Kita semua hidup di alam 3 dimensi; dimensi ruang, gerak dan waktu ... yang membuat kita nyata dan eksis di alam ciptaan Tuhan ini. Sebagaimana dimensi alam, manusia juga punya dimensi berpikir, berujar dan bertindak. Bila satu dimensi berkurang, kita seperti televisi yang hanya punya tampilan gerak dan suara tetapi tidak nyata ..... Mari berusaha mengharmonisasi ketiga dimensi ini supaya kita nyata dan berguna, seperti kehendak-Nya menciptakan kita.

Blogspot Kumpulan Artikel dan Pengajaran Kristen dalam Lingkungan GPIB

Friday, November 18, 2022

Galatia 3:15-22

Perikop LAI: Hukum Taurat atau janji (Gal 3:15-29)

3:15 Saudara-saudara, baiklah kupergunakan suatu contoh dari hidup sehari-hari. Suatu wasiat yang telah disahkan, sekalipun ia dari manusia, tidak dapat dibatalkan atau ditambahi oleh seorang pun.
3:16 Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus.
3:17 Maksudku ialah: Janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga janji itu hilang kekuatannya.
3:18 Sebab, jikalau apa yang ditentukan Allah berasal dari hukum Taurat, ia tidak berasal dari janji; tetapi justru oleh janjilah Allah telah menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abraham.
3:19 Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat? Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran -- sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu -- dan ia disampaikan dengan perantaraan malaikat-malaikat ke dalam tangan seorang pengantara.
3:20 Seorang pengantara bukan hanya mewakili satu orang saja, sedangkan Allah adalah satu.
3:21 Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat.
3:22 Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya.

PENGANTAR

Setelah Kabar Baik tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal; tidak perlu -- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah provinsi Roma di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Allah, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi. 

Surat Paulus Kepada Jemaat-jemaat di Galatia  ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran salah itu, supaya mereka kembali taat kepada  ajaran yang benar. Paulus mulai dengan mengatakan bahwa ia berhak  disebut rasul Yesus Kristus. Dengan tegas Paulus mengatakan bahwa  panggilannya untuk menjadi rasul berasal dari Allah, bukan dari  manusia. Juga bahwa tugasnya ditujukan terutama sekali kepada  orang bukan Yahudi (Pasal 1-2). Setelah itu Paulus membentangkan pendiriannya bahwa hubungan manusia dengan Allah menjadi baik  kembali hanya melalui percaya kepada Allah (Pasal 3-4). Di dalam pasal-pasal terakhir buku ini (Pasal 5-6), Paulus menunjukkan bahwa cinta kasih yang timbul pada diri orang Kristen karena ia percaya  kepada Kristus, akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu  melakukan perbuatan-perbuatan Kristen.  

Isi Kitab Galatia

  1.   Pendahuluan 1:1-10 
  2.   Hak Paulus sebagai rasul 1:11--2:21 
  3.   Kabar Baik tentang rahmat Allah 3:1--4:31 ==> Bagian bacaan ini
  4.   Kebebasan dan kewajiban orang Kristen 5:1--6:10 
  5.   Penutup 6:11-18 

LATAR BELAKANG & KESIMPULAN AWAL

Rasul Paulus (dikalangan Yahudi dikenal sebagai Rabbi Saul) adalah murid dari ahli Taurat terkenal: Rabban Gamaliel yang juga kepala dari Sidang Sanhedrin (gelar Rabban adalah gelar yang lebih tinggi dari Rabbi (guru), karena sudah sangat menguasai Taurat dengan setiap pengertiannya per kata dan kalimat). Maka, Rasul Paulus paham betul Taurat itu isinya bagaimana. Dia membaca Taurat dengan cara yang seperti kita kenal sebagaimana para rabbi membaca Taurat, dimana mereka membaca ayat per ayat dengan satu-persatu kata-katanya diteliti. Itulah sebabnya para ahli Taurat disebut juga "Shoferim" (para penghitung aksara dari naskah Tanakh. Tanakh terdiri dari;

  1. 5 kitab Musa/Taurat, 
  2. Kitab nabi-nabi/Neviim, 
  3. dan tulisan-tulisan/Ketuvim.).

Dan Dalam Galatia Pasal 3 ini, Rasul Paulus menjelaskan dengan cara pendalaman itu. Ia menemukan satu kata dengan cara "melakukan penguraian ayat Taurat" dan fokusnya adalah pada kata "keturunanmu" (yang bermakna tunggal) di Kejadian 12:7 = Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya. dan di Kejadian 22:18 = Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku." -  dan Rasul Paulus menarik kesimpulan berani, bahwa bahwa Allah sedang berbicara mengenai Sang Mesias yang akan lahir dari garis Abraham.

