan akan semakin mensukseskan Rencana Allah tersebut.
Yusuf yang sejak usia belia diberi mimpi oleh Allah menimbulkan kesayangan dan kebencian. Lebih disayang oleh ayahnya yaitu Yakub, karena ia lahir dari Rahel, istri yang sangat dikasihi Yakub - dan dibenci oleh saudara-saudaranya karena cemburu oleh kasih sayang ayah mereka yang lebih kepada Yusuf dan oleh mimpi-mimpi Yusuf itu serta boleh jadi karena Yusuf jauh lebih tampan dari mereka semua (Kej.36b: Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya). Dalam Tradisi Islam, ketampanan Yusuf dilukiskan sebagai: "Setengah dari seluruh keindahan yang disediakan Allah untuk manusia diberikan kepada Yusuf; setengahnya lagi untuk seluruh umat manusia yang lain."

Kej.39:11-19
39:11 Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorang pun tidak ada di rumah.
39:12 Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar.
39:13 Ketika dilihat perempuan itu, bahwa Yusuf meninggalkan bajunya dalam tangannya dan telah lari ke luar,
39:14 dipanggilnyalah seisi rumah itu, lalu katanya kepada mereka: "Lihat, dibawanya ke mari seorang Ibrani, supaya orang ini dapat mempermainkan kita. Orang ini mendekati aku untuk tidur dengan aku, tetapi aku berteriak-teriak dengan suara keras.
39:15 Dan ketika didengarnya bahwa aku berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannyalah bajunya padaku, lalu ia lari ke luar."
39:16 Juga ditaruhnya baju Yusuf itu di sisinya, sampai tuan rumah pulang.
39:17 Perkataan itu jugalah yang diceritakan perempuan itu kepada Potifar, katanya: "Hamba orang Ibrani yang kaubawa ke mari itu datang kepadaku untuk mempermainkan aku.
39:18 Tetapi ketika aku berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannya bajunya padaku, lalu ia lari ke luar."
39:19 Baru saja didengar oleh tuannya perkataan yang diceritakan isterinya kepadanya: begini begitulah aku diperlakukan oleh hambamu itu, maka bangkitlah amarahnya.

Setia dalam Cobaan

Kunci dari penolakan Yusuf adalah sikapnya yang setia, bertanggungjawab dan takut akan Allah. Ini keluar dari mulut Yusuf yang menolak ajakan istri Potifar itu, ketika ia diajak berlaku serong (Kej.39:9b Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"). Dan walaupun penolakan itu jelas dan tegas, perhatikan bahwa cobaan itu terus mendera Yusuf dan berlangsung dari hari ke hari (Kej.39:10 Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia.) - Luar biasa beratnya cobaan itu, apalagi bagi seorang yang sangat muda seperti Yusuf - bandingkan dengan cobaan bagi pemuda dan pemudi sekarang, dengan banyaknya pornografi di internet, cara pacaran yang bebas dan narkoba.

Mari lihat keadaan Yusuf dalam cobaan ini.

1. Cobaan Yusuf datang di saat ia baru saja mengalami promosi.
Dari seorang budak belian menjadi kepala rumah tangga dan harta dari seorang kaya dan berkedudukan seperti Potifar (seorang mesir, pegawai istana Firaun, kepala pengawal raja) bukanlah suatu langkah kecil. Itu adalah suatu promosi yang besar karena menyangkut kepercayaan penuh dari seorang tuan yang berbeda suku bangsa, adat istiadat dan derajat. Kunci keberhasilan bagi Yusuf tersebut terletak di Kej.39:2 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.
Jadi tanggungjawab yang semakin besar itu mendatangkan cobaan. Walaupun Yusuf bisa saja berbuat apa saja dengan kuasanya sekarang, tetapi ia tidak melakukannya karena takut akan Allah tersebut. 
Untuk itu kita senantiasa diingatkan, bahwa dalam kemenangan, dalam kesukacitaan, kita senantiasa harus waspada. (1Kor 10:12 Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!) - bandingkan dengan Raja Daud; kemenangan yang ia peroleh selama peperangan dengan berhadapan bahaya maut, berhasil ia lewati dengan baik. Tetapi ketika ia sedang menikmati kemenangannya dengan diam tentram dan aman di istana raja, justru ketika itu pula ia jatuh dan kalah oleh dosa ketika melihat Batsyeba binti Eliam (2Sam 11:2 Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya.).