Perkiraan Rentang Waktu Perjanjian Lama dari Berbagai Sumber

Demikian juga benang merah itu dikuatkan oleh kesaksian Yohanes pembaptis di Yoh 1:17 = "Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus" dan dikunci oleh Tuhan Yesus sendiri di Yoh 8:56 & 58 = 8:56 Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." 8:58 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.

Dari Latar Belakang dan Kesimpulan Awal ini, baru kita akan mulai menguraikan bacaan hari ini, supaya memudahkan mengerti pengajaran Rasul Paulus yang terkadang terasa agak sulit untuk kita pahami.

 URAIAN

Sebelum bacaan ini, Rasul Paulus menuliskan bahwa orang bukan Yahudi tidak perlu disunat karena mereka telah menerima Roh oleh iman dan Roh itu adalah tanda bahwa mereka milik umat Allah (Gal 3:1-5). Iman adalah satu-satunya syarat untuk menjadi milik keluarga Tuhan; iman menjadikan mereka anak-anak rohani Abraham (Gal 3:6-9). Dia memperingatkan mereka bahwa hukum atau perbuatan kebenaran menempatkan seseorang di bawah kutuk dan iman di dalam Kristus menebus mereka dari kutuk hukum (Gal 3:10-14).

Selanjutnya, dalam bacaan kita hari ini, Rasul Paulus menggambarkan hubungan antara janji dan hukum. Hukum tidak menggantikan janji tetapi bahwa tujuan hukum adalah untuk menyingkapkan keberdosaan dosa dan kebutuhan kita akan Juruselamat.

Prioritas Janji (ayat 15-18)

Janji didasarkan pada Perjanjian Abraham

Rasul Paulus mulai dengan memberikan contoh hidup sehari-hari untuk menunjukkan bagaimana sifat perjanjian itu. Ia mengemukakan hal ini, karena kaum Yudais mengatakan bahwa perjanjian Musa adalah wahyu terakhir dan mengalahkan Perjanjian Abraham. Galatia 1 menunjukkan bahwa ada ajaran yang menyimpang dari ajaran Kristus, demikian juga dengan ajaran bahwa untuk dibenarkan di hadapan Allah seseorang harus menambahkan 'perbuatan hukum Taurat' kepada iman. Padahal dengan melakukan itu mereka mengubah sifat dasar Perjanjian Abraham. Paulus menguraikan bahwa, manusia saja dalam perjanjian bersifat mengikat dan tidak berubah, apalagi perjanjian yang dibuat oleh Allah. Satu-satunya syarat yang dituntut oleh perjanjian Abraham adalah iman (Kej 12:1-3 = 12:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; 12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. 12:3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.").

Perjanjian ini menunjuk pada apa yang Allah janjikan untuk dilakukan atas nama Abraham dan keturunannya. Fakta menarik dari catatan penulis, bahwa ketika Abraham mencoba melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, mencoba memenuhi janji Allah dengan tidur dengan pelayannya untuk mendapatkan keturunan, ia mengacaukan segalanya. Abraham tidak meyakini benar akan janji Tuhan dan berakhir dengan seorang putra dari hambanya Hagar, yang sampai sekarang masih jadi masalah utama di Timur Tengah.

Janji digenapi di dalam Yesus Kristus

Rasul Paulus menafsirkan Perjanjian Abraham melalui mata Perjanjian Baru, melihat Kristus sebagai penggenapan keturunan Abraham. Paulus melihat janji-janji yang dibuat kepada Abraham bukan saja dipenuhi sebagian dengan anak-anak fisik Abraham dan tanah Kanaan, tetapi janji itu menunjuk pada sesuatu yang lebih besar - karena janji itu adalah untuk semua keluarga di bumi dan warisan negeri itu - lebih dari sekadar tanah Kanaan. Paulus melihat penggenapan akhir dari keturunan Abraham menjelma dalam Yesus Kristus, dan semua keluarga di bumi diberkati sebagaimana Injil disampaikan kepada semua bangsa dan penggenapan akhirnya adalah langit baru dan bumi baru. Paulus melihat Perjanjian Abraham digenapi di dalam kita, anak-anak rohani Abraham.