2. Cobaan Yusuf datang karena kelebihannya.
Hanya ada 3 tokoh di Alkitab yang dilukiskan elok dan tampan rupanya. Yusuf (Kej.39:6b), Daud (1Sam 16:12) dan Absalom (2Sam 14:25). Dan hanya Yusuf yang berhasil melewati cobaan oleh ketampanannya itu. Bukan saja itu, kelebihan karena kasih sayang Yakub yang lebih banyak kepada Yusuf juga mendatangkan sengsara, karena saudara-saudaranya membencinya dan akhirnya menjualnya sebagai budak. Sekali lagi kita belajar, bahwa segala kelebihan juga dapat mendatangkan hal yang tidak menyenangkan. Kelebihan merupakan tanggung jawab, bukan untuk disalah-gunakan.

Dari 2 macam cobaan di atas, Yusuf membuktikan bahwa dirinya tetap setia kepada Allah. Dan ketika cobaan itu sudah begitu dekat dan mendera; Yusuf melakukan suatu hal yang sangat tepat, yaitu "lari". Ya, ia melarikan diri, karena untuk cobaan seksual semacam itu, tidak ada jalan lain kecuali menghindarkan diri sejauh-jauhnya - Allah mengajarkan hal ini kepada kita melalui kisah Yusuf.

Kej.39:20-23
39:20 Lalu Yusuf ditangkap oleh tuannya dan dimasukkan ke dalam penjara, tempat tahanan-tahanan raja dikurung. Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana.
39:21 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu.
39:22 Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya.
39:23 Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil.

Berkat yang tersamar

Setiap kali cobaan menerpa kehidupan kita, maka kebanyakan kita akan melihatnya sebagai dukacita. Bagaimana tidak? Dalam usia yang sangat muda (pada konteks ini usia 20 tahunan), Yusuf mengalami gelombang kehidupan yang sangat keras. Dianiaya saudara-saudaranya, dihempaskan ke lubang sumur, dijual sebagai budak, dan baru saja beberapa tahun menjalani kehidupan yang membaik dengan bekerja di rumah Potifar serta sekarang harus kembali dihempaskan ke penjara - dan ini semua terjadi bukan karena kesalahannya!

Tetapi dari semua ini, apa yang Yusuf alami bukan lain dari berkat yang tersamar yang Allah rancangkan bagi kehidupannya. 
"Berkat? Apa tidak salah? Berkat apa yang didapat dengan dipenjara?" Tentu kita akan bertanya demikian.
Untuk itu mari kita lihat dengan persepsi Allah, yang biasa kita baca di Pengkhotbah 3:1 (3:1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.) dan keseluruhan pasal 3 tersebut. Dengan dasar itu, kita akan melihat cobaan dengan cara:

1. Cobaan bukan dan tidak pernah berasal dari Allah. Yak.1:13 (1:13 Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.)

2. Cobaan itu selalu dari manusia itu sendiri. Yak.1:14-15 (1:14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. 1:15 Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.)

3. Selalu ada jalan keluar dalam cobaan. 1Kor.10:13 (Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya).
Jalan keluar bagaimana? Allah, melalui Yusuf mengajarkannya kepada kita;

- Melihat setiap bentuk cobaan sebagai dosa. Yusuf menyatakan secara tegas bahwa itu dosa (Kej.39:9). Bandingkan dengan cara masa kini manusia menyebut dosa; Film cabul disebut hiburan dewasa, perzinahan disebut affair, kata kotor disebut latah, homoseksual/lesbianisme disebut gaya hidup alternatif dst. Membungkus dan menyembunyikan dosa dengan istilah manis!

- Menghadapi dengan tindakan penolakan. Yusuf tidak mengatakan "jangan, nanti ada orang" tapi menjawab dengan tegas bahwa ini dosa!

- Penolakan Yusuf konsisten dan terus menerus.(Kej.39:10 Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia.)

- Menghindari dan lari dari dosa cobaan itu. Yusuf tidak lagi mau membicarakan ini baik-baik, tetapi ia lari.

Apa yang Yusuf lakukan dalam menghadapi cobaan berkenan di hadapan Allah, dan bukankan Allah senantiasa beserta Yusuf?
Coba kita lihat, seandainya Yusuf tidak dipenjara.

- Dalam usia mudanya, dengan tanggungjawab yang besar dan kekuasaan yang besar, bisa jadi lama-lama Yusuf akan lupa diri sehingga terpengaruh dengan kehidupan bebas masyarakat Mesir waktu itu.
- Dalam usia mudanya, hasrat seksual yang mulai bergejolak serta digodai terus menerus oleh istri Potifar, bisa jadi suatu saat Yusuf akan gagal menolaknya.

Dan akhirnya, .... supaya Rencana dan Rancangan Allah bagi Yusuf berhasil, maka Allah mengambil Yusuf dari tempat yang enak di rumah Potifar dan menempatkannya di penjara. Penjara adalah tempat baru bagi Allah mengasah Yusuf supaya bersinar ... tepat pada waktuNYA. Bahkan fitnah istri Potifar tidak akan mampu membendung rencanaNYA, malah semakin membantu.
Bandingkan Maz.105:17-19 (105:17 diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak. 105:18 Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, 105:19 sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya.)

Seperti Yesus di Yes.53:7, tidak ada tercatat pembelaan diri dari Yusuf ketika ia akan dipenjara. Tetapi semuanya ia jalankan dengan tetap setia kepada Allah. Dan karena Allah menyertai Yusuf senantiasa, Yusuf bahkan menjadi kesayangan kepala penjara dan menjadi orang kepercayaan di dalam penjara. Jadi apa yang kelihatan sebagai cobaan bagi Yusuf, adalah cara Allah menyatakan berkatNYA. Menyelamatkan Yusuf dari cobaan dengan memindahkan ia ke penjara.

Dikemudian hari, atas segala yang ia alami, Yusuf menjawab saudara-saudaranya dan memberikan kesaksiannya di Kej. 50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

Penutup

Banyak dari tokoh Alkitab mengalami peristiwa dipenjara. Yusuf, Simson, Daniel, Yeremia, Hosea, Yohanes Pembaptis, Yohanes, Petrus, Paulus dan Silas mengalami hidup di penjara, dan dalam penjara itulah Allah menyatakan kasih dan kuasaNYA kepada mereka. Penjara adalah masa terburuk dalam kehidupan mereka dan dari situlah kita bisa belajar bahwa walaupun dalam masa tersebut, kesetiaan mereka terhadap Allah tidak pernah kendor dan tetap membara. Kita juga belajar, bahwa dalam masa apapun, Tuhan tetap merancangkan keselamatan bagi kehidupan kita. Masa-masa buruk tersebut Tuhan pakai untuk mengajar kita bertobat, mengajar kita lebih setia, mengajar kita akan penggenapan rencanaNYA dan mengajar kita untuk terus berkarya bagi pekerjaanNYA.

Pelajaran menarik dari Yusuf:

Dalam melewati masa-masa kelam dalam pencobaan di kehidupannya, secara menyeluruh dapat kita lihat dan simpulkan bahwa Yusuf banyak belajar dari pengalamannya itu. Ia belajar untuk hidup baik dengan sesamanya, ia belajar kemampuan administrasi mengelola rumah dan penjara, bahkan negara, dan yang paling utama ia belajar tentang ketaatan dan kesetiaan kepada Allah akan menghasilkan berkat.

Perhatikan pola berjenjang ini:

a. Yusuf dipercaya atas suatu penugasan. Kej.37:13-14 (37:13 Lalu Israel berkata kepada Yusuf: "Bukankah saudara-saudaramu menggembalakan kambing domba dekat Sikhem? Marilah engkau kusuruh kepada mereka." Sahut Yusuf: "Ya bapa." 37:14 Kata Israel kepadanya: "Pergilah engkau melihat apakah baik keadaan saudara-saudaramu dan keadaan kambing domba; dan bawalah kabar tentang itu kepadaku." Lalu Yakub menyuruh dia dari lembah Hebron, dan Yusuf pun sampailah ke Sikhem.)

b. Yusuf dipercaya sebagai kepala pengurus rumah tangga. Kej.39:4 (39:4 maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf)

c. Yusuf dipercaya sebagai pengurus tahanan di penjara. Kej.39:22-23 (39:22 Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya. 39:23 Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil)

d. Yusuf dipercaya sebagai kuasa atas suatu negara. Kej.41:40-41 (41:40 Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu."41:41 Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.)

Pola Allah membentuk Yusuf, adalah dengan melatih Yusuf melalui berbagai kerikil kehidupan sehingga ia menjadi tahan uji dan semakin bijak dan layak dipakai dalam Pekerjaan Allah.

Bandingkan dengan ucapan Tuhan kita Yesus Kristus dalam perumpamaanNYA di Mat.25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. dan di Lukas 16:10 "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.

Demikian pula, Allah melatih kita melalui berbagai hal dalam kehidupan kita, utamanya masa-masa suram - untuk membuat kita siap dan mampu mengemban tugas pelayanan kita sebagai muridNYA dalam dunia ini. Bukankah kunci keberhasilan Yusuf dan kemudian kita sebagai murid Yesus, adalah karena Tuhan beserta kita senantiasa?

ITT - Jakarta, Rabu 17 Juli 2013