Tujuan Hukum (ayat 19-22)

Paulus kemudian mengajukan dua pertanyaan yang diajukan oleh pemahamannya tentang hukum, dengan jawaban yang tegas dan jelas. Bahwa;

  1. Hukum Taurat ditambahkan karena pelanggaran-pelanggaran, sampai datang keturunan dimaksud yaitu Yesus Kristus
  2. Hukum Taurat tidak bertentangan dengan janji-janji Allah. Karena Hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Tuhan Yesus datang (dijelaskan kemudian di ayat 24)

APLIKASI

Kesimpulan akhir dari bacaan dan bahasan kita hari ini dapat kita baca dalam lanjutan bacaan dari perikop yang sama, mari baca bersama secara perlahan dan lambat untuk mendalami dan menguraikan pengertiannya

Galatia 3:23-29

3:23 Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan.
3:24 Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.
3:25 Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.
3:26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.
3:27 Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.
3:28 Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.
3:29 Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah

Sehingga kita dapat memahami bahwa;

1. Kasih karunia Allah yg berdasarkan janji tanpa syarat lebih kuat dari perjanjian hukum Taurat Musa yg menuntut syarat.
Sebelum Abraham, Nuh adalah salah satu tokoh iman yg menerima kasih karunia sehingga dia dan keluarganya tidak binasa oleh air bah dan perjanjian Allah dengan Nuh (pasca air bah) adalah perjanjian kekal tanpa syarat yang menjadi Jaminan Kekal kelangsungan kehidupan segala makhluk hidup bumi. (Kej.9:8-17)
Demikian juga dengan perjanjian yg diadakan dari pihak Allah kpd Abraham yg percaya oleh iman dan menerima kasih karunia. Inilah perjanjian kekal mengenai 'KETURUNAN ABRAHAM' yg akan menjadi berkat bagi segala bangsa dibumi. Perjanjian tanpa syarat yang memiliki Jaminan Kekal bagi segala bangsa atas dasar kasih karunia dan yang tidak bisa dibatalkan oleh perjanjian bersyarat antara Allah dan Musa yg mengandung tuntutan dan hukuman.
2. Kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus adalah indah adanya, tanpa syarat dan ketentuan apapun yang berlaku.
Sesuai dengan Firman-Nya di Matius 11:28-30 = 11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.  11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. 11:30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."

........ AMIN

Catatan Penulis:

Sebentar lagi kita akan masuk masa Advent pertama, yang oleh tradisi gereja GPIB dipahami sebagai ‘kedatangan.’
Masa Advent (latin: Adventus), adalah merupakan masa penyadaran diri dan pertobatan. Manusia yang jatuh ke dalam dosa mengharapkan perjanjian ALLAH tentang datangnya YESUS KRISTUS sebagai Juruselamat. Masa Adventus juga bersifat eskatologis (studi tentang akhir zaman) yang menunjuk kepada kedatangan KRISTUS kembali. Adventus dirayakan 4 minggu berturut-turut sebelum Natal.
Simbol Minggu Advent, seperti terdapat pada kain mimbar dan stola GPIB, adalah Jangkar – Salib dengan warna dasar Ungu muda.
  • Warna dasar: Ungu Muda (warna pertobatan)
  • Lambang/Logo: Salib jangkar
  • Warna jangkar: kuning
Arti :
Salib jangkar ini dipergunakan oleh orang Kristen mula-mula yang tinggal di Katakombe-katakombe (ruang-ruang bawah tanah/kuburan bawah tanah). Sebenarnya lambang ini merupakan warisan dari bangsa Mesir kuno, namun di kemudian hari ia menjadi lambang universal yang menunjuk pada penderitaan Kristus. Di sini lambang salib jangkar hendak berkata-kata tentang pengharapan yang dimiliki oleh umat percaya di dalam penantian akan kedatangan Kristus kembali.

Dalam pengertian pendalaman penulis, masa Advent sendiri disamping menyiratkan makna penyadaran diri dan pertobatan yang dianut GPIB, penulis memaknainya lebih dalam bahwa masa Advent merupakan peringatan akan 3 masa, dahulu - sekarang - masa depan;


  1. Dahulu - Peringatan akan kedatangan Kristus yang pertama di dunia, 
  2. Sekarang - Kehadiran Yesus Kristus yang tidak pernah putus di tengah umat manusia. walaupun Ia naik telah ke Surga, dalam Roh Kudus dan ajaran Injil-Nya.
  3. Masa Depan - Penantian akan kedatangan-Nya kembali di akhir zaman.
ITT - Jakarta,  Jumat 18 November 2022